Teori Pelatihan Sumber Daya Manusia

40 Dalam kaitannya dengan skripsi ini, eori manajemen orgnisasi berdasarkan sistem ini akan digunakan untuk mengkaji organisasi GBI Medan Plaza, yang khas dan spesifik. Termasuk pula untuk mengkaji hubungan di antara struktur organisasi gereja. Kemudian pendalaman juga dilakukan di bidang divisi musik.

1.4.2.2 Teori Pelatihan Sumber Daya Manusia

Dalam membahas program pelatihan penulis menggunakan teori pelatihan sumber daya manusia yang dikemukakan Agus M. Hardjana dalam bukunya yang berjudul Training SDM yang Efektif, disebutkan bahwa training atau pelatihan tidak dapat dipisahkan dengan pengembangan yang meningkat dalam setiap pelatihannya, meski tekanannya pada perolehan kecakapan menjadi bisa, namun selalu menyangkut juga pada penampilan, pemahaman abstrak dan konsep-konsep teoritis. Teori ini juga menjelaskan arti pelatihan secara luas yang mempunyai tujuan untuk membantu seseorang dalam: 1 mempelajari dan mendapatkan kecakapan- kecakapan baru; 2 mempertahankan dan meningkatkan kecakapan-kecakapan yang sudah dikuasai; 3 mendorong agar mau berkembang dengan belajar; 4 mempraktikkan hal-hal yang sudah dipelajari dan diperoleh dalam training; 5 mengembangkan pribadi calon pemusik; 6 mengembangkan efektivitas lembaga; 7 memberi motivasi kepada calon pemusik untuk terus belajar dan berkembang. Berdasarkan teori tersebut bila dihubungkan dengan program pelatihan musik yang dilaksanakan oleh GBI Medan Plaza untuk menghasilkan para calon pemusik baru yang akan dipersiapkan menjadi Imam Musik gereja, maka akan dibina dan Universitas Sumatera Utara 41 diarahkan dengan pelatihan dan pengembangan dengan tidak terlepas dari tujuan pelatihan. Teguh Satriono 1997:4 juga mengemukakan bahwa sebuah pelatihan bisa dikatakan berhasil apabila para peserta dapat menerima dan mengalami peningkatan pengetahuan knowledge, keterampilan skill, maupun perilaku attitude oleh instruktur yang tepat serta menggunakan metode-metode dan media yang didisain khusus guna pencapaian peningkatan kinerja kompetensi. Dalam pelaksanaan program pelatihan musik di GBI Medan Plaza telah dipersiapkan komponen- komponen alat atau media untuk menunjang pencapaian dari teori tersebut yaitu dengan adanya pelatihan yang intensif berdasarkan konsep awal program pelatihan itu sendiri yang mengacu pada musikalitas dan kerohanian bagi perserta secara bertahap. Menurut pendapat Agus M. Hardjana 2001:16 bahwa training atau pelatihan merupakan kegiatan belajar. Dalam pelatihan yang baik, terjadi perubahan dalam hal pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan, dan ketermpilan, menjadi lebih baik, yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara peserta dengan kegiatan-kegiatan pelatihan. Dalam proses pelatihan, peserta mendapatkan pengetahuan baru, pandangan baru, perilaku baru, cara kerja baru, kecakapan baru dan keterampilan baru. Pembelajaran melalui pelatihan tidak terjadi secara otomatis, hal ini berarti pelaksanaan pelatihan membutuhkan kerjasama antara trainer dan peserta yang dilatih. Oleh karena itu, yang terlibat dalam pelatihan bukan hanya trainer tetapi juga peserta pelatihan tersebut. Universitas Sumatera Utara 42 Peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku peserta pelatihan yang meliputi secara musikalitas dan kerohanian dapat diketahui berhasil atau tidaknya dengan cara diadakannya evaluasi pelatihan yang dilaksanakan diakhir masa pelatihan. Bila ditinjau dari teori Agus M Hardjana 2001:63, bahwa evaluasi pelatihan berarti penilaian atas pelatihan yang sudah terlaksana yang dapat dinilai dari data evaluasi 7 Adapun tahap program pelatihan tersebut akan berlangsung selama 8 bulan. Sedangkan sasaran berikutnya adalah untuk continous improvement perbaikan kelanjutan yang diadakan untuk menemukan kekuatan atau kelemahan penyelengaraan pelatihan terhadap peserta. Hal ini dapat dijadikan acuan untuk lebih meningkatkan kualitas pelatihan yang diselenggarakan. Bila selama proses program pelatihan tersebut para peserta dapat melaluinya dengan baik dan telah sesuai dengan program pelatihan GBI maka peserta dapat dinyatakan lulus dan masuk sebagai pelayanan gereja. Oleh karena itu lulus dan tidaknya seorang peserta sebagai . Hal ini juga didukung oleh pendapat Teguh Satriono, MM 2007:5-6, bahwa pada umumnya, evaluasi pelatihan memiliki sasaran pelaksanaan untuk: 1 mengetahui tingkat efektivitas dari pelatihan yang diselenggarakan; 2 continuous improvement perbaikan berkelanjutan; seperti dalam proses program pelatihan musik di GBI. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pelatihan yang dilaksanakan dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan peserta tentang musik gereja tersebut dan keterampilan bermain musik serta tercermin perilaku yang lahir baru dan sepenuhnya memiliki jiwa yang rindu untuk melayani Allah. 7 Data evaluasi dapat dikumpulkan dengan dua cara yaitu: a pre-test dan post-test untuk menilai sejauh mana tujuan tercapai; b pengamatan observation, wawancara interview, kuesioner questionnare, daftar cek check list, daftar isian form untuk mengukur hasil-hasil yang sudah dicapai peserta training Agus M. Hardjana, 2001:63. Universitas Sumatera Utara 43 pelayan musik gereja ditentukan peserta itu sendiri dalam pencapaian atau keberhasilan pada program pelatihan tersebut. Oleh karena itu, menurut penulis teori-teori dengan pendekatan data evaluasi dapat dikumpulkan dengan dua cara yaitu: a pre-test dan post-test untuk menilai sejauh mana tujuan tercapai; b pengamatan observation, wawancara interview, kuesioner questionnaire, daftar cek check list, daftar isian form, untuk mengukur hasil-hasil yang sudah dicapai peserta pelatihan. Pendapat para ahli tersebut sangat relevan dengan topik permasalahan dalam tulisan ini, maka penulis akan menggunakan teori tersebut sebagai landasan kerangka berfikir untuk pembahasan selanjutnya.

1.4.2.3 Teori Weighted Scale dan Semiotik