Kegiatan FGD, Interview dan Observasi Mengembangkan Gagasan Mitra

10 DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN 2 Sensiivitas Jender: Sebuah Proses Pembelajaran 12 DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN Sensitivitas Jender: Sebuah Proses Pembelajaran 2

A. STRATEgI DAN PENDEKATAN PROgRAM ASIA FOUNDATION

P endokumentasian ini mencatat bahwa strategi bermitra Asia Founda- ion dilandasi oleh prinsip-prinsip kerja kemitraan. Di dalamnya ter- gambar bahwa hubungan kemitraan antara Asia Foundaion dengan mitranya tak terbatas pada penyaluran dana atau pendelegasian we- wenang. Beberapa prinsip kerja berbasis kemitraan itu antara lain:

1. Mengembangkan Gagasan Mitra

Bagi Asia Foundaion peran mitra dalam mengembangkan programnya sangat diutamakan. 1 Dalam konteks pemberdayaan hakim ini, gagasan program umum- nya datang dari mitra. Gagasan itu kemudian didiskusikan hingga mencapai kese- pakatan tentang bagaimana program ini didesain, diselenggarakan serta dievalu- asi sesuai siklus program 2 . 1 Sandra Hamid, Interview, Desember 2008 2 Dalam banyak kegiatan yang diselenggarakan Putroe Kandee, Ibu Hakim Rosmawardani ber- ulang kali menjelaskan bahwa dia cukup lama membawa gagasan itu kepada banyak pihak termasuk donor. Baru dalam pertemuan dengan Dr. Sandra Hamid Direktur Program Aceh Asia Foundation, ide itu bersambut yang kemudian diproses menjadi program kegiatan Pu- troe Kandee lihat prosiding laporan kegiatan dan rekaman proses pelatihan Yayasan Putroe Kandee sejak April 2006- sampai September 2008. 13 SENSITIvITAS jENDER: SEBUAH PROSES PEMBELAjARAN 13

2. Penguatan Kapasitas Mitra

Setelah tercapai kesepakatan kerjasama, Asia Foundaion menindaklanjuinya de- ngan ideniikasi kebutuhan mitra untuk pendampingan. Karena basisnya kebutuhan mitra maka pendampingan bisa sangat be- ragam. Untuk PSW misalnya, pendampingan diutamakan pada aspek administrasi penge- lolaan program dan keuangan. Sementara untuk Putroe Kandee pendampingan dilaku- kan lebih intensif mengingat Putroe Kandee adalah lembaga baru. Jadi, selain pelaihan administrasi dan manajemen organisasi, kepada Putroe Kandee diberikan pendam- pingan tentang pengelolaan lembaga, pe- ningkatan kapasitas internal, peningkatan ke- mampuan memfasilitasi, Training of Trainers ToT bagi staf, pengenalan pada sejumlah konsep sensiivitas jender dan pembelajaran teknik penyelenggaraan training yang pari- sipaif.

3. Kerjasama dalam teknik ‘Tandem’

Teknik tandem atau pendampingan lang- sung di lapangan merupakan cara lain yang dilakukan Asia Foundaion untuk pening- katan kapasitas mitra. Untuk isu jender misalnya, teknik tandem dilakukan dengan memasangkan Lies Marcoes dan staf mitra yang dianggap memiliki kemampuan untuk memfasilitasi. Teknik kerja tandem dilakukan juga oleh PSW UIN Yogyakarta dengan PSW UINIAIN lokal, antara lain sebagai narasum- ber utama dan narasumber pendamping. Pilihan pendampingan dengan teknik terjun bareng ini juga dimaksudkan sebagai sarana pembelajaran langsung bagi staf lokal, uta- manya Putroe Kandee, agar kelak siap men- jadi penyelenggara kegiatan training secara mandiri. PSW UIN Yogyakarta sepenuhnya meman- faatkan fasilitator dari dalam lingkungan sendiri tanpa tandem dengan staf Asia gambar 3 Workshop Penyusunan Kurikulum Training oleh Putroe Kandee di Aceh 14 DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN Foundaion. Dilihat dari segi jumlah dan kapasitasnya, PSW telah sangat memadai untuk menyelenggarakan kegiatan ini secara mandiri. PSW juga telah memproduksi mo- dul sehingga seluruh alur kegiatan pelaihan senaniasa berpedoman pada modul terse- but. Alur pelaihan PSW yang relaif stabil se- bagaimana tertuang dalam modul itu sangat membantu fasilitator PSW UIN Yogyakarta maupun PSW UINIAIN lokal untuk bekerja dalam mekanisme tandem seperi itu.

4. Pemanfaatan Sumber Daya

Asia Foundaion sangat mendorong mi- tranya untuk memanfaatkan sumberdaya setempat tanpa mengurangi kualitas bidang yang dibutuhkannya. Pelibatan narasumber lokal dilakukan PSW UIN Yogyakarta dengan mengundang nara- sumber baik dari lingkungan Peradilan Agama maupun dari Departemen Agama ingkat provinsi. Mereka juga mengundang narasumber ingkat nasional yang diang- gap memiliki relasi dengan konteks lokal. Sebagai lembaga akademis, PSW meman- faatkan narasumber internal yang sangat handal dalam kajian studi jender. Dan untuk memasikan bahwa upaya sensiivitas jen- der ini terkait dengan isu–isu yang relevan dengan pemberdayaan perempuan, mereka mengundang beberapa akivis dari Yogya- karta seperi dari WCC Rika Annisa dan PKBI Yogyakarta. Dalam konteks Aceh, Putroe Kandee senan- iasa melibatkan narasumber setempat se- peri dari lingkungan Kanwil Depag Provinsi NAD, dan jaringan ulama dayah, termasuk keika membahas isu lokal seperi penera- pan Qanun Nomor 12, 13, dan 14, dengan mengundang mantan Ketua Dinas Syariat Islam provinsi. Dari kalangan akademisi, Pu- troe Kandee mengundang dosen-dosen dari IAIN Ar –Raniry, sementara dari kalangan Mahkamah Syar’iyah di Aceh, Putroe Kan- dee melibatkan Ketua Mahkamah Syar’iyah Provinsi. Dan terkait dengan isu pember- dayaan perempuan, Putroe Kandee kerap menghadirkan akivis lokal seperi MiSPI Mitra Sejai Perempuan.

5. Legiimasi Pusat

Asia Foundaion dan para mitranya senania- sa mengkonsultasikan programnya dengan lembaga terkait dalam struktur yang lebih inggi. Konsultasi ini berlangsung hingga ke ingkat pelaksanaan pelaihan. Pelaihan yang diselenggarakan PSW maupun Putroe Kandee dengan penuh mendapatkan duku- ngan dari Mahkamah Agung dan Departe- men Agama Pusat. Pelaihan-pelaihan itu umumnya dihadiri oleh Direktur Badan Pera- dilan Agama, Drs. Wahyu Widiana M.A., atau Direktur Bimas Islam Prof. Dr. Nasaruddin Umar. Bahkan, Direktur Badilag juga mengi- rimkan undangan langsung kepada kepala PA untuk hadir dalam kegiatan training yang diselenggarakan PSW. Beberapa narasumber dari Mahkamah Agung yang menjadi langga- nan dalam kegiatan Putroe Kandee adalah Drs. Tauik M.A., Drs. Mukhtar Zamzami SH dan Dr. Supandi SH, M. Hum.

b. STRATEgI DAN PENDEKATAN YAYASAN PUTROE KANDEE

1. Proil Lembaga

Yayasan Putroe Kandee yang arinya Perem- puan Penerang didirikan pada 1990 oleh se- kumpulan anggota majelis taklim di Banda Aceh yang dipimpin Ibu Rosmawardani SH. Pada awalnya mereka merasa sangat priha- 15 SENSITIvITAS jENDER: SEBUAH PROSES PEMBELAjARAN 15 in atas nasib para korban konlik dan beru- saha membantunya dengan membagikan sembako atau pengobatan grais secara berkala selepas pengajian mingguan. Keika tsunami menerjang Aceh pada 26 De- sember 2004, kantor Yayasan Putroe Kandee yang terletak di Jalan Teungku Daud Beu- reueh termasuk yang luluh lantak. Sebagai pengurus yayasan yang juga hakim agama, Ibu Rosmawardani biasa disapa “Ibu Ros” banyak didatangi keluarga korban untuk konsultasi hukum. Ibu Ros dan para hakim yang selamat meli- hat berbagai persoalan hukum yang imbul pasca tsunami. Sebagian besar persoalan itu sangat terkait dengan hak-hak kaum perempuan. Di luar isu-isu yang biasa mere- ka tangani seperi warisan, perwalian anak, harta bersama, Mahkamah Syar’iyah harus berhadapan dengan persoalan hukum yang jarang mereka jumpai sebelumnya seperi pergeseran batas tanah, hutang piutang, deposito, asuransi, pegadaian dan lain-lain. Menyadari bahwa dalam kondisi darurat itu dibutuhkan lembaga yang lebih responsif dan leksibel, maka Ibu Ros dan beberapa pengurus Yayasan Putroe Kandee melaku- kan kegiatan yang dimaksudkan untuk men- cari jawaban atas berbagai persoalan hukum yang imbul. Mereka mulai dengan mendata persoalan-persoalan yang dinilai sangat mendesak untuk diselesaikan terkait dengan kepasian hukum bagi perempuan dan anak- anak pasca tsunami. Atas dasar ideniikasi itu, Putroe Kandee kemudian lebih memfokuskan perhaiannya pada kegiatan penguatan sensiivitas jender para hakim baik melalui kegiatan training, peneliian dan kajian serta pendampingan korban. Selain dengan Asia Foundaion, Pu- troe Kandee membina kemitraan dengan lembaga dana yang bekerja di Aceh seperi UNIFEM, DFID World Bank, Royal Nether- lands Embassy RNE, termasuk dengan BRR. Para hakim yang selamat melihat berbagai persoalan hukum yang imbul pasca tsunami. Sebagian besar persoalan itu sangat terkait dengan hak- hak kaum perempuan.

2. Pendekatan

Seperi diketahui Putroe Kandee hanya beker- ja di satu wilayah yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD. Sampai saat ini keg- iatan penguatan para hakim telah dilakukan secara intensif selama 2 tahun. Dalam pelak- sanaannya, Putroe Kandee melakukan ker- jasama dengan insitusi penerima manfaat yaitu Mahkamah Syar’iyah NAD yang meli- batkan seluruh kantor Mahkamah Syar’iyah dari 23 kabupatenkota. Keterlibatan peserta tersebut, berlangsung secara terus menerus dan beringkat-ingkat, mulai dari pelaihan ingkat dasar, pelaihan ingkat pendalaman, kegiatan sosialisasi publik, pertemuan evalu- asi dan monitoring berkala, serta kunjungan lapangan dari Putroe Kandee untuk diskusi temaik. Keterlibatan peserta yang sangat in- tensif ini idak hanya terjadi pada saat pelak- sanaan program tetapi juga dalam program lain yang dikembangkan Putroe Kandee de- ngan donor lain.