Aspek Dukungan Sosial Dukungan Sosial .1 Pengertian Dukungan Sosial

Tidak ada pemahaman secara pasti bagaimana fungsi dari dukungan sosial yang dapat menahan stres. Namun, terdapat dua aspek dalam dukungan sosial tersebut. Dua aspek dalam dukungan sosial tersebut adalah Lahey, 2007: 450-451: 1. Someone to talk to seseorang untuk diajak berbicara. Terkadang informasi dari seseorang mengakibatkan kita atau orang lain terlihat buruk, dan akan lebih baik jika kita lebih selektif dalam mengungkapkan sesuatu kepada seseorang Kelly, dalam Lahey, 2007: 451. Dalam suatu kondisi tertentu, tanda hubungan seseorang sudah dekat yaitu ketika seseorang telah menceritakan masalahnya kepada orang lain yang dapat mengurangi rasa sakit dan depresinya Rose and others, dalam Lahey, 2007: 450-451. 2. Receiving advice and solace memberikan saran dan masukan. Terdapat hal menarik yang menyatakan dengan jelas macam-macam dukungan sosial yang dapat merusak. Sedikitnya saran dan dukungan yang diterima dari orang lain terkadang membuat ketidakmampuan seseorang untuk mengatasi stres mereka dan akhirnya membuat mereka merasa sakit dan depresi Bolger and Amarel, dalam Lahey, 2007: 451. 2.5 Homoseksual 2.5.1 Pengertian Homoseksual Homoseksual adalah hal yang biasa dalam beberapa kultur, seperti yang terjadi di kepulauan Malenesia di Pasifik Utara King, 1996, tetapi tidak di Amerika Serikat dan di negara-negara Barat lain. Dalam sebuah studi terhadap 38.000 siswa Amerika tingkat 7 sampai 12, sekitar 88 persen menyatakan diri mereka heteroseksual, dan hanya 1 persen yang menyatakan diri mereka homoseksual atau biseksual. Sekitar 11 persen, sebagian besar siswa yang lebih muda, tidak pasti akan orientasi seksual mereka Remafedi, Resnick, Blum Harris, 1992. Akan tetapi stigma sosial dapat membiaskan laporan diri tersebut, dan meremehkan penyebaran homoseksualitas dan biseksual. Riset terhadap orientasi seksual telah difokuskan kepada upaya menjelaskan kondisi yang tidak biasa, yakni homoseksualitas. Homoseksualitas pernah dianggap sebagai penyakit mental, akan tetapi beberapa dekade riset telah menemukan tidak adanya asosiasi antara orientasi seksual dan masalah emosional serta sosial American Psyhological Association, tidak bertanggal; C.J.Patterson, 1992, 1995a, 1995b. Temuan ini akhirnya mengarahkan psikiatri untuk berhenti mengklasifikasikan homoseksualitas sebagai gangguan mental Diane E. Papalia dkk, 2008: 595. Penjelasan umum tentang homoseksualitas lainnya — semuanya dideskreditkan secara ilmiah — mengarah kepada hubungan parental yang terganggu; dorongan orang tua terhadap perilaku lintas-gender dan tidak biasa; imitasi orang tua yang homoseksual; peluang untuk belajar melalui rayuan oleh homoseksual. Banyak anak muda yang memiliki satu atau lebih pengalaman homoseksual ketika mereka tumbuh, biasanya sebelum usia 15 tahun. Akan tetapi, pengalaman yang terisolasikan, atau bahkan ketertarikan dan fantasi homoseksual, tidak menentukan orientasi seksual Diane E. Papalia dkk,2008: 595.