Tujuan Pembentukan Kelompok Team Pengantar

123 kecakapan, dan keterampilan untuk kemudian dinilai dari setiap orang peserta. Seorang peserta harus siap menerima kritik dan saran yang disampaikan oleh trainer yang otomatis dapat dinilai dari setiap tahap perkembangan peserta pelatihan. Namun dalam hal ini kritik dan saran tersebut merupakan sesuatu hal yang diharapkan dapat membangun tanpa bermaksud untuk membuat seorang peserta tidak semangat untuk menjalani pelatihan lagi namun tetap menumbuhkan semangat untuk melayani Tuhan dengan memotivasi mereka kembali. 6. Memberikan ide-ide baru dalam proses pelatihan menuju kearah yang lebih baik Demi tercapainya tujuan pelatihan, seorang trainer juga dapat memberikan ide-ide baru yaitu untuk menghindari kejenuhan peserta dalam mengikuti pelatihan. Ide-ide tersebut adalah seperti membuat suatu pengujian kemampuan dalam meningkatkan kreatifitas seoarang peserta, contohnya seperti setiap peserta diberikan sebuah kesempatan untuk mengarasansemen sebuah lagu worship atau praise dan apabila hasil aransemen lagu tersebut dinilai baik oleh trainer maka lagu tersebut dapat dibawakan pada saat raya di hari minggu. 7. Membantu peserta pelatihan dengan membuat konseling secara pribadi. Terkait masalah pribadi peserta pelatihan dalam masalah keluarga, hubungan dengan rekan teman ataupun tentang masalah keuangan yang menghambat kreativitas seorang peserta dalam mengikuti proses pelatihan tersebut. Konseling juga merupakan salah satu cara untuk menguatkan ikatan persaudaraan dan kedekatan antara sesama peserta pelatihan maupun dengan trainer.

4.3 Tujuan Pembentukan Kelompok Team

Universitas Sumatera Utara 124 Adapun tujuan dari pembentukan kelompok team adalah: 1. Membuat para peserta untuk dapat saling menerima, menghargai, percaya dan mendukung; 2. Menciptakan system hubungan dan komunikasi yang baik, autentik, terbuka dan bertanggung jawab; 3. Menguatkan faktor-faktor pemersatu dalam kelompok, dengan mengusahakan terbentuknya norma sebagai pegangan untuk kebersamaan dan kerjasama, tersusunnya kepemimpinan yang dapat diandalkan, dan tata kebersamaan serta kerjasama yang bagus; 4. Mencegah perilaku yang merugikan kelompok, mampu menerima konflik, dan bersedia mengambil langkah untuk menyelesaikannya secara produktif; 5. Membentuk kekompakan dan kerjasama yang kokoh; 6. Menciptakan kesetiakawanan dan solidaritas antar peserta dalam menjalani kebersamaan dan melaksanakan tugas bersama. Secara singkat, pembentukan kelompok bertujuan agar peserta menjadi team yang kokoh untuk mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan bersama, setiap anggota harus membangun hubungan timbal balik yang baik serta komunikasi yang terbuka, jujur dan lancar. Oleh karena itu, para anggota diharapkan untuk bersedia saling menyumbangkan pengetahuan, kecakapan, bakat, dan pengalaman, sehingga saling melengkapi dan melaksanakan perannya masing-masing.

4.4 Prinsip, Proses dan Metode Pelatihan

Universitas Sumatera Utara 125 Pelatihan merupakan kegiatan yang direncanakan, dilaksanakan secara sistematis, metodis dan dievaluasi secara tuntas. Materi pelatihan didasarkan pada kebutuhan peserta yaitu hal-hal yang relevan bagi mereka pada saat pelatihan dan juga termasuk yang menyangkut hal-hal dalam hidup pribadi, keluarga, masyarakat maupun dilingkungan kerja. Dalam pelaksanaan pelatihan, selain dan materi dan metodenya perlu pula diperhatikan prinsip, proses dan pendekatan yang akan digunakan.

