16
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Selain para hakim di lingkungan Mahkamah Syar’iyah, Putroe Kandee juga melaih para
pengurus KUA, URAIS dan BP4 dari bebera- pa kabupaten di Aceh. Dalam pelaksanaan-
nya, training bagi KUA ini idak digabungkan dengan Mahkamah Syar’iyah dengan alasan
bahwa keduanya memiliki tugas dan tang- gung jawab yang berbeda. Dalam pandangan
Putroe Kandee, meskipun tema besarnya sama yaitu peningkatan sensiivitas jender,
namun lantaran wilayah kerjanya berbeda,
maka cakupan dan muatan kurikulumnya juga berbeda. Secara garis besar isu jender
yang diangkat dalam training bagi para ha-
kim lebih terkait dengan persoalan-persoa- lan sengketa pasca perkawinan. Sementara
bagi KUA isu jender lebih ditekankan pada
cara pembacaan baru terhadap relasi kelu- arga menjelang atau di dalam perkawinan.
3. Desain dan Pengembangan Kurikulum
Dalam mendesain dan mengembangkan kurikulumnya, Putroe Kandee berangkat
dari kebutuhan yang sangat spesiik bagi hakim dalam upaya memberikan kepasian
hukum pasca konlik dan tsunami di NAD. Karenanya, kurikulum yang didesain oleh
Putroe Kandee lebih difokuskan pada kon- teks dan kebutuhan lokalnya.
Dengan mengkhususkan pada sejumlah per- soalan yang secara langsung dihadapi hakim,
seperi prakik talak di luar pengadilan, ce- rai gugat dari pihak perempuan, hak nakah
pasca perceraian, hak perwalian anak, prakik poligami dan implikasi hukumnya
dan lain-lain, para hakim dikenalkan pada
metodologi pembacaan teks klasik ushul
ikih dengan cara pembacaan baru, yaitu de- ngan menggunakan analisis jender, misalnya
persoalan itsbat nikah nikah ulang untuk mendapatkan legalitas resmi dari negara
yang dibutuhkan banyak perempuanpa- sangan yang menikah di masa konlik, atau
perempuan sebagai wali harta peninggalan korban tsunami.
4. Fasilitator, Narasumber, dan Peserta
Kegiatan pelaihan yang diselenggarakan oleh Putroe Kandee biasanya dipandu oleh
iga orang fasilitator yakni Rosmawardani, Abdul Moqsith dan Lies Marcoes. Lies Mar-
coes M.A., merupakan ahli jender yang berpengalaman dari Asia Foundaion. Seba-
gai sarjana IAIN dan Master dalam bidang
Antropologi Kesehatan, Lies telah lama ak- if di LSM berbasis pesantren untuk pem-
berdayaan perempuan. Lies juga memiliki kepiawaian dalam menjelaskan konsep jen-
der dan kaitannya dengan kondisi sosial, budaya, poliik dan agama di Indonesia. Lies
juga banyak melakukan peneliian tentang tema-tema itu. Dr. Abdul Moqsith Ghazali
merupakan tokoh muda NU yang cakap
dalam menjelaskan isu-isu jender dengan pendekatan teori
ushul iqh. Doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini memiliki latar
belakang pesantren dan sangat fasih dalam menguasai literatur klasik kitab kuning. Se-
Para hakim dikenalkan pada metodologi
pembacaan teks klasik ushul ikih dengan cara
pembacaan baru, yaitu
dengan menggunakan analisis jender
17
SENSITIvITAS jENDER: SEBUAH PROSES PEMBELAjARAN
17
dangkan Dra. Hj. Rosmawardani, SH adalah salah satu fungsionaris Yayasan Putroe Kan-
dee yang memiliki pengalaman bertugas sebagai hakim agama. Dengan pengalaman
selama 25 tahun, Wakil Ketua Mahkamah
Syar’iyah Jantho ini mampu mengemas isu- isu jender yang berhubungan dengan per-
soalan hukum di pengadilan dan kondisi sosial dan budaya masyarakat Aceh. Dalam
kegiatannya mereka dibantu oleh beberapa co-fasilitator, seperi Amrina Habibi SH, Dra.
Muhsina serta Drs. Muhammad Qusai.
Secara kuanitaif sampai akhir tahun 2008 terdapat 136 hakim, 14 diantaranya perem-
puan yang telah mengikui kegiatan training yang diselenggarakan Putroe Kandee. Ini
merupakan sebagian besar dari hakim yang
ada di NAD, yang totalnya berjumlah saat itu adalah 180 hakim dan 19 di antaranya
perempuan
3
. Jika dirinci berdasarkan ja- batannya, mereka terdiri dari 5 orang hakim
inggi, 117 hakim, 8 calon hakim, dan 6 pa- nitera. Lebih dari 80 orang di antara mereka
telah mengikui training pendalaman ad- vance training.
C. STRATEgI DAN PENDEKATAN PSW UIN YOgYAKARTA
1. Proil Lembaga
Konferensi Perempuan sedunia yang mela- hirkan Dekade Perempuan I 1975-1985
dan Dekade Perempuan II 1985-1990
3 Jumlah ini bertambah pada tahun 2009 men-
jadi 136 dengan ditunjuknya hakim-hakim baru yang didatangkan dari luar Aceh. Pada tahun
2009 ini, para hakim baru juga telah mengikuti training yang sama. Kurikulum training bagi
mereka sedikit berbeda karena latar belakang mereka yang merupakan pendatang baru di
wilayah ini dengan menambahkan konteks so- sio-kultural masyarakat Aceh.
mendorong kesepakatan internasional agar negara-negara peserta konferensi seperi
Indonesia, berikhiar meningkatkan status perempuan. Dalam kerangka itu, pusat-pu-
sat studi wanita di perguruan-perguruan inggi didirikan, tak terkecuali PSW UIN Su-
nan Kalijaga Yogyakarta.
Namun, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan PSW UIN Yogyakarta lebih
berkembang dibandingkan dengan PSW UINIAINSTAIN lain. Tersedianya sumber-
daya manusia yang berkualitas di satu pihak,
kuatnya komitmen pimpinan UIN dalam pengembangan studi wanita di pihak lain,
serta atmosir gerakan perempuan di Yog- yakarta yang kondusif untuk tumbuhnya
pemikiran jender dan Islam, menyebabkan lembaga ini berkembang dengan pesat.
Secara eksternal, PSW UIN Yogyakarta me- nikmai keuntungan dari dinamisnya ge-
rakan LSM Perempuan di Yogyakarta. PSW dituntut mampu menjawab berbagai per-
soalan yang diajukan kalangan LSM perem- puan terkait dengan isu-isu krusial yang
dihadapi kaum perempuan. Sebagai pusat studi berbasis agama, PSW dianggap memi-
liki legiimasi moral dan otoritas akademis. Beberapa LSM yang secara spesiik bekerja
untuk isu perempuan telah tumbuh keika PSW berdiri, antara lain Yasani, Lembaga
Studi Pengembangan Perempuan dan Anak
LSPPA, PKBI dan Yayasan Kesejahteraan Fa- tayat YKF NU, dan WCC Rika Annisa.
Di luar itu, Yogyakarta merupakan ranah subur untuk tumbuh kembangnya organi-
sasi kemasyarakatan berbasis Islam seperi Muhammadiyah dan Aisyiyah, atau Fata-
yat dan Muslimat yang merupakan sayap perempuan NU. Beberapa pendiri dan pe-