Pokok Permasalahan Pengantar Manajemen Organisasi, Pelatihan, Dan Struktur Musik Di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Medan Plaza Medan

30

1.2 Pokok Permasalahan

Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka penulis perlu membuat pembatasan masalah dalam bentuk pokok permasalahan. Adapun pokok permasalahan dalam tulisan ini yaitu: a. Bagaimana struktur organisasi Gereja Bethel Indonesia Medan Plaza, khususnya kedudukan Divisi Musik? b. Bagaimana manajemen pelatihan musik di GBI Medan Plaza? Pokok masalah ini akan diurai oleh dua pertanyaan penelitian yaitu: i faktor- faktor apa yang menyebabkan awal mula diadakannya pelatihan musik di GBI Medan Plaza dan ii kriteria apa yang menjadi tolak ukur setiap pemusik yang dilatih dapat dikatakan lulus dan diperbolehkan masuk ke dalam pelayanan c. Bagaimana struktur musik yang digunakan dalam pelatihan dan praktiknya dalam ibadah. Tiga pokok permasalahan di atas akan diurai menurut konsep dan teori yang digunakan, dengan tetap berlandas kepada disiplin etnomusikologi. Dalam hal ini pendekatan multidisiplin dan interdisiplin sangatlah dibutuhkan, terutama dalam rangka mengurai tiga pokok permasalahan di atas. Universitas Sumatera Utara 31 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini meliputi hal-hal seperti yang diuraikan berikut ini: a. Untuk mengetahui bagaimana manajemen organisasi Gereja Berhel Indonesia Medan Plaza, dalam konteks mengelola berbagai kegiatannya. b. Untuk mengetahui dan memahami program pelatihan musik, sehingga menghasilkan para pemusik yang handal baik dalam hal bakat, kemampuan, moralitas, dan keikhlasan untuk mengabdi kepada Tuhan melalui institusi gereja. Manajemen program pelatihan ini akan didukung oleh tujuan lainnya, yaitu untuk mengetahui secara jelas faktor-faktor yang menyebabkan diadakan pelatihan musik di GBI Medan Plaza. Juga untuk mendapatkan gambaran kriteria pemusik yang dilatih yang lulus dan dapat diperbolehkan masuk dalam pelayanan. c. Untuk mengetahui struktur musik yang digunakan, difungsikan, dan menjadi bahan manajemen pelatihan pada organisasi GBI Medan Plaza. Musik yang dimaksud dalam hal ini mencakup instrumentasi, teks lagu, kreativitas, dan sejenisnya.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Menurut Achsan Permas dalam bukunya manajemen seni pertunjukan dikatakan bahwa proses manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Berdasarkan sumber tersebut maka penulis Universitas Sumatera Utara 32 berkesimpulan bahwa manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat mengetahui bagaimana proses manajemen program pelatihan musik di GBI Medan Plaza yang tidak terlepas dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian program pelatihan musik tersebut. Disamping itu, terdapat beberapa manfaat lain menurut penulis yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu: 1. Sebagai salah satu referensi ilmiah tentang manajemen pelatihan musik kepada disiplin ilmu etnomusikologi khususnya, dan dunia ilmu pengetahuan pada umumnya. 2. Sebagai bahan keilmuan dalam mengkaji otganisasi agama yang formal dalam konteks Medan dan Sumatera Utara yang heterogen secara aagama dan budaya. 3. Sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan masyarakat tentang program pelatihan musik khususnya kegiatan keagamaan. 4. Memperluas wawasan dan pengetahuan penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa studi di Departemen Etnomusikologi. 5. Sebagai salah satu bahan informasi keberadaan musik pada ibadah keagamaan. 6. Sebagai salah satu sumber ilmu penegtahuan untuk melihat struktur musik yang digunakan dalam ritual agama. 7. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada para penggiat, pengamat atau pemerhati, akademis, masyarakat, serta pihak-pihak yang berkepentingan terhadapnya. Universitas Sumatera Utara 33 1.4 Konsep dan Teori yang Digunakan 1.4.1 Konsep Koentjaraningrat 1991:21, mengemukakan konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variabel-variabel mana yang kita inginkan untuk menentukan hubungan empiris 3 1 Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata . Sehubungan dengan penulisan ini, akan diuraikan beberapa konsep yang dibutuhkan, yaitu : 4 2 Organisasi, adalah sebuah istilah yang merupakan unsur serapan dari bahasa Inggris organizaion. Arti istiliah organisasi atau kata sifatnya pengorganisasian organizing adalah proses pengelom-pokkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang . Kemudian George R Terry dalam buku yang berjudul Organisasi dan Motivasi 1996:3 mengemukakan teorinya dimana manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya. 3 Pendapat ini ditulis oleh Mely G Tan dalam buku yang disunting oleh Koentjaraningrat, yang bertajuk Metode Penelitian Masyarakat. Sampai sekarang buku ini selalu menjadi bahan acuan dan rujukan bagi para peneliti dan penulis masalah-masalah sosial dan budaya. Mereka itu berasal dari disiplin antropologi, sosiologi, sastra, filsafat, budaya, maupun etnomusikologi. 4 Baca Dasar-dasar Manajemen yang ditulis oleh George R Terry dan Leslie W Rue, terbitan Gramedia di Jakarta. Dalam buku ini dikupas secara rinsi dan detil a[a itu manajemen, bagaimana teori-teori yang digunakan dalam manajemen, bidang-bidang kajian manajemen, dan lain-laonnya. Universitas Sumatera Utara 34 manajer, yang mempunyai kekuasaan, yang perlu untuk mengawasi anggota- anggota kelompok Terry dan Rue 2000:82. Pengorganisasian dapat dikonsepkan sama dengan sebagian atau susunan dalam binatang atau tumbuhan yang dipergunakan untuk melakukan berbagai tugas khusus, seperti hati, ginjal, jantung, dan sebagainya. Kata organize artinya adalah menyusun atau mengatur bagian- bagian yang saling berhubungan satu sama lainnya, sementara itu, setiap bagian mempunyai satu tugas khusus atau berhubungan dengan keseluruhan. Berdasarkan makna etimologis tersebut maka jelaslah bagi kita bahwa pengorganisasian tidak dapat diwujudkan tanpa adanya hubungan