4.4.1 Prinsip Pelatihan

Para peserta pelatihan pada umumnya adalah orang-orang dewasa. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang sebaiknya digunakan dalam pelatihan adalah prinsip- prinsip pendidikan bagi orang dewasa pula. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sbb: 1. Belajar dari pengalaman. Proses pelatihan adalah orang dewasa yang mempunyai pengalaman, pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan sendiri. Belajar dari pengalaman berarti memanfaatkan segala sesuatu yang mereka miliki untuk dijadikan titik tolak guna dikembangkan dan diperkaya, atau dilepaskan dan diubahkan. Untuk itu cara pelatihanpun sebaiknya juga melalui pengalaman. Pada setiap sesi dalam pelatihan, peserta diberi kemungkinan untuk berperan dan bekerja sama dengan orang lain. Dengan cara itu diharapkan peserta dapat menambahkan pengetahuan, memperbaiki sikap dan meningkatkan kecakapan serta keteampilan mereka. 2. Melibatkan emosi dan budi. Pelatihan melibatkan seluruh diri peserta. Oleh karena itu, peserta pelatihan tidak hanya diberikan berbagai informasi dan Universitas Sumatera Utara 126 pengetahuan, tetapi juga di sentuh hatinya, perasaan dan emosi, serta diolah prilakunya. Ini dilakukan dengan memberikan latihan berupa kegiatan yang pengerjaannya memerlukan pemikiran, perasaan dan perbuatan konkrit. 3. Melalui kebersamaan dan kerjasama. Untuk mengubah prilaku, dibutuhkan motivasi. Motivasi tersebut akan lebih mudah dibangkitkan dan dipertahankan jika kegiatan yang mengubah prilaku itu dilakukan bersama-sama dengan orang lain. Oleh karena itu, kegiatan dalam pelatihan tidak hanya dilakukan secara pribadi tetapi juga dalam kelompok kecil 5 sampai 7 orang. 4. Melihat dan menemukan sendiri relevansi pelatihan. Seperti dalam belajar pada umumnya, dalam pelatihan peserta tidak dapat dipaksa, diancam dengan berbagai sanksi, diberi janji-janji, atau dijejali dengan petuah-petuah, agar mengubah pengetahuan, sikap, prilaku, kecakapan dan keterampilan tetepi melalui penyajian kegiatan-kegiatan yang bermakna. Dengan menjalani dan mengalami sendiri kegiatan itu, peserta dibantu untuk menemukan sendiri pemahaman dan pemanfaatan dari kegiatan yang mereka lakukan. Dalam pelatihan peserta dibantu untuk mengerti permasalahan dan mencari manfaat dari padanya sesuai dengan kebutuhan dan pribadi peserta. Dalam hal ini, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis, prinsip- prinsip pelatihan diatas merupakan prinsip pelatihan yang telah ada dan sudah berjalan penerapannya di dalam proses program pelatihan musik GBI Medan Plaza itu sendiri.

4.4.2 Proses Pelatihan

Universitas Sumatera Utara 127 Proses pelatihan yang diselengarakan oleh GBI merupakan proses yang berjalan melalui tahap-tahap dari babak awal, tengah, sampai akhir. Berjalannya proses tersebut agar peserta dapat terbantu secara: 1. Siap dan bersedia meninjau pengetahuan, sikap, prilaku, kecakapan dan keterampilan mereka dan berusaha untuk mengubahnya; 2. Mengenal kekuatan-kekuatan yang mendukung terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, prilaku, kecakapan, dan keterampilan mereka maupun kelemahan-kelemahannya serta bersedia mengambil langkah yang efektif; 3. Mampu merumuskan perubahan-perubahan yang mereka inginkan dalam pengetahuan, sikap, prilaku, kecakapan, dan keterampilan mereka; 4. Dapat mempraktekan pengetahuan, sikap, prilaku, kecakapan dan keterampilan mereka; 5. Dapat mengintegrasikan pengetahuan, sikap,prilaku, kecakapan dan keterampilan yang telah diperoleh dalam pelatihan kedalam kerangka hidup dan pengembangan diri serta profesionalitas mereka. Proses pelatihan yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Memperkenalkan pengetahuan, sikap, prilaku, kecakapan, dan keterampilan baru yang lebih segar dan produktif; 2. Mempertahankan dan memperkuat pengetahuan, sikap, prilaku, kecakapan dan keterampilan yang masih produktif; 3. Meniadakan pengetahuan, sikap , prilaku, kecakapan dan keterampilan yang tidak sesuai dengan hidup dan kerja Universitas Sumatera Utara 128 Dalam tercapainya proses tersebut diatas, setiap sesi dalam pelatihan memiliki susunan yang akan dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penyajian kegiatan dan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta cara melaksanakannya. Dalam proses pelatihan musik yang berjalan, jadwal apa-apa saja atau kegiatan yang dilakukan selama berlangsungnya proses program pelatihan tersebut telah dirancang dan disusun kedalam kurukulum. Para peserta pelatihan diberikan penjelasan dan pengarahan oleh koordinator pelatihan maupun trainer tentang maksud dan tujuan pembentukan program pelatihan musik tersebut, serta menyangkut kepada tata cara dalam pelaksanaan program pelatihan musik itu sendiri. 2. Pengerjaan dan pengolahan kegiatan secara pribadi. Dengan menjalani dan mengalami sendiri kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan, peserta dibantu untuk belajar menemukan sendiri pemahaman dan pemanfaatan dari setiap kegiatan yang telah dilakukan sehingga dapat menganalisa sebuah permasalahan dan memperoleh hasil yang sesuai dengan kebutuhan pribadi peserta tersebut. 3. Pengerjaan, pengolahan dan pembelajaran bersama atas kegiatan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 sampai 7 orang. Melalui kelompok yang dibentuk kedalam tim-tim musik diharapkan kepada peserta dapat saling mengenal, saling berbagi pengalaman, mengadakan kegiatan secara bersama-sama, dan melakukan kerja untuk menyelesaikan tugas bersama. Dengan cara tersebut kepada peserta Universitas Sumatera Utara 129 diharapkan dapat melatih diri dalam mengubah pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan dan keterampilan mereka menjadi lebih baik. 4. Pengembangan hasil pengolahan kegiatan secara pribadi dalam pleno. Untuk pengembangan hasil pengolahan kegiatan secara pribadi baik dalam hal pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan dan keterampilan untuk mengubah menjadi lebih baik lagi, sangat dibutuhkan adanya bentuk motivasi sehingga pleno perlu dilakukan. Sama halnya di dalam pelatihan musik yang diadakan bagi peserta pelatihan, penerapan tersebut sangat membantu dalam mencapai hasil yang maksimal dengan cara membaur masuk kedalam kelompok-kelompok tim yang dibentuk, sehingga dengan sendirinya proses pengembangan diri dalam seorang peserta dapat diperoleh sejalannya pengalaman yang dirasakan bersama para peserta lainnya. 5. Penambahan dan perluasan wawasan melalui input masukan oleh trainer Langkah ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sesi dalam pelatihan, peserta dapat memperoleh penambahan dan perluasan wawasan yang merupakan masukan-masukan positif dari para trainer secara bertahap seiring proses program pelatihan musik tersebut berjalan. 6. Evaluasi atas kegiatan yang sudah dilaksanakan. Evaluasi pelatihan merupakan penilaian atas pelatihan berdasarkan atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat berbentuk tulisan maupun lisan yaitu materi-materi yang telah diajarkan kepada peserta pelatihan dikumpulkan kembali yang kemudian dapat dianalisis, disimpulkan Universitas Sumatera Utara 130 dan pemanfaatannya akan berguna untuk perbaikan-perbaikan program pelatihan musik itu sendiri di masa yang akan datang.

4.4.3 Metode Pelatihan

Metode berasal dari kata Yunani ‘meta’ yang berarti dengan atau sesudah, dan ‘hodos’ yang berarti jalan. Secara harfiah metode berarti dengan jalan atau mengikuti jalan. Dalam arti sebenarnya, metode adalah cara yang sudah dipikirkan matang dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai dengan demikian, yang dimaksudkan dengan metode pelatihan adalah cara yang ditempuh dan langkah-langkah yang diambil untuk mencapai tujuan pelatihan, baik secara keseluruhan maupun persesi. Pada pokoknya, metode pelatihan dibagi menjadi tiga pelatihan. Bagian pertama adalah metode untuk mengawali pelatihan. Bagian kedua adalah metode dalam pengolahan sesi-sesi pelatihan, sedangkan bagian ketiga, adalah metode untuk penutupan proses pelatihan. Dalam hal ini, metode yang dihasilkan dalam program pelatihan di bagi menjadi tiga kelompok metode babak yaitu:

4.4.3.1 Metode pada Babak Awal

Metode untuk mengawali pelatihan meliputi metode perkenalan dan metode pemanasan icebreaking. Metode perkenalan membantu perserta pelatihan agar mengenal satu-sama lain, termasuk dengan trainer. Perkenalan diperlukan agar para perserta tidak merasa asing satu sama lain, dapat saling berkomunikasi, dan bersedia bekerja sama selama pelatihan. Bentuk kegiatan ini bermacam-macam dan dapat dipergunakan sesuai dengan keadaan peserta serta tujuan pelatihan. Universitas Sumatera Utara 131 Seperti halnya program pelatihan musik yang diadakan oleh GBI Medan Plaza yaitu merupakan sebuah wadah bagi jemaat yang rindu melayani dan ingin mengembangkan talenta yang dimilikinya serta sesuai dengan tujuan pelatihan, maka metode pada babak awal ini merupakan proses penting dimana seseorang peserta saling mengenal antara satu dengan yang lain. Hal tersebut tentu saja sangat berpengaruh dalam proses bekerjasama maupun dalam berkomunikasi sehingga peserta merasa nyaman dengan pelatihan tersebut. Berdasarkan pengalaman dari penulis sebagai seseorang yang pernah mengikuti program pelatihan tersebut serta pengalaman saat sebagai seorang trainer, beberapa contoh dari metode perkenalan itu sendiri adalah: setiap peserta menyebutkan dan berbagi tentang bakat musik yang dimilikinya serta kapan di mulainnya perkembangan bakat seorang peserta mulai ditekuni dengan berbagai macam jawaban seperti sejak ia kecil atau sejak remaja hingga sekarang. Contoh lain adalah dengan mengajak para peserta untuk mengenal sifat pribadinya yang paling baik serta mengingat kapan saat-saat sifat itu bisa muncul agar dapat lebih memahami sifat pribadi peserta tersebut dan dapat mencairkan suasana di dalam proses belajar. Melalui metode tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian dan pengenalan yang lebih mendalam antara sesama peserta maupun antara trainer dan peserta.

