108 energi, karena dalam sudut pandang MU batubara sebagai bahan baku yang tidak
dapat diperbarui apabila digunakan secara terus-menerus akan mengakibatkan kehancuran. MU mengaku dirinya belum mengetahui solusi revolusi energi yang
Greenpeace tawarkan terkait dengan isu batubara serta belum tentu mempercayainya walaupun solusi tersebut berasal dari Greenpeace.
“..kalo saya sih ngga selalu percaya tanpa saya liat, pikirkan dulu, saya selalu kalo percaya terhadap satu gerakan saya harus tau dulu maksud dan
tujuannya..” MU, 29 tahun
Sebagai seorang aktivis lingkungan dirinya mengaku masih berkomitmen untuk berjuang bersama LSM ini sebagai aktivis Greenpeace selama kegiatan
maupun program yang Greenpeace sesuai dengan jalan pemikiran MU. Kedepannya MU belum bisa memastikan sampai kapan dirinya akan terus
berjuang bersama Greenpeace, MU menjawabnya dengan sebuah ungkapan berikut ini ‘
jalanin dulu,biarin seperti air yang mengalir’, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk saat ini identitas organisasi yang melekat pada MU adalah identitas aktivis
Greenpeace. Identitas kolektif yang melekat pada MU, secara ringkas ditampilkan pada matriks berikut ini.
Identitas Aktivis Identitas Organisasional
Identitas Taktik Nam
a Sebelum
Sesudah sebelum
Sesudah sebelum
sesudah MU
Aktivis Lingkung
an Aktivis
Lingkungan Aktivis
MAPALA Aktivis
MAPALA Tidak ada
Aksi Langsung
atau NVDA
Matriks 7. Identitas Kolektif yang Melekat Pada MU.
7.6 Analisis Identitas Kolektif yang Melekat Pada Anggota
Greenpeace Greenpeace Asia Tenggara Indonesia Terkait Isu Batubara
Kelima orang yang menjadi responden penelitian ini terdiri dari empat orang anggota Greenpeace Asia Tenggara Indonesia dan seorang siswi
Greenpeace University yaitu AF, AR, , FA, MU dan LH memiliki biodata yang disajikan dalam Matriks 8.
109
Nama AF
AR LH
FA MU
Usia
28 tahun 27 tahun
25 tahun 25 tahun
29 tahun
Jenis kelamin
laki-laki perempuan
Perempuan laki-laki
laki-laki
Keanggota an GPSEA
Juru kampanye
Iklim dan Energi
New Media Campaigner
Siswa GPU Anggota
DDC Voulenteer
Tahun Keanggotaan
2008 2004
2009 2009
2008
Latar Belakang
pendidikan
Sarjana Ekonomi
Sarjana Komunikasi
Insinyur Sarjana
muda Mahasiswa
jurusan Ekonomi
Sejarah keaktivisan
Peneliti Iklim dan Energi
Yayasan Pelangi
Indonesi Non-Aktivis Aktivis LSM
Education Care Units
Non- aktivis
Anggota Mapala
Framing Batubara
o Hasil
penelitiaan Yayasan
Pelangi, o
Buku Greenpeace,
o aksi-aksi
Greenpeace o
Website GPSEA
o Website
Sierra.com
o Buku
Greenpeace o
aksi-aksi Greenpeace
o Website
GPSEA o
Mahasiswa jurusan
Teknik o
Buku Greenpeace
o Website
GPSEA o
Pegawai Taman
Nasional o
Guide Taman
Nasioanl o
Buku Greenpea
ce o
aksi-aksi Greenpea
ce o
Senior MAPALA,
Matriks 8.
Profil Responden
Berdasarkan teori, identitas kolektif yang melekat pada kelima subjek penelitian penelitian dapat dilihat melalui tiga jenis identitas yang melekat pada
dirinya yaitu identitas aktivis, identitas organisasi, dan identitas taktik Jasper dikutip Polletta dan James, 2002. Identitas aktivis yang melekat pada kelima
responden adalah identitas aktivis lingkungan, hal ini dapat dari kepedulian mereka terhadap kondisi lingkungan, hal-hal yang telah mereka lakukan untuk
menanggapi kondisi lingkungan tersebut dan partisipasi mereka dalam organisasi yang bergerak di bidang lingkungan, seperti MAPALA ataupun LSM lingkungan.
