33 3.
The valorization of a group’s essential differences through the politicization of everyday.
Menurut Jasper dikutip oleh Polletta dan James 2002 identitas kolektif yang melekat pada seseorang yang turut serta dalam suatu gerakan sosial dapat
dilihat melalui tiga jenis identitas yang melekat pada dirinya. Pertama identitas aktivis, indentitas ini dapat dilihat dari sejarah aktifitas politiknya atau sejarah
orang tersebut sebelum ia bergabung dengan suatu organisasi gerakan sosial yang lebih luas dari suatu gerakan itu sendiri, misalnya ketika orang tersebut menyebut
dirinya sebagai aktivis lingkungan. Kedua identitas organisasi, identitas yang melekat pada seseorang ketika ia
bergabung dengan suatu organisasi. Dan yang terakhir identitas taktis, identitas ini menunjukan gaya aksi tertentu yang ia percaya dan anut. Ketiga jenis identitas ini
dapat terbentuk sebelum maupun sesudah ia bergabung dengan suatu gerakan sosial.
2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual
Budaya organisasi menurut George C. Homans Hersey dan Kenneth, 1982, merupakan hasil dari penyatuan pandangan dari individu atau anggota di
dalam organisasi itu. Karena suatu organisasi agar dapat bertahan memerlukan tiga unsur sosial yaitu aktivitas, interaksi, dan sentimen dari anggotanya. Aktivitas
adalah tugas-tugas yang dilaksanakan oleh anggotanya, interaksi adalah perilaku yang terjadi di antara orang-orang dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan
sentimen adalah sikap yang terbentuk di antara orang-orang dan dalam kelompok. Ketiga unsur ini saling berkaitan satu dengan yang lain. Beragamnya karakteristik
individu serta saling terkaitnya tiga unsur sosial dalam suatu organisasi, sehingga organisasi membutuhkan wadah yang mampu meyatukan pandangan yang akan
berguna untuk mencapai misi dan tujuan organisasi tersebut agar tidak berjalan sendiri-sendiri.
34 Dalam penelitian gerakan sosial baru, budaya organisasi diasumsikan
sebagai budaya yang mampu mengkonstruksi identitas kolektif pada individu yang bergabung dengan organisasi gerakan sosial baru. Melalui budaya ini,
individu mampu mengkonstruksi kemudian memaknai suatu fakta atau peristiwa yang berlaku sesuai konteks tertentu. Identitas kolektif merupakan suatu daya
nalar individu, moral, hubungan emosional antara individu dengan organisasi, kategori, komunitas atau practice. Identitas ini terbentuk akibat interaksi individu
dengan budaya suatu pergerakan sosial. Identitas kolektif yang melekat pada anggota dari organisasi gerakan sosial baru dapat dilihat dari tiga identitas yang
melekat pada anggota tersebut, yang terdiri dari identitas aktivis, identitas organisasi dan identitas taktik.
Budaya organisasi sebagai suatu hasil penyatuan pandangan, dapat dikatakan sebagai konsensus yang dibentuk oleh anggotanya. Menurut Stuart Hall
dikutip Yanto, 2002, konsensus merupakan hasil share pengetahuan individu- individu yang berada dalam suatu komunitas sehingga menghasilkan suatu peta
pemaknaan maps of meaning yang dimaknai bersama oleh anggota komunitas tersebut, peta maknaan ini dapat berupa misi dari organisasi itu sendiri. Proses
penyebarluasan peta pemaknaan maps of meaning dapat dilakukan melalui suatu media komunikasi berupa cerita, ritual, lambang materi dan bahasa yang terdapat
pada suatu organisasi. Media komunikasi tersebut memuat nilai-nilai maupun skema-skema yang memperlihatkan pandangan organisasi akan suatu fakta
maupun peristiwa. Skema tersebut digunakan oleh organisasi dalam membingkai suatu
realitas dan menyajikannya dalam proses pemikiran individu. Sebuah realitas dapat dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh setiap individu. Dalam gerakan
sosial, skema tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah frame, karena dalam perspektif frame ini berperan dalam mengorganisasikan pengalaman dan petunjuk
tindakan, baik secara individu maupun kolektif Goffman dikutip Yanto,2002. Dalam pemahaman ini, frame tentu saja berperan dan menjadi faktor yang
menentukan dalam partisipasi gerakan sosial. Aspek utama yang diperhatikan dalam framing adalah proses
pembentukan identitas pada individu yang terlibat dalam ’gerakan’ agar individu
35 tersebut dapat berperilaku sejalan dan tidak melenceng dari tema ’gerakan’.
Dalam konteks gerakan sosial, pembentukan karakter atau identitas merupakan bagian dari collective action frame Gamson dikutip Yanto, 2002 menghasilkan
suatu identitas kolektif yang tidak hanya memperjelas siapa kita dan siapa mereka, melainkan juga mengidentifikasi bahwa kita berbeda dengan mereka serta
memberikan energi positif pada anggota lain Polletta dan James, 2001. Menurut mereka identitas kolektif dapat ditunjukan oleh cultural materials, seperti nama,
narasi, simbol, gaya bahasa, ritual, baju,dll. Pada tingkat individu identitas kolektif dapat dilihat tiga jenis identitas yang melekat pada dirinya, yang terdiri
dari identitas aktivis, identitas organisasional dan identitas taktis Framing menyediakan alat bagaimana suatu peristiwa dibentuk dan
dikemas dalam kategori tertentu, sehingga dapat dikatakan framing menolong individu dalam memproses informasi ke dalam kategori yang dikenal dan citra
tertentu Hanson dikutip Yanto,2002. Pada dasarnya dalam suatu media komunikasi, frame dapat dilihat sebagai sebuah content terdiri dari elemen-elemen
frame, elemen-elemen tersebut terdiri dari frame yaitu isu utama, diagnosis, prognosis, dan argumen pendukung. Menurut Gamson dikutip Yanto,2002,
gerakan sosial membutuhkan tiga frame atau bingkai yaitu agregate frame, consensus frame, dan collective action frame.
Sehingga dapat dikatakan bahwa media komunikasi dalam organisasi sebagai suatu framing seperti aksi-aksi yang mereka lakukan, buku yang
diterbitkan, maupun aktifitas lainnya, karena media komunikasi tersebut memuat frame gerakan sosial yang mempengaruhi cara pandang seorang individu dalam
mengkontruksi suatu fakta atau peristiwa, dan membentuk suatu identitas kolektif.
36 .
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pembentukan Identitas Kolektif pada LSM Greenpeace Asia
Tenggara Indonesia.
2.6 Definisi Konseptual