4.4.3.2 Metode pada Babak Tengah

Metode pada babak tengah merupakan metode pengolahan acara pelatihan, baik untuk menyampaikan seluruh pelatihan maupun untuk tiap-tiap sesi. Pada Universitas Sumatera Utara 132 pokoknya, metode pengolahan sesi dalam pelatihan dibagi menjadi empat, yaitu informatif, partisipatif, partisipatif-eksperiensial, dan eksperiensial. a. Metode informatif Metode informatif adalah metode pelatihan dengan tujuan untuk menyampaikan informasi, penjelasan, fakta, dan pemikiran. Bentuknya dapat berupa pengajaran atau kuliah lecture, bacaan terarah directed reading, ataupun diskusi panel panel discussion. b. Metode partisipatif Metode partisipatif digunakan untuk melibatkan peserta dalam pengolahan materi pelatihan. Bentuknya dapat berupa pernyataan statement, curah pendapat brainstorming, audio-visual audio visual, diskusi kelompok group discussion, kelompok bincang-bincang buzz group, forum forum, kuis quiz, studi kasus case study, peristiwa incident, atau peragaan peran role play. c. Metode partisipatif-eksperiensial Metode ini bersifat partisipatif sekaligus eksperiensial dengan mengikutsertakan para peserta pelatihan untuk memberikan kemungkinan kepada peserta untuk ikut mengalami atas apa-apa yang diolah dalam pelatihan tersebut. Bentuknya dapat berupa pertemuan meeting, latihan simulasi simulation exercise, atau demonstrasi demonstration. d. Metode eksperiensial Universitas Sumatera Utara 133 Metode eksperiensial adalah metode yang memungkinkan peserta untuk ikut terlibat dalam penuh pengalaman untuk “belajar sesuatu” daripadanya. Bentuknya dapat berupa ungkapan kreatif creative expression, penugasan assignment installment, lokakarya workshop, kerja proyek work project, tinggal ditempat field placement, hidup ditempat live in, permainan manajemen management game, atau latihan kepekaan laboratory atau sensitivity training. Penggunaan metode-metode itu disesuaikan dengan jenis pelatihan yang diadakan, apakah pelatihan itu diadakan dalam lembaga on-site atau di luar lembaga off-site. On-site training, pelaksanaannya disesuaikan dengan kegiatan dan jadwal kerja yang ada. Pada off-site training, metode pelatihan yang dipakai dapat dipilih dan dipergunakan secara leluasa, sebab dilakukan di luar lembaga yang kegiatan dan jadwalnya dapat diatur tersendiri. Bila ditinjau dari teori tersebut diatas maka program pelatihan musik GBI Medan Plaza itu sendiri dalam metode pada babak tengah ini, pengolahan sesi dalam pelatihan lebih menerapkan kepada metode partisipatif-eksperiensial dimana seluruh peserta pelatihan memperoleh materi dan mengolah materi tersebut. Kemudian akan diadakan pertemuan meeting antara koordinator, trainer dan juga peserta mengenai penilaian akan penerimaan materi serta permainan peserta. Latihan simulasi Simulation Exercise yaitu peserta terlibat mempraktekkan secara langsung, bermain musik dan membawakan lagu-lagu yang telah dipelajari. Demonstrasi demonstration terjadi yaitu pada saat peserta diuji secara lisan atau praktek pada Universitas Sumatera Utara 134 setiap akhir sesi dalam pelatihan untuk mengukur perkembangan dan kemajuan peserta sehingga pada akhirnya menjadi acuan untuk seseorang peserta sudah layak atau tidak sebagai pelayan musik dan siap untuk melayani saat ibadah raya di hari minggu. Sementara, jenis pelatihan musik GBI Medan Plaza diadakan dalam lembaga atau dikenal dengan istilah on-site training dan pelaksanaan pelatihan itu sendiri pelaksanaannya disesuaikan dengan kegiatan dan jadwal kerja yang ada.

4.4.3.3 Metode pada Babak Akhir

Metode pada babak akhir meliputi metode peyimpulan pelatihan dan evaluasi. Penyimpulan pelatihan merupakan uraian singkat tentang seluruh kegiatan pelatihan, semua sesi dalam pengolahan pelatihan yang sudah diolah bersama, kemungkinan-kemungkinan follow-up, serta harapan-harapan terhadap peserta. Bentuk uraian adalah informatif. Metode pada babak akhir dari program pelatihan yang dilakukan oleh GBI Medan Plaza merupakan kesimpulan inti keseluruhan pelatihan dan bekal bagi para peserta. Dalam kesimpulan diuraikan semua materi yang telah diolah dalam pelatihan. Selain itu disebutkan pula urutan sesi atau proses pengolahannya, tujuan masing-masing sesi dan keseluruhan rangkaian sesi, ringkasan seluruh hasil pelatihan yang dicapai, dan follow-up yang seharusnya dilakukan oleh peserta pelatihan. Metode evaluasi merupakan metode untuk mengumpulkan bahan yang akan dianalisis dan disimpulkan guna melihat segala sesuatu yang terjadi dalam pelatihan Universitas Sumatera Utara 135 dan pengaruhnya bagi peserta dalam perluasan pengetahuan, pembentukan sikap, perubahan perilaku, peningkatan kecakapan dan keterampilan.

4.5 Evaluasi Pelatihan

Evaluasi pada akhir pelatihan, untuk membahas seluruh sesi, dilakukan oleh peserta, trainer, dan penyelenggara. Cara yang digunakan dapat secara lisan, tertulis, atau gabungan antara lisan dan tertulis.

