31
2.3.2 Frame Gerakan sosial
Menurut Gamson dikutip Yanto 2002, gerakan sosial membutuhkan tiga frame atau bingkai yaitu :
1. Agregate frame adalah proses pendefinisian isu sebagai masalah sosial.
Bagaimana individu yang mendengar frame atas peristiwa tersebut sadar bahwa isu tersebut adalah masalah bersama yang berpengaruh bagi setiap
individu. 2.
Consensus frame adalah proses pendefinisian yang berkaitan dengan masalah sosial hanya dapat diselesaikan oleh tindakan kolektif. Frame konsensus ini
mengkonstruksi perasaan dan identifikasi dari individu untuk bertindak secara kolektif.
3. Collective action frame adalah proses pendefinisian yang berkaitan dengan
kenapa dibutuhkan tindakan kolektif, dan tindakan kolektif apa yang seharusnya dilakukan. Frame ini dikonstruksi oleh tiga elemen. 1 injustice
frame, frame ini menyediakan alasan mengapa kelompok tersebut harus bertindak sesegera mungkin, sedangkan menurut Taylor 2000 the injustice
element refers to the moral outrage activists expound through their political consciousness. This moral indignation is more than a straightforward
cognitive or intellectual judgment about equity or justice, it is emotionally charged, 2 agency frame, frame ini berhubungan dengan pembentukan
konstruksi siapa kawan siapa lawan, siapa pihak kita dan siapa pihak mereka, dan menurut Taylor 2002 Agency refers to individual and group efficacy,
that is, the sense of empowerment activist feel. Empowered activist or those exercising agency feel they can alter condition and policies, dan 3 Identity
frame, frame ini tidak hanya memperjelas siapa kita dan siapa mereka, melainkan juga mengidentifikasi bahwa kita berbeda dengan mereka.
2.4 Identitas Kolektif
Menurut Scott A. Hunt dalam Larana dkk,1994 terdapat tiga pendekatan dalam menganalisis proses pembentukan identitas yaitu : 1 pendekatan yang
32 mengatakan bahwa identitas merupakan produk biologi, psikologi dan struktur
sosial, 2 pendekatan perubahan sosial, perubahan sosial dapat berpengaruh terhadap pembentukan identitas seseorang, dan 3 pendekatan interaksional,
dalam pendekatan ini melihat bahwa identitas merupakan hasil proses interaksi. Dalam gerakan sosial terdapat perkembangan pemaknaan bersama
mengenai nilai-nilai yang dipahami maupun disepakati oleh setiap individu yang berpastisipasi dalam gerakan sosial tersebut. Alberto Melucci dalam Larana dkk,
1994 memperkenalkan konsep identitas kolektif collective identity merujuk kepada konsep pemaknaan bersama. Menurutnya identitas kolektif merupakan
hasil proses interaksi dan pemaknaan bersama antara beberapa individu atau dalam suatu kelompok mengenai peluang maupun hambatan yang dihadapi dalam
menuju aksi kolektif “ an interactive and shared definition produced by several individuals or groups at a more complex level and concerned with the
orientations of action and the field of opportunities and constrain offered to collective action” . Pemaknaan bersama ini berkembang melaui proses interaksi
antara individu. Menurut Melucci, identitas kolektif memberikan aktor yang turut serta dalam gerakan sosial suatu cognitive frameworks yang membantu aktor
tersebut dalam menilai kondisi lingkungannya dan memperhitungkan keuntungan maupun kerugian dari setiap tindakan yang mereka akan lakukan. Blumer dalam
Larana 1994 mengaitkan esprit de corps, moral, solidaritas, dan ideologi dalam hal konstruksi identitas.
Verta Taylor dan Nancy Whittier dalam Larana dkk, 1994 memberikan pandangan yang berbeda mengenai identitas kolektif, menurut mereka identitas
kolektif merupakan pemaknaan bersama yang terdapat di dalam suatu kelompok group yang berasal dari ketertarikan yang sama akan suatu hal dan solidaritas
yang dibangun bersama. Mereka berpendapat bahwa terdapat tiga faktor yang berpengaruh dalam proses pembentukan identitas kolektif yaitu :
1. the creation of socially constructed boundries that insulate and differentiate a
category of persons from the dominant society, 2.
the development of consciousness that presumes the existence of socially constituted criteria that account for a group’s structural position,
33 3.
The valorization of a group’s essential differences through the politicization of everyday.
Menurut Jasper dikutip oleh Polletta dan James 2002 identitas kolektif yang melekat pada seseorang yang turut serta dalam suatu gerakan sosial dapat
dilihat melalui tiga jenis identitas yang melekat pada dirinya. Pertama identitas aktivis, indentitas ini dapat dilihat dari sejarah aktifitas politiknya atau sejarah
orang tersebut sebelum ia bergabung dengan suatu organisasi gerakan sosial yang lebih luas dari suatu gerakan itu sendiri, misalnya ketika orang tersebut menyebut
dirinya sebagai aktivis lingkungan. Kedua identitas organisasi, identitas yang melekat pada seseorang ketika ia
bergabung dengan suatu organisasi. Dan yang terakhir identitas taktis, identitas ini menunjukan gaya aksi tertentu yang ia percaya dan anut. Ketiga jenis identitas ini
dapat terbentuk sebelum maupun sesudah ia bergabung dengan suatu gerakan sosial.
2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual