Beberapa Penelitian Yang Terkait

orientasi seksual terhadap lawan jenis. Dalam hubungan mereka, pria homoseksual berusaha agar unsur intimacy, passion dan commitment bisa berjalan dengan seimbang. Ketiga subjek berusaha untuk membangun komunikasi yang baik dengan pasangan mereka, keterbukaan merupakan kunci agar dapat terciptanya kedekatan antara subjek dan pasangannya. Kesetian juga merupakan bagian dari komitmen dalam hubungan yang sedang dijalani oleh subjek dan pasangannya masing-masing. 2 Dinda 2009 Studi Kasus Tentang Kaum Homoseksual Pria Gay Ditinjau dari Strategi Coping Stres Dalam Kesimpulan dari penelitian ini memaparkan kemampuan para responden memanajemen stres dalam menghadapi lingkungan yang menolak keberadaannya. Selain itu diungkap juga penyebab responden menjadi gay dan juga Kehidupannya fenomena yang terjadi dalam kehidupan percintaan kaum gay. Saran untuk para responden adalah agar ketiga responden dapat menyadari berbagai konsekuensi yang akan terjadi dan mereka dapat mengantisipasi dengan baik. 3 Arwintya Wilma Pertiwi 2008 Gambaran Stres dan Perilaku Coping Seorang Ibu dalam Menghadapi Anak Hiperaktif Berdasarkan penelitian permasalahan utama yang dikemukakan oleh ibu dari anak hiperaktif adalah perilaku anaknya yang tidak bisa diam, sulit diatur, destruktif, sulit dikendalikan dan sebagainya. Hal itulah yang menjadi salah satu pemicu timbulnya stres. Dalam menghadapi anak hiperaktif, para ibu berhasil mencari solusinya, yaitu dengan menyelesaikan masalah secara rasional problem solving focused coping dan mengatur emosinya untuk menyesuaikan diri dengan dampak dari tekanan yang dialami Emotions focused coping, walaupun tidak sedikiti hambatan yang mereka hadapi. 4 Selvia Febrinita 2009 Dukungan Sosial Komunitas Xtra- L dan Citra Tubuh Wanita yang Mengalami Kegemukan Dari hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial komunitas Xtra-L dengan citra tubuh wanita yang mengalami kegemukan. 5 Hayatun Nisa 2008 Sikap dan Penerimaan Sosial Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus LDK dan Forum Mahasiswa Ciputat FORMACI terhadap Homoseksual Dari penelitian tersebut menandakan bahwa semakin tinggi atau positif sikap mereka terhadap homoseks, maka semakin meningkat pula penerimaan sosial mereka terhadap homoseks. 6 Siti Nur Azizah 2008 Peranan Dukungan Sosial terhadap Manajemen Stres Pada Wanita Penderita Kanker Payudara Berdasarkan hasil penelitian, disarankan hendaknya keluarga penderita sebagai lingkungan terdekat lebih meningkatkan dukungan. Dokter sebelum memberitahu hasil diagnosis kepada pasien yang menderita kanker payudara harus terlebih dahulu melakukan sosialisasi tentang penyakit kanker payudara dan pengobatannya agar pada saat pasien menerima hasil diagnosis seperti itu, tidak ada rasa ketakutan atau cemas. Selain peran dukungan sosial, wanita yang menderita kanker payudara memanage stresnya dengan melakukan berbagai kegiatan sehingga tidak terus-menerus memikirkan penyakitnya. Hal lain yang dapat dilakukan adalah berfikir positif dan yakin pada diri sendiri bahwa cobaan yang mereka alami dapat dilewati dengan baik.

2.8 Kerangka Berfikir

Pada penelitian ini akan dibahas masalah homoseksualitas. Yang juga secara tradisional, psikologi cenderung mengabaikan masyarakat lesbian dan gay. Atau menganggap mereka sebagai orang abnormal. Bahkan, sampai tahun 1974, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder sistem untuk menjelaskan dan mendiagnosa gangguan mental memasukkan homoseksualitas sebagai gangguan mental Matt Jarvis, 2009: 200. Yang dimaksud homoseksual itu sendiri adalah relasi dengan jenis kelamin yang sama Kartini Kartono, 1991: 247 dan dalam penelitian ini akan difokuskan pada homoseksual laki-laki atau Gay. Seiring perkembangan jaman, kaum homoseksual kini telah dapat menunjukkan jati dirinya di depan khalayak umum, hal ini mungkin disebabkan karena opini masyarakat dan dukungan masyarakat yang mengalami perubahan sehingga kaum homoseksual tidak lagi dianggap sebagai orang abnormal bahkan ada yang memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Namun ada juga dari sebagian masyarakat yang masih menentang keberadaan homoseksual karena alasan-alasan seperti melanggar nilai-nilai agama, moral dan lain sebagainya. Maka dari keadaan tersebut ada dua hal yang dapat dilakukan masyarakat terhadap kaum homoseksual yaitu memberi dukungan atau mengabaikan kaum homoseksual dan tetap menganggap mereka sebagai seorang yang abnormal. Pemberian dukungan yang dapat dilakukan oleh masyarakat seperti dukungan emosional yang mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian. Dukungan penghargaan yang mencakup penghargaan positif, dorongan untuk maju, dan perbandingan positif. Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung, seperti uang atau pekerjaan. Dukungan informatif yang mencakup nasihat, petunjuk- petunjuk, dan juga saran House dalam Smet, 1994: 136-137. Semua bentuk dukungan tersebut tidak lantas mengurangi stres yang akan mereka dapatkan, masih ada beberapa hal diantaranya, ingin mendapatkan keturunan, ingin hidup dengan “normal” kembali dan berbagai alasan lain yang dapat menjadi pemicu seorang homoseksual menjadi stress Zakiah Darajat, 2001: 47. Lalu bagaimana dengan homoseksual yang tidak mendapat dukungan-dukungan tersebut dari masyarakatnya? Dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat ada kaum homoseksual yang mengalami stres karena tidak mendapatkan dukungan-dukungan tersebut, juga ada diantara kaum homoseksual tersebut yang tidak merasa stres akan keadaan dirinya walau tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar, kemungkinan fenomena ini disebabkan karena kaum homoseksual tersebut sudah tidak peduli kepada opini negatif dari masyarakat tentang diri mereka dan mereka tetap dapat menjalankan aktifitas mereka selayaknya kaum heteroseksual. Bagi kaum homoseksual yang menghadapi stres sudah pasti mereka melakukan coping sebagai upaya penanggulangan diri terhadap stres yang dihadapinya. Dan dari berbagai macam stres yang berbeda-beda yang disebabkan oleh dukungan sosial masyarakat yang beraneka ragam dihadapi kaum homoseksual tersebut menimbulkan reaksi coping yang berbeda pula. Homoseksual yang stres karena tidak mendapatkan dukungan sosial mungkin akan merasakan hal-hal seperti gabungan emosi yang buruk, depresi, kemarahan, iritabilitas Cano O’Leary dalam Lahey, 2002: 444.