4.5.1 Evaluasi Secara Lisan

Untuk membuat evaluasi secara lisan, dapat ditempuh cara-cara sbb: 1. Evaluasi oleh semua peserta Pada evaluasi, para peserta pelatihan diminta untuk secara bebas mengutarakan evaluasinya terhadap pelatihan yang telah dilakukan, dengan bahan evaluasi dan saran-saran perbaikannya. 2. Evaluasi oleh beberapa perwakilan peserta Untuk menghemat waktu dan mempercepat proses, evaluasi hanya dibuat oleh wakil peserta. Beberapa orang ditunjuk untuk mewakili para peserta membuat evaluasi tentang pelatihan yang baru saja diadakan dengan mengutarakan evaluasi mereka mengenai unsur-unsur pelatihan yang baru saja berlalu sekaligus menyampaikan saran-saran perbaikan. 3. Evaluasi oleh penyelenggara Sesudah para peserta selesai mengutarakan evaluasi dan saran mereka, trainer dapat meminta kepada penyelengara untuk mengutarakan evaluasi dan saran mereka secara lisan. Jika penyalengara diminta untuk Universitas Sumatera Utara 136 menyampaikan evaluasinya, trainer perlu memberitahukan permintaan itu selanjutnya dengan maksud supaya penyelenggara dapat mengadakan persiapan dan tampil pada waktunya. Pada waktu menyampaikan permintaan evaluasi itu, trainer harus memberitahukan kepada penyelengara bahwa evaluasi yang akan disampaikan hanya mengenai pelatihan yang diadakan dan saran perbaikan, dan bukan untuk menanggapi evaluasi peserta mengenai pelatihan. Trainer mencatat evaluasi dan saran yang disampaikan. 4. Evaluasi oleh trainer Untuk melengkapi evaluasi peserta dan penyelenggara itu, trainer dapat meyampaikan evaluasi dan saran perbaikan mengenai pelatihan yang sudah dilaksanakan. Pada kesempatan ini, trainer juga membuat evaluasi dan menyampaikan saran perbaikan saja, dan bukan memberikan tanggapan atas evaluasi dan saran-saran para peserta maupun penyelengara. Namun, bila evaluasi dan saran dari peserta dan penyelengara itu perlu ditanggapi, maka sebaiknya dicatat. Pada kesempatan lain, ia dapat menyapaikan tanggapan itu kepada peserta dan penyelenggara. Untuk berhasilnya suatu evaluasi lisan, ada beberapa syarat mental dan teknis yang perlu dipenuhi. Kalau syarat-syarat itu tidak dipenuhi, maka kemungkinan besar hasil pelatihan yang sudah dicapai menjadi berkurang bahkan hilang. Kelompok peserta pelatihan bisa mengalami perpecahan. Hubungan antara semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pelatihan itu penyelenggara, trainer dan peserta rusak. Universitas Sumatera Utara 137 Syarat-syarat untuk evaluasi lisan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Sikap saling percaya, saling menerima, saling mendukung, dan saling membantu serta kerja sama, sudah cukup terbina antara pihak yang terlibat dalam kegiatan pelatihan. 2. Sikap yang baik dan kecakapan yang cukup untuk mengutarakan evaluasi dan saran-saran itu secara jelas. 3. Sikap hati untuk menerima evaluasi dan saran itu dengan penuh pengertian. 4. Sikap terbuka untuk mendengarkan evaluasi dan saran itu dan memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas pelatihan di kesempatan lain. Untuk itu, semua pihak perlu menyadari bahwa setiap orang itu mempunyai blind spot, yaitu segi-segi dan unsur-unsur yang tidak diketahuinya sendiri tetapi diketahui oleh orang lain.

