Melakukan Meditasi Coping Stres

10 yang diajarkan relaksasi. Para meditator mencapai keuntungan yang signifikan secara statistik dalam kreativitas seperti yang didefinisikan oleh kesadaran masalah tingkat tinggi, perubahan persepsi, penemuan, pengalaman sensoris, ekspresi emosionalperasaan, humor dan fantasi. Peneliti TM lain juga telah melaporkan adanya hubungan antara TM dan kreativitas misalnya, Margid pada tahun 1986 dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659.

3. Peran Hubungan Interpersonal

Tloczynski dan Tantriella dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573- 659 memeriksa efek dari meditasi napas sebagai proses relaksasi di perguruan tinggi. 75 mahasiswa, masuk ke dalam awal kegelisahan, yang secara acak masuk ke dalam meditasi, relaksasi, dan kelompok kontrol. Para siswa yang diterima hanya diberikan waktu 1 jam instruksi untuk melakukan hal tersebut dengan teknik yang baik. Menariknya, setelah 6 minggu, skor masalah interpersonal menurun secara signifikan hanya pada kelompok meditasi, meskipun, kegelisahan dan depresi skor menurun secara signifikan pada kedua kelompok meditasi dan relaksasi, dibandingkan dengan kelompok kontrol.

4. Kepribadian dan Penghargaan Diri

Berdasarkan penemuan yang berhubungan dengan hal tersebut, meditasi tampaknya terkait dengan karakteristik kepribadian positif. Misalnya, ketika kelompok nonmeditators dicocokkan dengan kelompok pemula, meditasi jangka pendek, dan meditasi jangka panjang dan hasilnya dibandingkan, hasil menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pertumbuhan kepribadian yang positif sebagai fungsi dari meditasi yang panjang C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659. Emavardhana dan Tori dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659, memeriksa efek dari partisipasi meditasi yang dilakukan oleh pelatihan meditasi Vipassana selama 7 hari yang dibandingkan dengan kelompok kontrol yang sesuai. Para meditator yang telah mundur mengalami peningkatan yang signifikan dalam keseluruhan harga diri, perasaan dibutuhkan, kebajikan, dan penerimaan diri dibandingkan dengan kelompok kontrol yang sesuai.

5. Kebahagiaan dan Efek Yang Positif.

Smith, Compton, dan West dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573- 659 menyelidiki dampak dari penambahan meditasi dalam Fordyce’s dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659 Personal Happiness Enhancement Program PHEP atau program peningkatan kebahagiaan pribadi. 36 materi pelajaran diberikan secara acak kepada kelompok ekperimental atau kelompok kontrol yang tidak diberikan pengobatan. Subjek percobaan dibagi menjadi dua kelompok, dimana kedua-duanya diberikan instruksi dari PHEP, namun satu kelompok eksperimental juga diajarkan latihan meditasi yang serupa yaitu Benson’s Relaxation Responses atau respon relaksasi dari Benson dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573- 659. Groups bertemu dalam 12 kali pertemuan, masing-masing 1 1 2 jam, selama 6 minggu. Kelompok meditasi yang ditambah dengan PHEP mengalami peningkatan secara signifikan pada ukuran kebahagiaan, kecemasan, dan depresi, dibandingkan dengan kelompok yang tidak menggunakan PHEP dan kelompok kontrol saja. Para meditator juga melaporkan tingkat yang meningkat secara signifikan pada perilaku positif, stres dan gejala penyakit yang menurun secara signifikan, tingkat kecemasan, permusuhan, depresi, dan dysphoria yang juga menurun Beauchamp – Turner Levinson, dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659.

6. Latihan Informal: Penilaian dalam Kehidupan Sehari-Hari

Meskipun masih sangat sedikit penelitian yang mengkhususkan untuk menguji efek dari latihan meditasi dari waktu ke waktu mengenai pengalaman hidup sehari- hari praktek informal, hal ini merupakan topik penelitian yang sangat penting. Easterlin dan Cardena dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659 mengevaluasi dampak dari awal meditasi Vipassana dalam kehidupan sehari-hari dan meditasi lanjutannya. Peserta meditasi terdiri dari 43 meditator, diantaranya 19 meditator pemula, dan 24 lainnya adalah meditator yang lebih berpengalaman, menjawab pertanyaan secara acak mengenai kesadaran, penerimaan, pengaruh, dan gaya kognitif. Sehubungan dengan para pemula tersebut, pelaku meditasi yang lebih berpengalaman tersebut melaporkan kesadaran yang lebih besar, suasana hati yang positif, dan penerimaan dan tingkat kecemasan yang lebih rendah, serta tingkat stres yang lebih rendah, dan akal sehat yang terkontrol.

7. Ketahanan Menghadapi Stres dan Rasa Kecocokan

Ketahanan Menghadapi Stres Kobasam dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659 dan Rasa Kecocokan Antonovsky mengacu pada karakteristik kepribadian yang relatif stabil yang memengaruhi bagaimana penerimaan seseorang dan merasakan dunia. Ketahanan menghadapi stres terdiri dari tiga komponen penting; komitmen, kontrol, dan tantangan. Rasa kecocokan mengacu pada kemampuan seseorang untuk menemukan makna keduniawian, mengerti, dan mengendalikannya. Kabat – Zinn dan Skillings dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659 memeriksa efek dari program pengurangan stres yang dilakukan selama 8 minggu dalam program Ketahanan Menghadapi Stres dan Rasa Kecocokan Stress Hardiness and Sense of Coherence. Para peneliti menemukan bahwa 6 - 7 nilai rata-rata peningkatan kedua hal tersebut yang diikuti oleh 582 pasien. Mereka yang melakukan peningkatan terbesar dalam mengikuti program Sense of Coherence membuat perubahan yang besar pula dalam psikologi dan gejala pengurangan fisik. Pada tiga tahun ke depannya Kabat-Zinn Skilling, 1992, keuntungan program tersebut tetap dipertahankan, bahkan dilakukan perbaikan lebih lanjut pada program Sense of Coherence tersebut.

8. Sikap Empati

Seluruh kelompok meditasi telah menekankan perhatian mereka terhadap kondisi orang lain yang dimaksudkan untuk “mempromosikan sikap empati mereka ke hal-hal yang dibuat yang mengarah kepada satu sama lain” Murphy, et al., dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659. Pada studi lain yang dilakukan oleh Saphiro dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659 memeriksa efek dari makna meditasi pada 78 siswa yang sakit dan sedang dalam pengobatan. Hasil menunjukkan adanya peningkatan pada tingkat empati dan penurunan pada tingkat kegelisahan dan depresi pada kelompok meditasi bila dibandingkan dengan daftar tunggu kelompok kontrol.

9. Aktualisasi Diri

Meditasi telah dideskripsikan sebagai “cara untuk mengaktualisasikan dan menyatukan kepribadian seseorang untuk memenuhi penggabungan pribadi” Ferguson, dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659.

10. Kepercayaan Afiliatif dan Motivasi Keesaan

Weinberger, McLeod, McClelland, Santorelli, dan Kabat-Zinn dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659 memberikan hipotesis bahwa MBSR akan memberikan peningkatan pada kepercayaan afiliatif dan motivasi keesaan. Kepercayaan afiliatif ditandai dengan rasa kepercayaan, keterbukaan, dan kepedulian dan dapat memprediksi hasil kesehatan positif McClelland, dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659.

11. Kerohanian

Shapiro dan teman-temannya dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573- 659 melakukan studi acak terkontrol untuk menguji efek meditasi kesadaran pada siswa paramedis dan medis. Skor yang lebih tinggi terlihat secara signifikan diperoleh oleh kelompok spiritual meditasi daripada kelompok kontrol. Selanjutnya, hasil ini diulang ketika kelompok kontrol menerima intervensi yang sama. Astin dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659 juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dari kelompok spiritual setelah intervensi kesadaran meditasi yang diberikan pada sekelompok mahasiswa.

2.3.7 Mendekatkan Diri Kepada Tuhan Kerohanian

Kerohanian adalah suatu proses yang mengatakan potensi terbaik dalam diri kita. Kemampuan untuk membayangkan, mencari, berhubungan dan berpengangan, serta berdoa mungkin yang menjadikan manusia unik dan berbeda dari mahluk lainnya. Kerohanian, bagaimanapun juga, tidak dapat dihapuskan dari proses biologis, psikologis, atau proses sosial tanpa menghilangkan karakter penting dari hal tersebut C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659 Dalam spiritualitas, kita dapat menemukan cara untuk memahami dan berhubungan dengan kekurangan manusia, sesuatu yang menjadi batas kendali kita. Sayangnya, bahasa-bahasa kerohanian seperti – yang Kudus, transendensi, ikhlas, kesabaran, penderitaan, iman, misteri, keterbatasan, pengorbanan, rahmat, dan transformasi – masih asing dalam psikologi. Meskipun demikian, mungkin masih banyak yang bisa diperoleh dengan menjembatani pandangan dunia, metode, dan nilai-nilai spiritualitas dengan orang-orang psikologi. Jadi, kerohanianlah yang membantu kita untuk menerima batas-batas yang kita miliki meskipun bertentangan psikologis yang seharusnya membuat kita mencoba untuk meningkatkan kekuatan dan kontrol yang kita miliki C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659. Para ahli sosial, pakar kesehatan, dan pakar kesehatan mental telah mulai mengembangkan “intervensi psikospiritual” yang menggabungkan sumber daya spiritual dengan kliniskesehatan. Pendekatannya berorientasi pada spiritual yang berhubungan dengan rasional-emotif, terapi kognitif-perilaku, psikoanalisis, perkawinan-keluarga, dan eksistensial Shafranske, dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659.