dengan yang lain dan tanpa menetapkan tugas-tugas tertentu untuk masing-masing unit. Bartholomeus dalam Sukama 1992:37 mendefinisikan tentang organisasi sebagai berikut. Organization is an arrangement, presumably logical, of interdependent parts to form a unified whole, through which power and control can be exercise to the end of achieving a given purpose. Artinya organisasi adalah susunan yang agak logis, dari bagian-bagian yang saling berhubungan untuk mewujudkan suatu keseluruhan yang menyatu, sehingga kekuasaan dan pengawasan dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam rangka pengorganisasian ini ada lima aspek yang penting yaitu: 1 adanya tujuan yang akan dicapai, 2 adanya penetapan dan pengelompokkan pekerjaan, 3 adanya wewnang dan tanggung jawab, 4 adanya hubungan satu sama lainnya, dan 5 adanya penetapan orang-orang yang akan melakukan tugasnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengorganisasi sebuah organisasi secara baik. Menurut Terry dalam Sukama 1992:39 adalah sebagai Universitas Sumatera Utara 35 berikut. a ketahuilah tujuan organisasi, b berbagilah pekerjaan yang akan dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan bagian, c kelompokkanlah kegiatan-kegiatan itu ke dalam unit praktis, d untuk tiap-tiap pekerjaan atau kelompok pekerjaan yang akn dilakukan, tentukanlah dengan jelas tugas yang harus dilaksanakan dan sediakanlah alat-alat fisik yang diperlukan, e tempatkanlah pegawai yang cakapa dan handal dalam bidangnya, dan f limpahkanlah wewenang yang dibutuhkan terhadap pegawai yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip organisasi menurut Koontz adalah mencakup: a prinsip kesatuan tujuan, b prinsip efisiensi, c prinsip rentangan manajemen, d prinsip hirarki, e prinsip pertanggungjawaban, f prinsip keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, g prinsip kesatuan perintah, h prinsip tingkatan wewenang, i prinsip pembagian kerja, j prinsip penetapan tugas, k prinsip kelenturan atau penyesuaian, l prinsip keseimbangan, m prinsip kelangsungan, n prinsip kemudahan kepemimpinan. Bagaimana mengorganisasi? Menurut Terry ada enam langkah untuk mengorganisasi, yaitu: 1 tentukan dan analisis tujuan atau sasaran-sasaran, oleh karena itu struktur organisasi harus dapat membantu mencapainya, 2 kumpulkan fakta-fakta mengenai organisasi yang sekarang, 3 siapkanlah rencana organisasi dipandang dari sudut di mana kita berada dan di mana kita ingin berada, 4 tetapkanlah waktu untuk melaksanakan organisasi, 5 ambillah tindakan persiapan untuk reorganisasi, dan 6 laksanakanlah reorganisasi yang telah disetujui. Universitas Sumatera Utara 36 3 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1998:1104, program diartikan sebagai rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan. Pelatihan diartikan sebagai hasil berlatih; bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang disyaratkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Musik diartikan sebagai nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan terutama yang menggunakan alat-alat yang menghasilkan bunyi-bunyi itu. Jadi program pelatihan musik dapat diartikan sebagai rancangan atau usaha berlatih yang bertujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun nada dan suara sehingga menghasilkan bunyi yang mengandung irama, lagu dan keharmonisan. Sedangkan dalam tulisan ini yang dimaksud oleh penulis dengan program pelatihan musik ialah program agenda tahunan di GBI Medan Plaza dimana program tersebut adalah wadah dimana para calon pemusik baru akan dipersiapkan menjadi imam musik yang militan, dimana mereka akan dibina dan diarahkan baik dari segi kerohanian maupun skill oleh staf pengajarpembimbing. Adapun alat musik yang dipersiapkan dalam pelatihan musik adalah keyboard, gitar bas, gitar elektrik, drum dan lain-lain. 4 Struktur musik dapat dikonsepkan sebagai bagian-bagian suatu komposisi musik yang terintegrasi menjadi satu bentuk yang estetik lihat Kamus Besar Bahasa Indonesis 1998. Struktur musik yang penulis maksudkan di sini adalah mencakup aspek melodi dan ritme. Kedua besaran pokok ini didukung oleh tangga nada, nada dasar, wilayah nada, persebaran nada-nada, interval, pola-pola kadensa, kontur, dan lainnya Malm 1997. Di lain sisi struktur musik itu terdiri lagi dari teks atau lirik, Universitas Sumatera Utara 37 berupa bahasa verbal yang dinyanyikan atau dilantunkan. Aspek tekstual ini menjadi perhatian utama dalam rangka komunikasi antara jemaat dan antara jemaat dengan Tuhan. Selain itu, struktur musik ini akan memperhatikan bentuk instrumentasi, klasifikasi, dan deskripsi alat-alat musik yang digunakan di GBI Medan Plaza. 5 Gereja Bethel Indonesia GBI adalah salah satu dari denominasi gereja yang ada di Indonesia yang beraliran kharismatik. Kata Bethel berasal dari bahasa Ibrani yaitu: la-tyb Beyth-‘El atau yang sering dikenal dengan istilah “Bethel” yang berarti “House of God” dalam bahasa Indonesia yang berarti “Rumah Tuhan”. Sedangkan, kata kharismatik berasal dari bahasa Yunani yaitu charis yang berarti “Kasih Karunia” dimana gerakan ini muncul pada awal 1950 yang dipelopori oleh Dennis Bennett dari Gereja Episkopal Amerika. Kharismatik merupakan sebuah istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan kaum Kristiani yang percaya bahwa manifestasi roh kudus bisa terjadi dan seharusnya dipraktikkan bagi pengalaman pribadi setiap orang-orang yang percaya pada masa sekarang ini, yang dikenal ditandai dengan istilah Bahasa Lidah atau Bahasa Roh atau Glossolalia. Gereja Bethel telah tersebar diseluruh Indonesia yaitu seperti Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa, Sulawesi, dan lain-lain. Gereja Bethel Indonesia biasa disingkat dengan sebutan GBI. Seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat 1986:160, bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat tertentu yang bersifat kontiniu dan terkait oleh rasa identitas bersama. Universitas Sumatera Utara 38