4.5.2 Evaluasi Secara Tertulis

Evaluasi pelatihan secara tertulis dibuat oleh para peserta, penyelenggara, dan trainer. Bentuk-bentuk evaluasi pelatihan secara tertulis adalah sebagai berikut. 1. Ungkapan tertulis secara bebas mengenai unsur-unsur pelatihan, seperti kelebihan dan kekurangannya serta saran mereka. 2. Daftar pertanyaan Questionnaire yang sudah disiapkan untuk dijawab secara tertulis oleh para peserta dan penyelenggara. Bentuk ini dapat disesuaikan dengan fokus evaluasi yang dikehendaki oleh trainer. Bahan yang di evaluasi sama dengan yang disebut diatas. Universitas Sumatera Utara 138 3. Daftar isian Check List yang sudah dibuat secara khusus untuk dikerjakan oleh para peserta dan penyelenggara. Bahan yang dievaluasi sama dengan yang disebut diatas. 4. Kesansaran bebas mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pelatihan yang sudah diadakan, tanpa dibatasi bahannya, segi-segi yang perlu dievaluasi, dan cara penyusunannya. Seperti pada evaluasi lisan, trainer, penyelenggara dan para peserta dapat membicarakan hasil evaluasi dan saran yang telah dibuat dan tepat. Tujuannya bukan untuk mengorek atau mengumpulkan kesalahan, melainkan untuk menemukan data guna penyempuranaan jalanannya pelatihan di kesempatan lain atau pelatihan berikutnya. Pada evaluasi tertulis, pada umumnya nama penulis tidak perlu ditulis. Dengan demikian penulis dapat dengan bebas mengutarakan evaluasinya. Namun bagi penulis yang ingin menuliskan namanya, tidak perlu dilarang.

4.5.3 Evaluasi Gabungan

Evaluasi secara gabungan tertulis dan lisan, dapat juga dilaksanakan. Mula- mula peserta membuat evaluasi secara tertulis. Kemudian, mereka diberi kesempatan untuk mengungkapkan beberapa hal pokok dari evaluasi tertulis mereka secara lisan ataupun sebaliknya. Evaluasi secara gabungan ini tidak diwajibkan. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari evaluasi cara gabungan ini 1. Bagi mereka yang mengungkapkan, cara itu dapat membawa kelegaan dan kepuasan psikologis tersendiri karena hal-hal yang ditulis dalam evaluasi kerap menjadi bahan keprihatinan mereka. Dengan mengungkapkannya, Universitas Sumatera Utara 139 mereka merasa diringankan atau bahkan dilepaskan dari keprihatinan itu dan mendapat penampungan yang wajar. 2. Bagi semua pihak peserta, trainer dan penyelenggara, keseluruhan ungkapan evaluasi itu memberikan gambaran menyeluruh mengenai pelatihan yang sudah diadakan, karena ungkapan-ungkapan lisan itu saling melengkapi dan memperjelas evaluasi-evaluasi tertulis. 3. Bagi semua pihak, ungkapan-ungkapan itu merupakan dukungan dan koreksi terhadap isi dan mutu evaluasi masing-masing. Dengan mendengarkan evaluasi-evaluasi secara lisan itu, semua pihak dapat memperoleh bahan pembanding untuk meninjau isi dan mutu evaluasi masing-masing. Namun demikian, agar evaluasi gabungan itu mendatangkan hasil yang diharapkan, syarat-syarat untuk evaluasi lisan seperti disebut diatas harus tetap diperhatikan. Berdasarkan teori evaluasi diatas dan berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, maka evaluasi yang dipakai dalam program pelatihan di GBI Medan Plaza adalah evaluasi gabungan yakni evaluasi secara lisan dan evaluasi secara tulisan. Pertama-tama diadakan evaluasi lisan. Evaluasi lisan ini merupakan evaluasi oleh semua peserta. Pada evaluasi ini, para peserta pelatihan diminta untuk menunjukkan kemampuannya musikalitasnya yaitu dengan memainkan alat musik yang dikuasainya gitar elektrik, bass, keyboard, drum, dll dengan materi-materi lagu yang telah ditetapkan oleh trainer. Kemudian setelah itu trainer akan meminta penyelenggara koordinator program pelatihan musik untuk melakukan evaluasi Universitas Sumatera Utara 140 terhadap peserta serta memberikan saran-saran perbaikan mengenai pelatihan yang diadakan. Evaluasi dan saran-saran yang telah disampaikan penyelenggara tersebut dicatat oleh trainer. Selanjutnya, untuk melengkapi evaluasi tersebut trainer juga turut menyampaikan evaluasi dan saran-saran perbaikan mengenai proses pelatihan yang telah berlangsung. Setelah evaluasi lisan berakhir maka pada hari berikutnya diadakan evaluasi tulisan yaitu evaluasi yang ditujukan kepada para peserta pelatihan. Dalam hal ini trainer ataupun penyelenggara pelatihan membuat daftar pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi-materi yang telah dipelajari selama pelatihan, sesi perkenalan, peranan para peserta, sikap dan kecakapan trainer, keikutsertaan penyelenggara, tempat pelatihan cukup nyaman atau tidak, manfaat pelatihan yang dirasakan oleh peserta pelatihan, serta usul dan saran yang ditujukan bukan hanya kepada trainer dan penyelenggara namun juga kepada para peserta secara keseluruhan. Seperti pada evaluasi lisan, pada evaluasi inipun, trainer, penyelenggara dan para peserta kemudian mendiskusikan dan menilai hasil dari evaluasi tertulis ini dengan tujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada pelatihan-pelatihan selanjutnya. Namun demikian, agar evaluasi gabungan yang dilaksanakan oleh GBI Medan Plaza mendatangkan hasil yang diharapkan, maka syarat-syarat untuk evaluasi lisan seperti disebut diatas juga tetap diperhatikan. Universitas Sumatera Utara 141 Gambar 4.1 Suasana dalam Doa yang Dipimpin oleh Seorang Peserta Pelatihan Gambar 4.2 Suasana Pelatihan Musik Saat Praktik di Dalam Tim Gambar 4.3 Peserta Pelatihan pada Tahap Akhir serta Beberapa Trainer Universitas Sumatera Utara 142 Gambar 4.4 Ruangan Pelatihan Musik Gambar 4.5 Alat Musik Piano Elektrik yang Digunakan dalam Pelatihan Universitas Sumatera Utara 143 Gambar 4.6 Alat Musik Perkusi Drum Trap Set yang Digunakan dalam Pelatihan Gambar 4.7 Peralatan Sound System untuk Pelatihan Musik Universitas Sumatera Utara 144 Gambar 4.8 Peralatan Sound System pada Pelatihan Musik Universitas Sumatera Utara 145 BAB V STRUKTUR MUSIK

5.1 Pengantar

Manajemen organisasi Gereja Bethel Indonesia Medan Plaza memiliki hubungan yang erat dengan manajemen pelatihannya, dan seterusnya akan berdampak pada struktur musik yang dihasilkannya. GBI Medan Plaza seperti sudah dianalisis pada Bab III memiliki struktur organisasi yang khas, seperti penggunaan terminologi-terminologi istilah yang khas, pembuatan sistem manajemen organisasi yang khas, dan GBI sangat memperhatikan musik dalam tata ibadah dan pewartaan Injil untuk menuai jiwa-jiwa. Musik yang dihasilkan juga memiliki hubungan yang terintegrasi dengan organisasi dan pelatihan. Untuk itu perlu dikaji tentang struktur musik. Struktur musik yang dikaji dalam Bab V ini mencakup struktur instrumen atau alat musik yang digunakan. Kemudian beranjak, bagaimana struktur melodi dua lagu yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu lagu Allahku Dahsyat dan Penuhku. Kedua lagu ini akan dikaji melodinya melalui delapan unsur seperti yang ditawarkan oleh alm melalui teori weighted scale. Adapun kedelapan unsur melodi yang akan dianalisis meliputi: a tangga nada b nada pusat atau nada dasar; c wilayah nada, Universitas Sumatera Utara 146 d jumlah nada-nada, e interval yang digunakan; f pola-pola kadensa; g formula melodi ,dan h kontur. Analisis berikutnya adalah mengarah kepada teks atau lirik dua lagu seperti disebutkan di atas, dengan menggunakan teori semiotik, Hal ini dilakukan dalam rangka memahami dan menafsirkan makna teks dalam kedua lagu gereja pada GBI Medan Plaza sebagai bahan sampel penelitian ini. Ini penting dilakukan karena bagaimanapun teks musik adalah sebagai ekspresi lanjutan dari teks keagamaan Kristen, khususnya Injil atau Bibel.

5.2 Struktur Alat-alat Musik yang digunakan