110 Identitas aktivis pada diri responden, sudah ada yang terbentuk sebelum
bergabung dengan Greenpace, seperti yang terlihat pada AF, LH dan MU, identitas aktivis mereka sudah terbentuk saat mereka belum bergabung dengan
Greenpeace, sebab sebelumnya mereka sudah aktif dalam sebuah organisasi lingkungan, AF sebagai peneliti iklim dan energi pada Yayasan PELANGI, LH
bersama-sama temannya mendirikan LSM lingkungan dan MU merupakan anggota aktif MAPALA kampusnya. Sedangkan Identitas aktivis pada anggota
yang lain terbentuk setelah bergabung dengan Greenpace, seperti yang terlihat pada AR dan FA, sejarah keaktivisan mereka menunjukan bahwa mereka
sebelumnya belum pernah bergabung dengan organisasi lingkungan, walaupun sebenarnya mereka memiliki ketertarikan dengan kondisi lingkungan. Identitas ini
juga dapat menunjukan pemahaman mereka akan kondisi lingkungan Indonesia saat ini terkait dengan isu batubara yang sedang Greenpeace kampanyekan,
karena sebagai seorang aktivis lingkungan mereka memilki pemikiran atas apa yang sedang terjadi, penyebabnya, hingga solusi yang seharusnya dilaksanakan.
Berdasarkan hasil wawancara, identitas organisasi yang melekat pada responden adalah identitas organisasi Greenpeace. Hal ini terlihat dari lamanya
keanggotaan dan komitmen mereka untuk terus berjuang bersama LSM ini kedepannya dengan caranya masing-masing langsung maupun tidak langsung,
namun terdapat hal yang berbeda pada dua orang responden yaitu MU dan LH. Menurut MU, dirinya akan tetap komitmen bersama Greenpeace selama hal-hal
yang dilakukan LSM ini sesuai dengan jalan pemikirannya atau dapat dikatakan identitas organisasi yang melekat pada dirinya bersifat temporer. Berbeda dengan
MU, kedepannya LH berusaha menempatkan LSM Greenpeace sebagai ‘pendamping’, karena dirinya lebih fokus mengembangkan LSM lingkungan yang
ia telah dirikan bersama kerabatnya. Di dalam identitas organisasi kelima responden terdapat identitas taktik yang melekat, hal ini sesuai dengan pendapat
Jasper dikutip Polletta dan James, 2001 yang menyatakan bahwa identitas organisasi dan identitas taktik terkadang serupa dan tidak terpisahkan, karena
organisasilah yang menyusun dan melaksanakan suatu aksi. Identitas taktik yang melekat pada kelima responden adalah aksi langsung
yang unik atau Non-violent Direct Action NVDA dan independen, identitas ini
111 juga merupakan prinsip utama dari LSM Greenpeace. Namun pada diri
responden, salah satu dari identitas taktik terlihat lebih menonjol. Identitas taktik independen pada AR dan FA lebih menonjol dibandingkan dengan identitas taktik
NVDA, karena mereka lebih meyakini taktik ini merupakan sumber kekuatan organisasi ketika berhadapan dengan ‘lawannya’. Pada diri AF, identitas taktik
aksi langsung lebih menonjol dari identitas independen, karena identitas ini merupakan alasan AF untuk pindah dan berjuang bersama LSM Greenpeace.
Sedangkan pada diri MU dan LH tidak ada identitas taktik yang lebih menonjol, mereka memaknai kedua nilai tersebut sama besar pengaruhnya sebagaimana
yang mereka perlihatkan saat proses wawancara. Menurut Jasper dikutip Polletta dan James, 2001 perbedaan identitas taktik pada diri responden adalah hal yang
wajar, dimana identitas anggota suatu organisasi, terutama organisasi gerakan sosial belum tentu sama.
Identitas kolektif yang melekat pada seluruh reponden merupakan hasil framing pada budaya organisasi LSM Greenpeace Asia Tenggara Indonesia,
melalui pemaknaan dan interaksi mereka terhadap sebagaian ataupun seluruh media komunikasi yang terdapat pada organisasi tersebut yang terkait dengan isu
batubara, media komunikasi pada LSM ini terdiri dari cerita, ritual, lambang, dan nilai-nilai yang mengandung frame gerakan sosial anti-batubara maupun prinsip
utama yang LSM ini pegang selama lebih dari 30 tahun. Ritual mengenai batubara pada budaya organisasi LSM ini berupa aksi-aksi langsung anti-batura yang
terdapat Greenpeace lakukan maupun kegiatan DDC serta buku pegangan ‘Biaya Batubara Sebenarnya’, nilai-nilai terdapat pada prinsip utama Greenpeace, dan
lambang materi yang berupa atribut berupa baju Greenpeace maupun baju anti- batubara.
