METODOLOgI DAN URgENSI PENULISAN DOKUMENTASI

8 DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN 3. Menjadi sarana yang mampu membang- kitkan kesadaran dan sensiivitas jender para hakim agama yang belum mengikui pelaihan di wilayah lainnya di Indone- sia. 4. Menjadi referensi bagi masyarakat luas, utamanya perempuan, yang mengharap- kan keadilan dan perlindungan atas hak- hak mereka. Dokumentasi ini menjadi buki untuk membangun keyakinan di kalangan kaum perempuan bahwa ide kesetaraan jender mendapat dukungan riel dari sektor peradilan. 5. Menjadi acuan atau iik tolak bagi pi- hak-pihak terkait yang akan melakukan perencanaan program pelaihan pening- katan kualitas hakim, khususnya dalam rangka memantapkan kemampuan sen- siivitas jender seiap hakim. Untuk mewujudkan tujuan di atas, pendo- kumentasian ini dilakukan dengan meng- gunakan metode peneliian kualitaif. Un- tuk maksud yang lebih spesiik, digunakan model evaluasi goal oriented untuk melihat kesesuaian hasil dan dampak pelaksanaan program dengan tujuan yang telah diren- canakan. Untuk mendapatkan informasi tersebut, digunakan pendekatan parisipaif paricipatory approach yang menekankan pada 2 dua aspek, yakni internal actors melibatkan para pelaksana program pelai- han dan external actors melibatkan kelom- pok-kelompok lain di luar pelaksana yaitu peserta pelaihanstakeholders. Tahapan pendokumentasian dimulai dari pe- rumusan konsep, studi dokumentasi, turun ke lapangan, workshop konsolidasi temuan lapangan, uji ulang hasil temuan lapangan, hingga cek silang informasi dan konirmasi kepada lembaga penyelenggara yaitu PSW UIN Yogyakarta, Putroe Kandee dan Asia Foundaion untuk penulisan draf akhir.

D. PENgUMPULAN DAN PENYA -

JIAN DATA

1. Kegiatan FGD, Interview dan Observasi

Data awal dikumpulkan melalui bacaan dokumentasi berupa makalah, transkripsi rekaman proses pelaihan yang didokumen- tasikan dengan baik oleh PSW dan Putroe Kandee. Selain itu, dilakukan in-depth in- terview dengan key informants terpilih dan observasi di lapangan. Untuk mengantarkan pada pandangan umum peserta, informasi digali melalui Focus Group Discussion FGD yang berlangsung serempak di iga lokasi pada 29 November 2009. Sejumlah perta- nyaan dipersiapkan dan secara konsisten diajukan kepada para peserta FGD di iga wilayah peneliian terpilih. FGD Aceh diikui sembilan orang hakim Mahkamah Syar’iyah sebagian diantaranya hakim perempuan. Para hakim ini bertugas di Mahkamah Syar’iyah Provinsi NAD, Banda Aceh, Jantho, Sigli, Lhokseumawe, Langsa, Blang Keujeren dan Tapak Tuan. FGD Suma- tera Barat diikui tujuh orang hakim, yang satu di antaranya perempuan. Mereka ber- tugas di lima Pengadilan Agama Sumatera Barat dan Pengadilan Tinggi Agama Suma- tera Barat. Sementara di Sulawesi Selatan, FGD diikui tujuh hakim agama dua, di an- taranya perempuan. Mereka berasal dari Kantor Pengadilan Agama Makassar, Takalar, Pinrang, Watampone, Sengkang, Barru, dan Sungguminasa. Selain menggali informasi tentang penye- 9 PENDAHULUAN lenggaraan training, FGD juga mengum- pulkan cerita-cerita anekdotal bagaimana training itu berpengaruh baik secara kogniif maupun afekif sikap. Terkait dengan pe- nyelenggaraan training, FGD ini mengum- pulkan informasi soal cakupan kurikulum, kualitas narasumber fasilitator dari perspek- if peserta, serta alur training, pengorga- nisasian kegiatan dan referensi yang dise- diakan. Setelah FGD, penggalian informasi dilan- jutkan melalui in-depth intervew. Sejumlah peserta FGD dihubungi ulang untuk proses ini. Di Aceh interview dilakukan kepada lima orang hakim, dua diantaranya perempuan. Sementara di Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan wawancara mendalam dilakukan masing-masing dengan iga orang hakim yang salah satu dari mereka perempuan. Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara mendalam lebih spesiik pada respon per- sonal mereka atas program training ini serta pengalaman mereka sehari-hari di peng- adilan. Observasi dilakukan para penelii dengan menyaksikan beberapa hakim terpilih ke- ika beraksi di persidangan. Sangat disadari bahwa persidangan pada umumnya meru- pakan sidang tertutup. Oleh karena itu, ob- servasi dilakukan setelah majelis meminta persetujuan para pihak. Seusai persidangan, para penelii melakukan wawancara ulang dengan para pihak untuk mengetahui se- berapa jauh ingkat kepuasan mereka atas hasil sidang. Demikian pula, wawancara di- lakukan dengan hakim dan anggota mejelis- nya untuk mengetahui pandangan mereka atas perkara yang sedang mereka tangani itu. Dalam kerangka observasi ini pula, para penelii melakukan kajian atas dokumentasi putusan-putusan hakim. Cek silang temuan dari lapangan dilakukan para penelii den- gan pihak penyelenggara yaitu PSW UIN dan Putroe Kandee serta Asia Foundaion.

2. Penyajian Data Dokumentasi

Buku ini disajikan dengan sisimaika standar. Berangkat dari pendahuluan yang menjelas- kan tentang konteks pendokumentasian ini serta latar belakangnya, buku ini berakhir di catatan releksi. Pada bagian ini diuraikan tentang akivitas sensiivitas jender seba- gai media pembelajaran hakim. Menyadari bahwa karena konteks dan pendekatan yang dilakukan kedua lembaga ini berbeda, maka pendokumentasian ini disajikan secara ter- pisah tanpa upaya membandingkan baik persamaan maupun perbedaannya. Catatan Releksi di bagian akhir menyimpulkan hasil temuan serta rekomendasi dari PUSKUM- HAM yang pada ininya menekankan pada manfaat lanjutan dari kegiatan serupa. [] Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara mendalam lebih spesiik pada respon personal mereka atas program training ini serta pengalaman mereka sehari-hari di pengadilan. 10 DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN