49 mendistribusikan energi listrik yang bersih bagi korban Aceh yang berhasil
selamat dengan memasang sistem energi solar PV pada suatu desa agar kebutuhan energinya terpenuhi
Pada tahun 2006 di bawah tekanan Greenpeace, Asian Development Bank ADB meningkatkan bantuan dana untuk energi terbarukan serta memberikan
dana energi bersih senilali 1 milyar dollar AS. Selain itu, Greenpeace mencetuskan program manajemen hutan berbasis masyarakat sebagai solusi atas
penghancuran hutan Papua yang berkelanjutan.
Setahun kemudian saat pemerintah Indonesia berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, komunitas dan kelompok-kelompok lokal di
Jepara berhasil mendorong perubahan nyata setelah dikeluarkannya fatwa oleh para pemuka agama setempat yang menentang rencana pembangunan pembangkit
listrik tenaga nuklir di wilayah yang berdekatan dengan gunung Muria, yang merupakan gunung berapi yang masih aktif. Selain itu, Greenpeace berhasil
menunjukan dampak deforestasi dan peran lahan gambut pada iklim melalui Kamp Pembela Hutan di Riau, Sumatra.
4.4 Prinsip Utama
Selama lebih dari 30 tahun, Greenpeace secara konsisten memegang teguh dan menerapkan nilai-nilai maupun prinsip utama yang terdapat pada budaya
organisasi Greenpeace. Nilai-nilai dan prinsip utama ini menyumbangkan suatu
proses intrepertasi dalam suatu organisasi. Nilai tersebut memberikan sudut pandang normatif bagi aspek-aspek yang organisasi harus capai, seperti yang
terlihat pada misi Greenpeace dan secara eksplisit memberikan petunjuk moral dalam mencapainya. Dalam organisasi gerakan sosial baru, nilai maupun prinsip
utama ini dipandang, dipertahankan secara kolektif, dan digunakan oleh organisasi dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, nilai maupun prinsip tersebut
mempengaruhi sudut pandang organisasi akan suatu isu tertentu. Nilai-nilai dan
prinsip yang dipegang oleh Greenpeace adalah sebagai berikut : Pertama, Greenpeace tidak meminta atau menerima dana dari pemerintah,
perusahaan atau partai politik. Greenpeace mendapatkan dana dari sumbangan
50 individual sebagai pendukung supporter dan dana hibah dari yayasan-yayasan
yang sudah teruji komitmennya. Greenpeace mendapatkan dana paling besar dari individu yang bersimpati pada Greenpeace dan memiliki kepedulian yang sama
dengan Greenpeace. Nilai ini membantu Greenpeace lebih independen ketika harus berhadapan dengan pemerintah dan perusahaan.
Masih terkait dengan sumber dana, Greenpeace tidak mencari atau menerima sumbangan yang akan mengkompromikan kemandirian, tujuan, atau
integritasnya. Sikap ini penting untuk menunjukkan independensi Greenpeace dari pemberi dana.
Kedua, Greenpeace memegang teguh prinsip-prinsip: tanpa kekerasan non-violence. Greenpeace menyebut setiap aksinya, seperti mengikatkan tubuh
pada rel kereta protes transportasi limbah nuklir atau pada pohon, menghadang kapal laut penangkap ikan paus dan aksi serupa, sebagai non-violence direct
action atau aksi langsung tanpa kekerasan. Direct action adalah aksi protes di mana aktivis atau pemrotes melawan melalui aksi yang dirancang bukan hanya
untuk mengubah kebijakan pemerintah atau mengubah opini publik melalui media, tetapi juga mengubah kondisi lingkungan di sekeliling mereka secara
langsung. Direct action sendiri didasari oleh dua pemikiran. Pertama, mengikuti satyagraha atau truth-force-nya Mahatma Gandhi,
aktivis mencoba mempengaruhi lawan agar mengubah rencananya dengan menunjukkan perspektif mereka memiliki moral yang lebih tinggi moral
superiority melalui kepasrahannya menjalani pengorbanan diri atau keadaan tidak menyenangkan, seperti mengikat diri pada rel kereta. Pemikiran logis kedua
adalah menjadi saksi bearing witness. Logika bearing witness ini membawa pesan yang jernih pada lawan bahwa para aktivis yakin apa yang dilakukan
pemerintah atau perusahaan salah, contohnya dengan menjadi saksi langsung dari pengrusakan hutan alam. Kedua hal ini memberikan tekanan moral pada lawan
yaitu pemerintah atau perusahaan. Greenpeace sudah memulai bearing witness dan direct action sejak awal,
ketika tahun 1971 para pendiri Greenpace menggunakan kapal ikan tua berlayar “Phyllis Cormack” dari Vancouver, Kanada, menuju Pulau Amchitka, pulau kecil
51 di Tepi Barat Alaska. Meskipun hanya kapal kecil tua, Phyllis Cormack dicegah
oleh tentara Amerika Serikat sebelum tiba di pulau itu. Ketiga, independen dari politik political independence. Greenpeace
berusaha mempertahankan independensinya dari politik political independence. Greenpeace tidak dipengaruhi oleh paham politik mana pun dan dari negara atau
partai apa pun. Prinsip ini berkaitan dengan prinsip “no permanent allies or enemies.”.
Keempat, Greenpeace tidak memiliki sekutu atau musuh permanen no permanent allies or enemies. Greenpeace sebagai organisasi terbuka tidak lepas
dari pengaruh lingkungannya. Situasi politik, ekonomi, sosial, terkait dengan isu lingkungan tertentu mendorong Greenpeace mengambil strategi bersekutu dengan
pemerintah atau organisasi non-pemerintah lainnya untuk mencapai tujuan. Persekutuan ini tidak permanen. Untuk satu isu lingkungan tertentu
mungkin saja Greenpeace bersekutu dengan pemerintah, tetapi untuk isu yang berbeda Greenpeace memposisikan pemerintah sebagai lawan. Misalnya untuk isu
perdagangan limbah B3, Greenpeace memposisikan negara berkembang termasuk Indonesia sebagai sekutu dan pemerintah negara maju sebagai
“lawan”. Tetapi untuk isu kehutanan, Greenpeace memposisikan Pemerintah Indonesia Departemen Kehutanan sebagai “lawan.”.
Kelima, Greenpeace sebagai organisasi non-pemerintah, memegang teguh prinsip transparan dan akuntabilitas. Dua prinsip ini menjadi penting karena
Greenpeace harus mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangannya kepada para supporter individu dan foundation yang memberikan dana. Setiap tahun
keuangan Greenpeace diaudit dan laporan audit terbuka untuk diperiksa oleh para supporter.
4.5 Fokus Isu yang Diangkat