Nama AF
AR LH
FA MU
Sejarah keaktivisan
Peneliti Iklim dan Energi
Yayasan Pelangi
Indonesi Non-Aktivis Aktivis LSM
Matahari Non-aktivis
Anggota Mapala
112
Framing Batubara
o Hasil
penelitiaan Yayasan
Pelangi,
o Buku
Greenpeace o
aksi-aksi Greenpeace
o Website
GPSEA o
Website Sierra.com
o Baju anti-
batubara o
Buku Greenpe
ace o
aksi-aksi Greenpe
ace o
Website GPSEA
o Baju
anti- batubara
o Buku
Greenpeace
o Website
GPSEA o
Mahasiswa jurusan
tekhnik o
Pegawai Taman
Nasional o
Guide Taman
Nasioanl
o Buku
Greenpeace o
aksi-aksi Greenpeace
o Baju anti-
batubara o
Senior MAPAL
A,
Identitas aktivis
Aktivis lingkungan
Aktivis lingkungan
Aktivis lingkungan
Aktivis lingkungan
Aktivis lingkungan
Identitas Organisasi
Aktivis Greenpeace
Aktivis Greenpeace
Aktivis Education
Care Unit
Aktivis Greenpeace
Aktivis MAPALA
Identitas taktik
Aksi langsung
NVDA
Independen
Aksi langsung
NVDA dan independen
Aksi langsung
NVDA dan independen
Aksi langsung
NVDA
Matriks 9. Framing Batubara pada Subjek Penelitian.
Setelah berinteraksi maupun memaknai Framing pada media komunikasi yang terdapat pada Greenpeace, pandangan mereka akan lingkungan maupun
batubara berubah, sehingga mereka memiliki pandangan yang hampir sama antara yang satu dengan yang lain. Pada dasarnya seluruh responden memiliki agregate
frame maupun consensus frame yang sama dengan Greenpeace, perbedaan terlihat ketika menjelaskan latar belakang permasalahan maupun dampak-dampak
yang timbul, hal ini dikarenakan perbedaan latar belakang mereka sebelum bergabung dengan Greenpeace yang mempengaruhi pandangan mereka.
Perbedaan terletak pada pemaknaan collective action frame yang melekat pada diri responden. Perbedaan pemaknaan frame ini terlihat pada hasil
wawancara dengan LH dan MU. Terdapat perbedaan pada cara pandang LH dalam melihat latar belakang permasalahan terkait isu batubara dan cara
menyelesaikan masalah batubara, perbedaan ini karena sebelumnya LH sudah memiliki pemikiran sendiri mengenai isu tersebut, pemikirannya itu lahir dari
113 hasil interaksi LH dengan teman kuliahnya di jurusan Teknik, Universitas
Indonesia. Pada MU, dirinya mengaku belum pernah berinteraksi dengan semua media komunikasi yang terkait dengan isu batubara, dirinya beralasan sejak
bergabung sebagai volunter di Kalimantan ia lebih fokus pada isu-isu hutan dibandingkan dengan isu batubara. Sedangkan collective action frame yang
melekat pada AF, AR dan FA sama dengan collective action frame terkait dengan isu batubara, karena berinteraksi dengan media komunikasi Greenpeace, dimana
AF sebagai juru kampanye tentu saja pemikirannya selaras dengan LSM ini, AR sebagai new media campaigner yang bertugas menyebarluaskan kegiatan
Greenpeace melalui dunia maya, dapat dipastikan akan berinteraksi dengan semua media komunikasi Greenpeace dan yang terakhir FA, sebagai anggota dari DDC,
dirinya ‘dipaksa’ untuk berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan seluruh media komunikasi LSM ini agar pengetahuannya bertambah setiap
saat. Walaupun terdapat perbedaan, framing batubara pada organisasi ini dapat dikatakan berhasil dengan berubahnya sebagian ataupun seluruh identitas kolektif
anggota yang menjadi responden penelitian ini. Selain itu, selarasnya frame gerakan sosial yang melekat anggota LSM Greenpeace termasuk ke dalam suatu
keberhasilan, hal ini yang didasari oleh gagasan atau argumen yang mereka kemukakan mengenai kondisi lingkungan Indonesia, khususnya dalam konteks isu
batubara.
114
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN