Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

114

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

LSM Greenpeace Asia Tenggara di Indonesia merupakan organisasi gerakan soial baru yang terlihat dari isu-isu yang diperjuangkan oleh LSM ini dan jaringan kerja yang luas. Oleh karena itu, framing pada anggota organisasi gerakan sosial diperlukan dalam membentuk identitas kolektif guna mempertahankan partisipasi anggotanya sebagai aktivis adalah melalui pemaknaan dan interaksi mereka dengan media komunikasi organisasi yang memuat frame gerakan sosial anti-batubara yang mengandung grievances dari LSM tersebut. Media komunikasi tersebut berupa buku, aksi, maupun atribut berupa baju, melalui pesan-pesan yang terdapat pada media tersebut Greenpeace berusaha membangun pemaknaan atas suatu keadaan berdasarkan sudut pandang LSM ini dan mengkonstruksi gagasan individu, yang berguna dalam membentuk identitas kolektif anggotanya. Pada LSM Greenpeace Asia Tenggara, frame gerakan sosial anti-batubara terdiri dari tiga jenis yaitu agregate frame, consensus frame, dan collective action frame, ketiga jenis frame ini dapat ditemukan pada tujuan maupun pesan-pesan yang terdapat pada buku “Biaya Sebenarnya Batubara” yang diterbitkan oleh LSM Greenpeace yang memiliki peran komunikasi organisasi maupun komunikasi publik, aksi damai langsung Cilacap maupun Bali yang memiliki peran komunikasi publik, baju anti-batubara yang memiliki peran komunikasi organisasi maupun komunikasi publik, dan booklet yang diberikan oleh LSM in sebagai souvenir kepada supporter serta profil LSM ini yang terdapat pada situs resmi Greenpeace Asia Tenggara Indonesia yang memiliki peran komunikasi organisasi maupun komunikasi publik. Frame gerakan sosial tersebut ditemukan melalui identifikasi elemen-elemen frame pada masing-masing media komunikasi. Pertama, agregate frame pada LSM ini, memandang perubahan iklim sebagai tantangan terbesar masyarakat dunia karena dampak-dampaknya bersifat irreversible tidak dapat diputar balik, terlebih lagi bagi penduduk yang berada di 115 kawasan Asia Tenggara. Di Indonesia penyebab dari perubahan iklim berasal dari dua sektor yaitu sektor hutan dan sektor energi khusunya batubara. Kedua, consensus frame yang terlihat adalah seruan bagi masyarakat untuk bersama-sama mendesak pemerintah maupun perusahaan untuk mengembangkan energi terbarukan dan menghentikan penggunaan batubara, karena apabila batubara terus menerus digunakan laju perubahan iklim global akan semakin cepat dan masyarakat yang bermukim dekat dengan PLTU akan terus menanggung beban ekonomi, kesehatan dan kerusakan lingkungan. Ketiga, collective action frame, frame ini dikonstruksi oleh injustice frame, agency frame, dan identity frame. Injustice frame pada gerakan anti- batubara Greenpeace berasal dari dampak-dampak yang ditimbulkan sepanjang rantai aliran produksi batubara, mulai dari kegiatan penambangan batubara, pembakaran batubara, dan warisan batubara. Dalam agency frame gerakan anti- batubara, supporter Greenpeace dan aliansi LSM anti-batubara dipandang Greenpeace sebagai sumber kekuatan sedangkan pemerintah dianggap sebagai ’lawan’ atau pihak yang tidak memiliki komitmen politik dan niat baik untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada terkait dengan bidang energi, serta melabeli pejabat pemerintah yang berusaha di bidang batubara sebagai mafia batubara. Dalam identity frame, Greenpeace memandang diri mereka sendiri sebagai organisasi yang mandiri dan independen bebas dari segala tekanan politik maupun kepentingan, dan menggunakan konfrontasi kreatif, yang menjadi ciri dalam setiap aksi yang dilakukan oleh LSM ini. Frame gerakan sosial, khususnya gerakan anti-batubara berpengaruh dalam membangun maupun mengkontruksi identitaf kolektif anggotanya. Identitas kolektif anti-batubara yang melekat pada anggota Greenpeace Asia Tenggara Indonesia, yang terdiri dari juru kampanye, anggota divisi new media, anggota DDC, volunter, dan siswi GPU, merupakan hasil interaksi dan pemaknaan mereka terhadap frame gerakan sosial pada media komunikasi LSM Greenpeace Asia Tenggara Indonesia. Identitas kolektif pada kelima subjek penelitian dapat dilihat melalui tiga jenis identitas yang melekat pada dirinya yaitu identitas aktivis, identitas organisasi, dan identitas taktik. Identitas aktivis yang melekat pada kelima subjek penelitian adalah sama yaitu aktivis lingkungan. 