Penguatan Kapasitas Mitra Buku demi keadilan dan kesetaraan
15
SENSITIvITAS jENDER: SEBUAH PROSES PEMBELAjARAN
15
in atas nasib para korban konlik dan beru- saha membantunya dengan membagikan
sembako atau pengobatan grais secara berkala selepas pengajian mingguan.
Keika tsunami menerjang Aceh pada 26 De- sember 2004, kantor Yayasan Putroe Kandee
yang terletak di Jalan Teungku Daud Beu- reueh termasuk yang luluh lantak. Sebagai
pengurus yayasan yang juga hakim agama, Ibu Rosmawardani biasa disapa “Ibu Ros”
banyak didatangi keluarga korban untuk konsultasi hukum.
Ibu Ros dan para hakim yang selamat meli- hat berbagai persoalan hukum yang imbul
pasca tsunami. Sebagian besar persoalan itu sangat terkait dengan hak-hak kaum
perempuan. Di luar isu-isu yang biasa mere- ka tangani seperi warisan, perwalian anak,
harta bersama, Mahkamah Syar’iyah harus
berhadapan dengan persoalan hukum yang jarang mereka jumpai sebelumnya seperi
pergeseran batas tanah, hutang piutang, deposito, asuransi, pegadaian dan lain-lain.
Menyadari bahwa dalam kondisi darurat itu dibutuhkan lembaga yang lebih responsif
dan leksibel, maka Ibu Ros dan beberapa pengurus Yayasan Putroe Kandee melaku-
kan kegiatan yang dimaksudkan untuk men- cari jawaban atas berbagai persoalan hukum
yang imbul. Mereka mulai dengan mendata persoalan-persoalan yang dinilai sangat
mendesak untuk diselesaikan terkait dengan kepasian hukum bagi perempuan dan anak-
anak pasca tsunami.
Atas dasar ideniikasi itu, Putroe Kandee kemudian lebih memfokuskan perhaiannya
pada kegiatan penguatan sensiivitas jender para hakim baik melalui kegiatan training,
peneliian dan kajian serta pendampingan korban. Selain dengan Asia Foundaion, Pu-
troe Kandee membina kemitraan dengan lembaga dana yang bekerja di Aceh seperi
UNIFEM, DFID World Bank, Royal Nether- lands Embassy RNE, termasuk dengan
BRR.
Para hakim yang selamat melihat
berbagai persoalan hukum yang imbul
pasca tsunami. Sebagian besar
persoalan itu sangat terkait dengan hak-
hak kaum perempuan.