1.4.2 Teori

Teori adalah salah satu acuan yang digunakan oleh penulis untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini. Pengetahuan tersebut diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen, serta pengalaman kita sendiri. Hal tersebut merupakan landasan dari pemikiran untuk memperoleh sebuah teori-teori yang bersangkutan Koentjaraningrat 1991:30. Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, maka penulis menggunakan empat teori utama untuk mengkaji tiga pokok permasalah. a Untuk mengkaji manajemen otganisasi, digunakan teori manajemen organisasi. b Untuk mengkaji manajemen pelatihan musik digunakan teori pelatihan sumber daya manusia. c Untuk mengkaji struktur musik, digunakan teori weigted scale khusus untuk teks lagu digunakan teori semiotik.

1.4.2.1 Teori Manajemen Organisasi

Menurut George R Terry dan Leslie W Rue dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Manajemen, dituliskan bahwa: manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang- orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen merupakan suatu bentuk kegiatan yang pelaksanaannya adalah managing atau pengelolaan, sedang pelaksananya disebut manajer 5 5 Baca lebih jauh buku yang bertajuk Dasar-dasar Manajemen yang ditulis oleh George R Terry dan Leslie W Rue . Universitas Sumatera Utara 39 Sedangkan menurut H.B Iswanto M.Si dalam bukunya Pengantar Manajemen disebutkan juga bahwa: manajemen adalah ilmu dan seni untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan yang spesifikasi meliputi perencanaan, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang agar mencapai tujuan 6 6 Baca buku yang bertajuk Pengantar Manajemen yang ditulis oleh H.B Siswanto, terbutan Gramedia kota Jakarta. . Teori manajemen sistem organisasu menyatakan bahwa konsep-konsep sistem-sistem umum merupakan inti yang dikembangkan pendekatan ini. Satu sistem dapat dipandang sebagai suatu kumpulan dua komponen atau lebih, yang saling memiliki pola hubungan tertentu, dan satu kegiatan menimbulkan reaksi pihak lain. Dengan kata lain, sebuah sistem adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling beraksi. Sistem-sistem bersifat fundamental untuk sebagian besar kegiatan. Apa yang dipikirkan sebagai suatu kegiatan, mungkin sebenamya adalah hasil dari banyak kegiatan kecil. Sebaliknya kegiatan kecil ini adalah hasil dari aktivitas-aktivitas yang lebih kecil lagi. Berpikir dalam kerangka sistem, akan menyederhanakan dan menyatukan konsepsi kegiatan-kegiatan yang banyak itu. Sebuah rencana manajemen, dapat digambarkan sebagai suatu sistem dengan manusia, uang, mesin, bahan-bahan informasi, dan kekuasaan. Pengikut-pengikut pendekatan sistem ini bertuiuan mengembangkan suatu kerangka sistematis untuk menguraikan hubungan-hubungan antara kegiatan. Pendekatan sistem-sistem dalam ilmu manajemen memberikan bantuan untuk melihat dengan jelas faktor-faktor yang bersifat tidak tetap, hambatan, dan interaksinya Takari 2009.. Universitas Sumatera Utara 40 Dalam kaitannya dengan skripsi ini, eori manajemen orgnisasi berdasarkan sistem ini akan digunakan untuk mengkaji organisasi GBI Medan Plaza, yang khas dan spesifik. Termasuk pula untuk mengkaji hubungan di antara struktur organisasi gereja. Kemudian pendalaman juga dilakukan di bidang divisi musik.

1.4.2.2 Teori Pelatihan Sumber Daya Manusia

Dalam membahas program pelatihan penulis menggunakan teori pelatihan sumber daya manusia yang dikemukakan Agus M. Hardjana dalam bukunya yang berjudul Training SDM yang Efektif, disebutkan bahwa training atau pelatihan tidak dapat dipisahkan dengan pengembangan yang meningkat dalam setiap pelatihannya, meski tekanannya pada perolehan kecakapan menjadi bisa, namun selalu menyangkut juga pada penampilan, pemahaman abstrak dan konsep-konsep teoritis. Teori ini juga menjelaskan arti pelatihan secara luas yang mempunyai tujuan untuk membantu seseorang dalam: 1 mempelajari dan mendapatkan kecakapan- kecakapan baru; 2 mempertahankan dan meningkatkan kecakapan-kecakapan yang sudah dikuasai; 3 mendorong agar mau berkembang dengan belajar; 4 mempraktikkan hal-hal yang sudah dipelajari dan diperoleh dalam training; 5 mengembangkan pribadi calon pemusik; 6 mengembangkan efektivitas lembaga; 7 memberi motivasi kepada calon pemusik untuk terus belajar dan berkembang. Berdasarkan teori tersebut bila dihubungkan dengan program pelatihan musik yang dilaksanakan oleh GBI Medan Plaza untuk menghasilkan para calon pemusik baru yang akan dipersiapkan menjadi Imam Musik gereja, maka akan dibina dan Universitas Sumatera Utara 41 diarahkan dengan pelatihan dan pengembangan dengan tidak terlepas dari tujuan pelatihan. Teguh Satriono 1997:4 juga mengemukakan bahwa sebuah pelatihan bisa dikatakan berhasil apabila para peserta dapat menerima dan mengalami peningkatan pengetahuan knowledge, keterampilan skill, maupun perilaku attitude oleh instruktur yang tepat serta menggunakan metode-metode dan media yang didisain khusus guna pencapaian peningkatan kinerja kompetensi. Dalam pelaksanaan program pelatihan musik di GBI Medan Plaza telah dipersiapkan komponen- komponen alat atau media untuk menunjang pencapaian dari teori tersebut yaitu dengan adanya pelatihan yang intensif berdasarkan konsep awal program pelatihan itu sendiri yang mengacu pada musikalitas dan kerohanian bagi perserta secara bertahap. Menurut pendapat Agus M. Hardjana 2001:16 bahwa training atau pelatihan merupakan kegiatan belajar. Dalam pelatihan yang baik, terjadi perubahan dalam hal pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan, dan ketermpilan, menjadi lebih baik, yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara peserta dengan kegiatan-kegiatan pelatihan. Dalam proses pelatihan, peserta mendapatkan pengetahuan baru, pandangan baru, perilaku baru, cara kerja baru, kecakapan baru dan keterampilan baru. Pembelajaran melalui pelatihan tidak terjadi secara otomatis, hal ini berarti pelaksanaan pelatihan membutuhkan kerjasama antara trainer dan peserta yang dilatih. Oleh karena itu, yang terlibat dalam pelatihan bukan hanya trainer tetapi juga peserta pelatihan tersebut. Universitas Sumatera Utara 42 Peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku peserta pelatihan yang meliputi secara musikalitas dan kerohanian dapat diketahui berhasil atau tidaknya dengan cara diadakannya evaluasi pelatihan yang dilaksanakan diakhir masa pelatihan. Bila ditinjau dari teori Agus M Hardjana 2001:63, bahwa evaluasi pelatihan berarti penilaian atas pelatihan yang sudah terlaksana yang dapat dinilai dari data evaluasi 7 Adapun tahap program pelatihan tersebut akan berlangsung selama 8 bulan. Sedangkan sasaran berikutnya adalah untuk continous improvement perbaikan kelanjutan yang diadakan untuk menemukan kekuatan atau kelemahan penyelengaraan pelatihan terhadap peserta. Hal ini dapat dijadikan acuan untuk lebih meningkatkan kualitas pelatihan yang diselenggarakan. Bila selama proses program pelatihan tersebut para peserta dapat melaluinya dengan baik dan telah sesuai dengan program pelatihan GBI maka peserta dapat dinyatakan lulus dan masuk sebagai pelayanan gereja. Oleh karena itu lulus dan tidaknya seorang peserta sebagai . Hal ini juga didukung oleh pendapat Teguh Satriono, MM 2007:5-6, bahwa pada umumnya, evaluasi pelatihan memiliki sasaran pelaksanaan untuk: 1 mengetahui tingkat efektivitas dari pelatihan yang diselenggarakan; 2 continuous improvement perbaikan berkelanjutan; seperti dalam proses program pelatihan musik di GBI. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pelatihan yang dilaksanakan dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan peserta tentang musik gereja tersebut dan keterampilan bermain musik serta tercermin perilaku yang lahir baru dan sepenuhnya memiliki jiwa yang rindu untuk melayani Allah. 7 Data evaluasi dapat dikumpulkan dengan dua cara yaitu: a pre-test dan post-test untuk menilai sejauh mana tujuan tercapai; b pengamatan observation, wawancara interview, kuesioner questionnare, daftar cek check list, daftar isian form untuk mengukur hasil-hasil yang sudah dicapai peserta training Agus M. Hardjana, 2001:63. Universitas Sumatera Utara 43 pelayan musik gereja ditentukan peserta itu sendiri dalam pencapaian atau keberhasilan pada program pelatihan tersebut. Oleh karena itu, menurut penulis teori-teori dengan pendekatan data evaluasi dapat dikumpulkan dengan dua cara yaitu: a pre-test dan post-test untuk menilai sejauh mana tujuan tercapai; b pengamatan observation, wawancara interview, kuesioner questionnaire, daftar cek check list, daftar isian form, untuk mengukur hasil-hasil yang sudah dicapai peserta pelatihan. Pendapat para ahli tersebut sangat relevan dengan topik permasalahan dalam tulisan ini, maka penulis akan menggunakan teori tersebut sebagai landasan kerangka berfikir untuk pembahasan selanjutnya.

1.4.2.3 Teori Weighted Scale dan Semiotik

Teori weighted scale adalah sebuah teori yang mengkaji keberadaan melodi berdasarkan kepada delapan unsurnya. Kedelapan unsur melodi itu menurut Malm 1977:15, adalah: : 1 tangga nada; 2 nada pusat atau nada dasae; 3 wilayah nada; 4 jumlah nada; 5 penggunaan interval; 6 pola cadensa; 7 formula melodi; dan 8 kontur. Teori ini dipergunakan untuk menganalisis melodi dua lagu dalam Gereja Bethel Indonesia Medan Plaza, yaitu lagu yang berjudul Allahku Dahsyat dan Penuhiku. Dalam rangka mengkaji makna yang terkandung di dalam kedau lagu di atas, penulis menggunakan teori semiotik. Selanjutnya teori ini digunakan dalam usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakan dan dikomunikasikan melalui sistem simbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Dua tokoh perintis semiotika adalah Ferdinand de Saussure seorang ahli bahasa dari Swiss dan Charles Sanders Pierce, Universitas Sumatera Utara 44 seorang filosof dari Amerika Serikat. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi sound image atau signifier yang berhubungan dengan konsep signified. Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi tersendiri. Peirce juga menginterpretasikan bahasa sebagai sistem lambang, tetapi terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan: 1 representatum, 2 pengamat interpretant, dan 3 objek. Dalam kajian kesenian berarti kita harus memperhitungkan peranan seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari lambang-lambang dan usaha kita untuk memahami proses pertunjukan atau proses penciptaan. Peirce membedakan lambang-lambang ke dalam tiga kategori: ikon, indeks, dan simbol. Apabila lambang itu menyerupai yang dilambangkan seperti foto, maka disebut ikon. Jika lambang itu menunjukkan akan adanya sesuatu seperti timbulnya asap akan diikuti api, disebut indeks. Jika lambang tidak menyerupai yang dilambangkan, seperti burung garuda melambangkan negara Republik Indonesia, maka disebut dengan simbol. Dua tokoh perintis semiotik adalah Ferdinand de Saussure seorang pakar bahasa dari Swiss dan Charles Sanders Peirce, seorang filosof dari Amerika Serikat. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi sound image atau signifier, yang berhubungan dengan konsep signified. Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi tersendiri. Semiotika atau semiologi adalah kajian teradap tanda-tanda sign serta tanda-tanda yang digunakan dalam perilaku manusia. Definisi yang sama pula dikemukakan oleh salah seorang pendiri teori semiotika, yaitu pakar linguistik dari Universitas Sumatera Utara 45 Swiss Ferdinand de Sausurre. Menurutnya semiotika adalah kajian mengenai “kehidupan tanda-tanda dengan masyarakat yang menggunakan tanda-tanda itu.” Meskipun kata-kata ini telah dipergunakan oleh filosof Inggris abad ke-17 yaitu John Locke, gagasan semiotika sebagai sebuah modus interdisiplin ilmu, dengan berbagai contoh fenomena yang berbeda dalam berbagai lapangan studi, baru muncul ke permukaan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika munculnya karya- karya Sausurre dan karya-karya seorang filosof Amerika Serikat, Charles Sanders Peirce. Dalam karya awal Peirce di lapangan semiotika ini, ia menumpukan perhatian kepada pragmatisme dan logika. Ia mendefinisikan tanda sebagai “sesuatu yang mendukung seseorang untuk sesuatu yang lain.” Salah satu sumbangannya yang besar bagi semiotika adalah pengkategoriannya mengenai tanda-tanda ke dalam tiga tipe, yaitu: a ikon, yang disejajarkan dengan referennya misalnya jalan raya adalah tanda untuk jatuhnya bebatuan; b indeks, yang disamakan dengan referennya asap adalah tanda adanya api dan c simbol, yang berkaitan dengan referentnya dengan cara penemuan seperti dengan kata-kata atau signal trafik. Ketiga aspek tanda ini penulis pergunakan untuk mengkaji teks dua lagu di GBI Medan Plaza, yaitu Allahku Dahsyat dan Penuhiku.

1.5 Metode Penelitian

Metode ialah cara atau jalan menyangkut masalah kerja yang dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan Koentjaraningrat:1985. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1998:581, metode Universitas Sumatera Utara 46 penelitian diartikan sebagai cara mencari kebenaran dan azas-azas alam, masyarakat atau kemanusiaan yang bersangkutan. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena pendekatan ini lebih menggambarkan kata-kata secara terperinci dan perolehan datanya bersumber dari ungkapan, catatan, atau tingkah laku masyarakat yang diteliti. Bahan ataupun data penelitian dapat diperoleh dari tulisan- tulisan atau ceramah yang terekam dalam konteks yang berbeda-beda, bisa dari observasi, wawancara dan lain sebagainya. Sehingga penelitian ini bersifat sewajarnya mengenai masalah pada objek dan tidak mempersoalkan masalah populasi dan sampel seperti pada pendekatan kuantitatif. Untuk melakukan penelitian tentang manajemen program pelatihan musik, penulis mengacu pada ilmu Etnomusikologi yang terdiri dari dua disiplin ilmu yaitu: disiplin lapangan field discipline dan disiplin laboratorium laboratory discipline, dimana hasil dari kedua metode tersebut kemudian digabungkan menjadi satu hasil akhir a final study Merriam,1964:37. Nettl 1964:62 juga berpendapat bahwa Etnomusikologi memiliki dua kerangka kerja yaitu kerja lapangan field work dan kerja laboratorium desk work. Untuk merealisasikan hal tersebut penulis melakukan langkah-langkah seperti: mencari lokasi penelitian, mencari beberapa informan pangkal, dan mencari sejumlah informasi dilapangan serta melakukan studi kepustakaan. Universitas Sumatera Utara 47

1.5.1 Studi Kepustakaan

Sebelum penulis mengadakan penelitian, maka terlebih dahulu penulis melakukan studi pustaka yaitu dengan cara mencari dan membaca buku-buku atau tulisan yang relevan dengan objek penelitian sebagai kerangka landasan berfikir didalam tulisan ini. Buku-buku dan tulisan tersebut dapat berupa literature, makalah, tulisan ilmiah, dan berbagai catatan-catatan yang berkaitan dengan manajemen dan program pelatihan musik guna melengkapi kebutuhan dalam penulisan dan penyesuaian data dari hasil penelitian lapangan. Adapun pembahasan yang dikaji oleh penulis ialah sebuah proses awal dimana seseorang yang ingin menjadi imam musik harus melalui program pelatihan musik yang dilaksanakan di GBI Medan Plaza, sehingga proses tersebut terangkum dalam sebuah tulisan ilmiah manajemen program pelatihan musik itu sendiri. Oleh karena hal tersebut maka penulis memerlukan referensi dari pada skripsi-skripsi pendahulu yang berkaitan dengan Gereja Bethel Indonesia. Di antaranya skripsi yang ditulis oleh Hans Marpaung yang mengkaji tentang tari tamborin dan musik pengiring pada ibadah raya di Gereja Bethel Indonesia Tanjung Sari Medan dan kemudian skripsi yang ditulis oleh Daud Satria dalam skripsinya yang membahas tentang guna dan fungsi serta peranan musik pengiring dalam ibadah terhadap jemaat di GBI Medan Plaza.

1.5.2 Kerja Lapangan

Penulis melakukan kerja lapangan dengan cara ikut serta dan mengamati secara langsung dilokasi penelitian. Dalam kerja lapangan penulis juga melakukan Universitas Sumatera Utara 48 wawancara dengan beberapa narasumber pendukung dalam hal ini yang dimaksudkan adalah trainer dan para pemusik yang dilatih. Untuk mempermudah kerja lapangan ini, penulis melakukan wawancara tak berstruktur atau wawancara mendalam antara peneliti dan informan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan agar memperoleh keterangan-keterangan dan data-data yang dibutuhkan untuk mendukung kemudahan pelaksanaan penelitian.

1.5.3 Wawancara

Salah satu tehnik pengumpulan data dalam penelitian adalah tehnik wawancara. Dalam melakukan wawancara tersebut, penulis berpedoman pada metode wawancara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat 1991:139 dimana disebutkan bahwa metode wawancara memiliki tiga jenis yaitu: wawancara berfokus focused interview, wawancara bebas free interview, dan wawancara sambil lalu casual interview. Sesuai dengan pendapat diatas, sebelum penulis melakukan wawancara terlebih dahulu penulis membuat daftar-daftar pertanyaan. Hal tersebut dilakukan guna memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah-masalah yang menyangkut pada pokok permasalahan. Namun penulis juga berusaha mengembangkan pertanyaan kepada hal lain yang masih terkait dengan permasalahan demi memperoleh hasil wawancara yang tersusun dan terstrurktur dengan baik. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan kunci yaitu, Gembala Sidang GBI Medan Plaza yaitu Pdt. R. Bambang Jonan, Koordinator Departemen Musik yaitu Pdm. Obed Sembiring, Kepala Universitas Sumatera Utara 49 BidangSub divisi Pendidikan dan Teknis Musik yaitu Pdp. Boni Gea, serta para trainer pelatih dan para peserta yang mengikuti program pelatihan musik itu sendiri. Pada proses wawancara, penulis menerapkan wawancara bebas dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penulis kepada informan berlangsung dari suatu masalah ke masalah lain, namun tetap menyangkut pada pokok permasalahan. Sebagai alat bantu wawancara, penulis menggunakan tape recorder untuk merekam.

1.5.4 Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan indera penglihatan, yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Salah satu teknik dalam pengumpulan data yang cukup baik untuk diterapkan adalah observasi langsung terhadap subjek dan objek yang diteliti. Dalam hal ini penulis mengadakan observasi secara langsung pada saat dilaksanakannya program pelatihan musik tepatnya di GBI Medan Plaza Jl. Iskandar Muda No. 321 Medan Gedung Medan Plaza Lantai 7. Pengamatan ini penulis lakukan berulang kali sambil menafsir kejadian- kejasian yang telah diamati. Setelah itu observasi yang dilakukan berulangkali ini dikaji menurut kaidah-kaidah saintifik disiplin etnomusikologi. Namun demikian fokus perhatian penulis dalam observasi ini tetap mengikut kepada pokok permasalahan yang telah ditetapkan yaitu tiga aspek: manajemen organisasi, manajemen, pelatihan, dan struktur musik yang dilakukan di GBI Medan Plaza Kota Medan, Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 50

1.5.5 Kerja Laboratorium

Data yang diperoleh dari penelitian lapangan dan studi kepustakaan selanjutnya akan diolah didalam kerja laboratorium. Sehingga penulis melakukan penyeleksian dan penganalisaan sumber data yang kemudian menyaringnya sehingga data tersebut menjadi lebih akurat dan bermanfaat. Data-data yang diteliti akan dievaluasi kembali dan diklasifikasikan untuk disusun dalam suatu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi Merriam, 1995:89 sesuai dengan teknik-teknik penulisan secara ilmiah. Dalam rangka kerja laboratorium ini, penulis melakukan transkripsi terhadap dua lagu yaitu Allahku Dahsyat dan Penuhiku. Kedua lagu ini ditranskripsi dari hasil rekaman lapangan dan juga dibantu oleh notasi angka yang digunakan oleh Gereja Bethel Indonesia Medan Plaza. a Teknik transkripsi dilakukan dalam notasi balok Barat. Pemilihan jenis notasi ini dilandasi alasan, bahwa notasi balok banyak dikenal dan digunakan dalam disiplin etnomusikologi dan juga berbagai kebudayaan musik di dunia ini, termasuk juga musik gereja. Contoh hasilnya adalah sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara 51 b Lagu ditranskripsi dengan menggunakan nada-nada yang sesungguhnya dipraktikkan oleh para jemaat Gereja Bethel Indonesia Medan Plaza. Misalnya lagu Penuhiku dinyanyikan dalam tangga nada C mayor yang sering diistilahkan dengan C = do. Dalam hal ini penulis, menuliskannya di sisi sebelah kiri atas lagu yaitu C = do. c Tanda birama yaitu 44 ditulis di sebelah kiri atas yang menandakan bahwa kedua lagu ini menggunakan meter dalam hitungan empat, sebagaimana umumnya meter dalam musik-musik gereja. Dalam tnotasi contohnya sebagai berikut. d Tempo lagu juga ditulis di sebelah kiri atas, tujuannya adalah untuk acuan para jemaat dalam menyanyi. Misalnya untuk lagu Penuhiku, tanda temponya adalah slow-beat atau dalam bahasa Indonesianya adalah ketukan yang lambat. e Lagu yang ditranskripsikan juga mencatat penciptanya. Misalnya untuk lagu Penuhiku, penciptanya adalah Robert dan Lea, sebagai jemaat Gereja Bethel di Amerika Serikat. Sementara lagu Allahku Dahsyat adalah ciptaan Franky Sihombing jemaat Gereja Bethel Indonesia. Contoh penulisan judul, nada dasar dan tangga nada, tanda birama, tanda tempo, dan pencipta lagu adalah sebagai berikut. ALLAHKU DAHSYAT Do = Am 1=C Ciptaan: Franky Sihombing 44 Rap Feel Beat Universitas Sumatera Utara 52 SURROUND ME PENUHIKU Do = C 44 Ciptaan : Slow – Beat Robert Lea f Teks lagu ditulis di bawah notasi balok yang ditulis di atasnya. Teks ini disesuikan dengan progresi melodi yang digunakan. Contoh penulisan teks lagu ini adalah sebgai berikut. Kedua lagu ini selengkapnya dapat dilihat pada Bab V sebagai bahagian dari analisis struktur musik, khususnya melodi dan teks. Unsur yang akan dianalisis adalah Universitas Sumatera Utara 53 delapan unsur melodi seperti yang diurai dalam teori weighted scale dan untuk teks diurai menurut teori semiotik.

1.5.6 Pemilihan Lokasi Peneliltian

Lokasi penelitian berada di Gereja Bethel Indonesia Medan Plaza yang terletak di Jl. Iskandar Muda No. 321 Medan gedung medan plaza lantai 7. Adapun alasan penulis memilih tempat penelitian tersebut dikarenakan penulis merupakan pengerja gereja departemen musik sekaligus salah satu trainer atau pelatih dari program pelatihan musik yang diadakan di GBI Medan Plaza itu sendiri, sehingga sudah jelas adanya hubungan langsung dari pada kajian penulis yang sangat mendukung dalam menentukan lokasi penelitian tersebut. Selain itu pemilihan lokasi penelitian ini juga merupakan pengembangan lokasi penelitian GBI yang telah dilakukan oleh para etnomusikolog pendahulu penulis, yaitu GBI Padang Bulan dan GBI Tanjung Sari Medan. Hal ini dilakukan untuk peneliti selanjutnya dapat membandingkan bagaimana kedudukan ibadah dan pemungsian musik dalam GBI di berbagai tempat di Medan khsususnya dan Indonesia pada umumnya. Universitas Sumatera Utara 54

BAB II GEREJA BETHEL INDONESIA MEDAN PLAZA

DALAM KONTEKS MASYARAKAT SUMATERA UTARA YANG HETEROGEN

2.1 Pengantar

Gereja Bethel Indonesia Medan Plaza, sebagai sebuah organisasi keagamaan yang sifatnya formal, tidak terlepas dari latar belakang kebudayaan jemaatnya yang terdiri dari berbagai ragam suku bangsa etnik, terutama etnik yang terdapat di Sumatera Utara. Bagaimanapun jemaat Gereja Bethel Indonesia Medan Plaza ini akan membawa peradaban sukunya ke dalam ritual dan penghayatan agamanya. Agak berbeda dengan gereja-gereja yang berlatar-belakang etnik tertentu, maka GBI berusaha memasukkan semua suku ke dalamnya, yang penting adalah mereka yang beragama Kristen Protestan, dan turut menjadi pengikut atau simpatisan aliran kharismatik. Di Sumatera Utara contoh gereja yang mayoritas jemaatnya berdasar kepada kelompok etnik tertentu, misalnya Huria Kristen Batak Toba HKBP adalah sebuah organisasi agama Kristen Protestan yang jemaatnya mayoritas beretnik Batak Toba. Kemudian ada Gereja Kristen Protestan Simalungun GKPS yang mayoritas jemaatnya adalah beretnik Simalungun. Selepas itu ada juga Gereja Batak Karo Protestan GBKP yang mayoritas beretnik Karo. Kemudian adala pula Gereja Batak Angkola yang berlatar-belakang kebudayaan etnik Angkola. Begitu pula dengan Gereja masyarakat Akpak-Dairi, Gereja Nias, dan lain-lainnya. Universitas Sumatera Utara 55 Gereja Bethel Indonesia Medan Plaza, jemaatnya menurut pengamatan penulis terdiri dari berbagai etnik yang ada di Sumatera Utara. Bahkan dalam awal sejarah perkembangannya, gereja ini dipimpin oleh berbagai etnik. Hal ini tak terlepas dari komposisi etnik yang menjadi jemaat GBI, baik di dalam konteks Indonesia, maupun Sumatera Utara. Untuk itulah pada bahagian ini akan diuraikan keberadaan Gereja Bethel Indoneia Medan Plaza dalam konteks Sumatera Utara yang heterogen secara etnik, budaya, bahasa, bahkan agama.

2.2 Etnografi dan Geografi Sumatera Utara