83
Simbol-simbol yang digunakan , Pada aksi ini mereka melakukannya
secara sederhana, beberapa aktivis Greenpeace membentangkan dua spanduk besar bertuliskan “COAL KILLS” dan “QUIT COALS, GO RENEWABLE”,
dimana kata-kata “COAL KILLS” termasuk ke dalam elemen diagnosis sedangakan “QUIT COALS, GO RENEWABLE” termasuk ke dalam elemen
prognosis. Melalui spanduk “COAL KILLS”, Greenpeace berusaha mempertegas kepada perwakilan maupun pemimpin pemerintah dari negara-negara anggota
yang hadir di acara pertemuan ASEAN Forum On Coal AFOC ke tujuh bahwa batubara berbahaya bagi manusia maupun kondisi lingkungan karena
menimbulkan eksternalitas karena menghasilkan dampak yang negative, maka dengan slogan “QUIT COALS, GO RENEWABLE” yang terpampang pada
spanduk yang mereka gunakan. Greenpeace menginkan negara-negara yang hadir dalam acara tersebut untuk mengurangi ketergantungannya akan batubara dan
mengedepankan potensi sumber-sumber energi terbarukan yang terdapat di
wilayah ASEAN. Argumen pendukung,
dalam aksi ini Greenpeace mengambil contoh kebijakan yang telah pemerintah Filipina tetapkan dengan undang-undang energi
terperbaharui di akhir tahun 2008, yang akan membawa negara itu pada energi bersih di masa mendatang yang akan membawa keuntungan ekonomi selama
negara memotong emisi karbonnya.
6.4 Baju anti batu bara
Baju anti batubara merupakan salah satu bentuk simbol penentangan LSM Greenpeace yang dapat membentuk identitas pribadi pada anggotanya. Baju ini
dibuat pada bulan Februari bersamaan dengan aksi damai di Cilacap, baju ini diperuntukan kepada seluruh anggota Greenpeace Indonesia. Baju ini tidak
diberikan ataupun diperjualbelikan pada masyarakat umum, karena di dalamnya terdapat label Greenpeace. Oleh karena itu setiap yang mengenakan baju tersebut
dilarang merokok, merusak lingkungan, dan wajib menjalankan nilai maupun norma yang terdapat pada LSM ini. Selain itu, dengan baju ini mereka dapat
membangun suatu komunikasi kelompok maupun interpersonal, karena baju ini secara tidak langsung dapat menunjukan posisi mereka terhadap batubara.
84
Gambar 8. Atribut Pakaian anti-batubara
Elemen frame yang terdapat pada baju anti batubara adalah sebagai
berikut :
Isu utama
, penentangan batubara merupakan isu utama yang terdapat pada baju berwarna hitam ini, hal tersebut dapat dilihat dari kata-kata terdapat
pada baju maupun simbol yang digunakan.
Diagnosis , pada baju ini terdapat kata-kata “BATUBARA SUMBER
ENERGI MEMATIKAN”, kata-kata ini berusaha mencerminkan permasalahan
yang sedang bangsa Indonesia hadapai terkait masalah sumber energi. Prognosis,
tidak terdapat prognosis pada baju ini
Simbol-simbol yang digunakan , keseluruhan baju ini merupakan simbol-
simbol atau bentuk penentangan Greenpeace terhadap batubara yang mereka apresiasikan ke dalam sebuah media berupa baju berwarna hitam dengan gambar
tengkorak yang termasuk ke dalam elemen diagnosis. Gambar tengkorak mempertegas kata-kata yang tepat berada di bawahnya, bahwa batubara benar-
benar sumber energi yang mematikan. Argumen pendukung, pada baju anti-bara
tidak ditemukan argumen pendukung pada tulisan-tulisan yang melekat pada baju tersebut.
85
6.5 Kegiatan
Direct Dialogue Campaign dan Booklet
Pada hari Selasa tanggal 15 September 2009 LSM Greenpeace melakukan kegiatan DDC Direct Dialogue Campaign di Pondok Indah Mall, Jakarta.
Kegiatan ini dimulai pukul 09.00 dan berakhir pukul 20.00 WIB. DDC tidak dilakukan di Pondok Indah Mall saja, namun menyebar di pusat-pusat keramaian
dan aktifitas masyarakat seperti pusat perbelanjaan, lingkungan kampus dan koridor-koridor bus Transjakarta. Tempat ini sendiri dipilih sebagai lokasi DDC
oleh divisi DDC Greenpeace karena pusat perbelanjaan tersebut ramai pengunjungnya dan saat itu Greenpeace diundang oleh pengelolanya untuk
mengisi salah satu stand yang masih kosong di bagian jembatan Timur selama satu minggu, sehingga berguna bagi LSM ini dalam membangun komunikasi
publik. DDC dapat diibaratkan sebagai ‘ujung tombak’ Greenpeace dalam
mengkampanyekan isu-isu yang sedang mereka perjuangkan secara langsung kepada masyarakat tanpa membeda-bedakan strata sosialnya, memberikan
pandangan tentang lingkungan dan menggalang donasi dari masyarakat yang akan mereka gunakan untuk mendanai seluruh kegiatan. Dalam melakukan kegiatan
DDC, Greenpeace Asia Tenggara Indonesia membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan lima hingga tujuh orang terdiri dari seorang Team
Leader dan anggota tim. Masing-masing kelompok bertugas selama kurang lebih enam jam, sehingga dalam satu hari terdapat dua kelompok yang bertugas dalam
satu lokasi.
86
Gambar 9. Kegiatan DDC Greenpeace Asia Tenggara Indonesia
Pada hari itu kelompok pertama yang bertugas di Pondok Indah Mall adalah Kelompok Awang yang berisikan lima orang terdiri dari Awang sebagai
‘Team Leader’ dan Dita, Apay, Frandi dan Zein sebagai anggota. Saat itu mereka menggunakan atribut Greenpeace yang berbeda-beda, dimana Awang, Apay dan
Zein menggunakan polo shirt berwarna hijau dan polos yang memiliki lambang Greenpeace, sedangkan Dita dan Frandi menggunakan baju anti-batubara
berwarna hitam yang memiliki lambang Greenpeace. Stand berukuran kira-kira 2X2 meter yang telah didirikan oleh divisi
logistik sejak minggu malam bediri dua buah stanting banner yang memuat logo Greenpeace dan revolusi energi, sebuah meja, dan dua buah foto berukuran
20X30 cm yang terdiri dari foto deforestasi hutan di Riau dan foto seorang nelayan di Cilacap yang berguna dalam menarik perhatian pengunjung. Selain itu
mereka juga memajang beberapa beberapa buku yang Greenpeace telah terbitkan “Menggoreng Iklim”, “Energy [r]evolution”, dan “Biaya Batubara Sebenarnya”,
pengunjung dapat membaca buku-buku tersebut dengan bebas atau aktivis DDC dapat mempergunakannya saat menjelaskan dan berdiskusi dengan pengunjung
tentang hal-hal yang Greenpeace sedang perjuangkan.
87
Gambar 10. Poster Nelayan Cilacap pada Stand DDC di Pondok Indah Mall
Dalam menjalankan tugasnya aktivis DDC menggunakan pendekatan persuasif dengan tetap menjaga sopan santun, hal ini terlihat ketika saat Awang
mencoba mengajak seorang pengunjung yang melintasi stand Greenpeace dengan sapaan yang santun dan senyuman, walaupun pengunjung wanita tersebut
menolaknya. Saat menjelaskan misi dan isu-isu yang Greenpeace setidaknya aktivis DDC melakukannya dalam lima menit, apabila pengunjung tertarik maka
akan terjadi diskusi antara mereka. Ketika pengunjung tertarik dan bersedia membantu kegiatan Greenpeace, maka aktivis DDC akan menyodorkan formulir
yang berisi biodata, alamat email, besarnya donasi yang akan pengunjung sumbangkan, dan kelengkapan administrasi lainnya. Saat pengunjung sudah
mengisi formulir, aktivis DDC akan memberikan sebuah Booklet kepada pengunjung tersebut.
Booklet ini merupakan cinderamata atau tanda terima kasih yang diberikan oleh DDC Direct Dialogue Campaigner kepada pendukung Greenpeace saat
pertama kali mereka bergabung. Booklet ini berisi profil singkat Greenpeace, cara Greenpeace berkampanye, isu-isu kampanye yang diusung oleh LSM ini, dan
solusi alternatif yang ditawarkan oleh Greenpeace dalam mengatasi permasalahan lingkungan. Seperti buku ‘Biaya Batubara Sebenarnya’, booklet ini seluruhnya
berasal dari kertas daur ulang dan menggunakan tinta yang berasal dari sari kedelai.
88
Gambar 11. Tampak Depan booklet Greenpeace Southeast Asia Indonesia
89
Gambar 12. Tampak Belakang booklet Greenpeace Southeast Asia Indonesia
90 Elemen frame yang terdapat pada booklet adalah sebagai berikut :
Isu utama
, masalah lingkungan merupakan isu utama yang terdapat pada booklet ini, hal tersebut dapat dilihat dari isi booklet maupun simbol-simbol yang
digunakan.
Diagnosis , latar belakang permasalahan terlihat pada bagian ‘Sekilas
kami’, pada bagian ini mereka ingin menunjukan kepada pembaca bahwa pesatnya
pertumbuhan industri
mengakibatkan meningkatnya
polusi, penggundulan hutan, perubahan iklim dan perubahan genetika di kawasan Asia
Tenggara. Pemerintah maupun perusahaan dipandang sebagai penyebab timbulnya permasalahan tersebut.
Prognosis , dalam booklet ini Greenpeace meyakini bahwa kekuatan
massa yang memiliki keyakinan yang sama dengan hal-hal yang LSM ini perjuangkan dapat menjadi suatu kekuatan global yang besar dan dapat
diperhitungkan. Demi terjadinya perubahan Greenpeace mengajak supporter menjadi bagian dari solusi dengan bersama-sama mempromosikan energi bersih
dan keadilan lingkungan. Untuk langkah awal, Greenpeace mengajak supporter untuk melakukan perubahan perilakunya dalam aktifitas kesehariannya dengan
cara tidak menyia-nyiakan kayu, mengurangi penggunaan kertas, menggunakan kertas daur ulang, menanam lebih banyak tanaman tradisional di kebun milik
pribadi, dan hanya membeli kayu yang bersumber daru praktek panen yang sah dan berkelanjutan. Selain itu booklet ini memberikan informasi kepada
pembacanya tentang bagaimana Greenpeace berkampanye yaitu tanpa kekerasan, konfrontasi kreatif yang Greenpeace ibaratkan sebagai ‘menebar benih’,
independen, dan terakhir menggalang kekuatan massa.
Simbol-simbol yang digunakan , simbol berupa bahan baku berkas dan
tinta yang digunakan menunjukan konsistensi LSM ini saat mengajak masyarakat untuk menggunakan kertas daur ulang, visualisasi dari foto-foto yang terdapat di
booklet tersebut.
91
Gambar 13. Simbol dari Elemen Diagnosis Dalam booklet
Gambar ini gambar 13 merupakan elemen diagnosis yang terdapat pada booklet, gambar ini memperlihatkan aksi teatrikal aktivis Greenpeace yang
menggambarkan batubara sebagai seekor naga yang menyemburkan api besar berupa gas CO
2
. Melalui foto aksi ini, Greenpeace berusaha menunjukan bahwa batubara adalah sumber energi berbahaya.
Gambar 14. Simbol dari Elemen Prognosis dalam booklet
Gambar ini gambar 14 merupakan elemen prognosis yang terdapat pada booklet, gambar ini memperlihatkan anak yang memegang mainan kincir. Anak
kecil pada foto tersebut melambangkan masa yang akan datang, sedangkan kincir angin melambangkan energi angin ataupun energi terbarukan. Melalui foto ini,
Greenpeace berusaha mengkampanyekan energi terbarukan yang berkelanjutan,
92
dimana energi angin adalah salah satu contohnya. Argumen pendukung, pada
booklet ini tidak ditemukan argumen pendukung.
6.6 Ikhtisar