Mencari Kebermaknaan Dalam Hidup

sebuah realitas yang berbentuk non fisik. Hal tersebut nyata dan bersifat alami yang memiliki hubungan sebab-akibat, dan tidak dapat dilepaskan dari prinsip-prinsip yang ada C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659. Baumeister dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659 memasukkan penelitian tentang kebermaknaan hidup agar lebih memahami apa yang dimaksud dengan kebermaknaan hidup. Terdapat empat kebutuhan utama dalam menemukan kebermaknaan hidup dan berhubungan dengan motivasi yang mendorong individu untuk membuat hidup mereka lebih bermakna. Seseorang merasa puas dengan empat kebutuhan tersebut seperti menemukan hidup mereka menjadi lebih bermakna. Yang membedakannya, seseorang yang tidak puas dengan satu atau lebih dari kebutuhan tersebut merasa seperti tidak memilki makna dalam hidup mereka. Kebutuhan tersebut adalah:

1. Kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan

Maksud dari kebutuhan ini adalah seseorang dapat menggambarkan hubungan saat ini dengan masa depan mereka. Tujuan dapat dibagi menjadi dua jenis. Pertama adalah tujuan sederhana, hasil masih objektif atau bagian-bagiannya masih berupa keinginan, dan belum tentu menjadi nyata, dan dengan begitu individu akan melakukan aktifitas yang lebih bermakna sebagai jalan untuk memahami situasi yana diinginkan dimasa yang akan datang. Kedua, tujuan yang lebih kompleks, di mana lebih bersifat subjektif daripada objektif. Hidup berorientasi kepada tindakan antisipasi masa depan, seperti hidup bahagia selamanya, dicintai atau masuk surga.

2. Kebutuhan bernilai

Di mana dapat mengambil kebaikan atau hidup yang positif dan dapat mengambil tindakan yang benar. Nilai membuat indivuidu dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, nilai akan menjaga kita dalam konteks kepercayaan yang akan membuat kita untuk berfikir dengan baik, dan akan meminimalisir rasa bersalah, kegelisahan, penyesalan dan beberapa hal lain yang menyangkut moral yang dapat mengakibatkan stres.

3. Kebutuhan untuk dipercaya

Kebutuhan ini mempercayai bahwa setiap orang dapat membuat perubahan. Hidup mempunyai tujuan tapi tanpa adanya kepercayaan sangatlah menyedihkan. Setiap orang mengetahui apa yang mereka butuhkan tetapi tidak selalu dapat diperoleh dari pengetahuan tersebut. Hal ini cukup sering terjadi pada seseorang yang mengontrol lingkungan mereka dan pastinya diri merka sendiri: dalam Baumeister, 1998, dan kontrol yang buruk dapat membuat masalah seseorang menjadi serius yang akan berdampak pada kesehatan fisik dan mental mereka.

4. Kebutuhan akan harga diri

Hampir sebagian besar individu mencari alasan agar mereka dipercaya sebagai individu yang baik, dan menjadi orang yang berguna. Harga diri dapat membuat individu meraih makna dalam hidupnya dalam Wood, 1989. Hal ini dapat diraih dengan mengumpulkan seperti ketika seseorang menggambarkan penghargaan diri yang bermakna dari beberapa kelompok mereka atau orang-orang lain yang mereka anggap penting dan hormati.

2.3.5 Humor

Dalam tulisan awal yang dibuat Plato dalam Philebus dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659, Aristoteles dalam Poetics dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659, Hobbes dalam Leviathan dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659, dan Rousseau dalam Lettre a. M. Dalembert dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659, humor ditandai sebagai bentuk dari permusuhan. Bagi para filsuf tersebut, kualitas tertawa mengejek, paling sering diarahkan untuk keburukan dan kekurangan orang lain. Hal ini membuat humor menjadi sesuatu tidak diinginkan dan kejam. Tertawa dikatakan mencerminkan sifat agresif yang lebih besar dari manusia yang mengakibatkan korban untuk orang lain. Aristoteles mengatakan bahwa, komedi bertujuan untuk mewakili manusia yang lebih buruk lagi, tragedi seperti yang lebih baik daripada di kehidupan nyata dan “yang menggelikan hanyalah bagian yang jeleknya” Piddington, 1963. Hal tersebut menjadi pelajaran untuk mengingat kembali bahwa hingga akhir abad ke-19, misalnya, hal rutin yang dilakukan dan menjadi kebiasaan dengan mengunjungi rumah sakit jiwa untuk menikmati sambil tertawa melihat para narapidana menyedihkan dan berantakan yang terikat dengan penjara mereka masing-masing C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659. Pada abad ke-16, Joubert dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573- 659 menyatakan bahwa tertawa dapat melancarkan aliran darah yang dapat membantu membuat kulit terlihat sehat dan wajah menjadi berseri-seri. Oleh karena itu, tertawa dikatakan tepat untuk kekuatan proses penyembuhan yang memberikan kontribusi yang baik untuk kesehatan pasien. Tokoh psikologi yang memberikan kontribusi awal yang menggambarkan efek positif dari humor adalah William McDougal dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659, yang menyarankan bahwa dengan tertawa dapat mengurangi dampak dari serangan sosial yang dapat digunakan sebagai perangkat untuk mencegah simpati yang berlebihan dan untuk menahan diri kita dari depresi, kesedihan, dan berpotensi merusak emosi lainnya. Posisi ini sejajar dengan tulisan- tulisan baru-baru ini mengenai humor sebagai cara untuk mengurangi tekanan rangsangan emosional. Freud dalam C. R. Snyder Shane J. Lopez, 2005: 573-659, dalam bukunya Jokes and Their Relation to the Unconscious 1905, dijelaskan bahwa tertawa dapat digunakan sebagai pelepasan ketegangan defensif yang telah terangsang oleh keadaan awal untuk tertawa. Ketegangan dikatakan menimbulkan oleh sesuatu yang bisa menimbulkan perasaan atau pikiran terkait dengan kemarahan dan seksualitas dalam situasi di mana ekspresi mereka akan disesuaikan. Ketika ego pertahanan yang menghambat ekspresi emosional tersebut terbukti tidak diperlukan, seperti ketika seorang melakukan lelucon dalam ceritanya dan dengan demikian dapat meringankan emosi pendengarnya, energi dari emosional tersebut dapat ditahan dengan tertawa. Dalam tulisan-tulisan Freud, sesuai dengan McDougall, dia mengisyaratkan pada efek yang menguntungkan dari humor dalam membantu mengurangi dampak tekanan emosional.