116 Sebagai aktivis lingkungan, mereka memiliki agregate frame maupun consensus frame yang sama dengan Greenpeace. Perbedaan terdapat pada identitas organisasi maupun taktik. Hal ini tidak terlepas dari sejarah keaktivisan mereka sebelum bergabung dan berinteraksi secara langsung dengan LSM Greenpeace sehingga mempengaruhi dan membentuk collective action frame mereka, dan interaksi mereka dengan media komunikasi juga turut mempengaruhi pembentukan collective action frame mereka. Berdasarkan hal tersebut terdapat lima tipe identitas kolektif, yaitu 1 identitas kolektif juru kampanye terdiri dari identitas aktivis lingkungan, identitas Greenpeace dan identitas aksi langsung, dimana identitas ini adalah hasil interaksi juru kampanye dengan buku, aksi-aksi Greenpeace, maupun situs resmi Greenpeace dan dipengaruhi oleh sejarah keaktivisan juru kampanye sebagai seorang peneliti pada Yayasan Pelangi Indonesia; 2 identitas kolektif anggota divisi new media terdiri dari identitas aktivis lingkungan, identitas Greenpeace dan identitas independen, dimana identitas ini adalah hasil interaksi anggota divisi tersebut dengan buku maupun aksi-aksi Greenpeace; 3 identitas kolektif siswi GPU terdiri dari identitas aktivis lingkungan, identitas Education Care Unit dan identitas aksi langsung maupun independen, dimana identitas ini adalah hasil interaksi siswi GPU dengan aksi-aksi Greenpeace maupun situs resmi Greenpeace dan dipengaruhi oleh sejarah keaktivisan juru kampanye sebagai seorang peneliti pada Yayasan Pelangi Indonesia; 4 identitas kolektif anggota DDC terdiri dari identitas aktivis lingkungan, identitas Greenpeace dan identitas aksi langsung dan independen, dimana identitas ini adalah hasil interaksi anggota DDC tersebut dengan buku, aksi-aksi Greenpeace, maupun situs resmi Greenpeace dan dipengaruhi oleh interaksi dia dengan pegawai Taman Nasional dan guide Taman Nasional; 5 identitas kolektif volunter terdiri dari identitas aktivis lingkungan, identitas MAPALA Titas Karya Bakti dan identitas aksi langsung, dimana identitas ini adalah hasil interaksi juru kampanye dengan aksi- aksi Greenpeace dan dipengaruhi oleh sejarah keaktivisan volunter sebagai seorang anggota MAPALA Titas Karya Bakti. 117 Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Greenpeace Asia Tenggara sebagai organisasi gerakan sosial menyebarkan maupun mengkontruksi gagasan anggotanya dengan cara menyebarluaskan frame gerakan sosial melalui media komunikasi organisasi yang ditunjukan melalui pesan-pesan yang terdapat di dalamnya, pesan-pesan yangg mengandung frame ini mempengaruhi ataupun membentuk identitas kolektif anggotanya. identitas kolektif yang melekat pada anggota Greenpeace yaitu juru kampanye, anggota DDC, volunteer, siswi GPU dan anggota divisi new media merupakan hasil dari interaksi maupun pemaknaan mereka terhadap frame gerakan sosial pada media komunikasi berupa buku, aksi- aksi, dan atribut berupa baju yang memuat nilai-nilai dari budaya organisasi LSM Greenpeace Asia Tenggara. Pemaknaan maupun interaksi anggota terhadap media komunikasi yang mengandung frame gerakan sosial anti-batubara membuat mereka dapat menempelkan suatu peristiwa dalam benak masing-masing anggota, merasakan keresahan yang sama, mengidentifikasi latar belakang munculnya keresahan bersama terhadap digunakannya batubara hingga solusi yang sesuai, dan melabeli pihak-pihak yang terkait di dalamnya, sehingga terbentuk suatu identitas kolektif di antara anggotanya. Perbedaan identitas kolektif antara satu dengan yang lain juga diakibatkan oleh sejarah keaktivisan masing-masing anggota dan intensitas interaksi anggota dengan media komunikasi organisasi. Walaupun terdapat perbedaan identitas kolektif antara satu anggota dengan yang lain, framing batubara pada organisasi ini dapat dikatakan berhasil, sebab terjadi perubahan sebagian ataupun seluruh identitas kolektif anggota yang menjadi responden penelitian ini. Selain itu, selarasnya frame gerakan sosial yang melekat anggota LSM Greenpeace, termasuk ke dalam suatu keberhasilan, hal ini yang didasari oleh gagasan atau argumen yang mereka kemukakan mengenai kondisi lingkungan Indonesia, khususnya dalam konteks isu batubara, walaupun argumen-argumen yang mereka utarakan tidak selalu sama dengan gagasan-gagasan yang LSM ini ingin bangun .

8.2 Saran

Dokumen yang terkait

Peran Jaringan Komunikasi dalam Gerakan Sosial Untuk Pelestarian Lingkungan Hidup"Reviewer"

0 4 4

PEMBINGKAIAN PESAN UNTUK MENGUBAH SIKAP DAN PERILAKU

11 56 235

PEMBINGKAIAN BERITA KONFERENSI PERUBAHAN IKLIMKOPENHAGEN 2009 di SURAT KABAR HARIAN KOMPAS PEMBINGKAIAN BERITA KONFERENSI PERUBAHAN IKLIM KOPENHAGEN 2009 di SURAT KABAR HARIAN KOMPAS (Analisis Framing Mengenai Jurnalisme Lingkungan Hidup Dalam Pemberitaan

0 2 17

PENDAHULUAN PEMBINGKAIAN BERITA KONFERENSI PERUBAHAN IKLIM KOPENHAGEN 2009 di SURAT KABAR HARIAN KOMPAS (Analisis Framing Mengenai Jurnalisme Lingkungan Hidup Dalam Pemberitaan Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen 2009 di Surat Kabar Harian Kompas Desemb

0 6 37

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN PEMBINGKAIAN BERITA KONFERENSI PERUBAHAN IKLIM KOPENHAGEN 2009 di SURAT KABAR HARIAN KOMPAS (Analisis Framing Mengenai Jurnalisme Lingkungan Hidup Dalam Pemberitaan Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen 2009 di Surat Kabar Haria

0 4 21

PENUTUP PEMBINGKAIAN BERITA KONFERENSI PERUBAHAN IKLIM KOPENHAGEN 2009 di SURAT KABAR HARIAN KOMPAS (Analisis Framing Mengenai Jurnalisme Lingkungan Hidup Dalam Pemberitaan Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen 2009 di Surat Kabar Harian Kompas Desember 2

0 3 50

Gerakan sosial baru (Studi Kasus Pola Jaringan Gerakan Sosial Cinta Lingkungan Wahana Lingkungan Hidup Indoensia Yogyakarta) Jurnal

2 4 15

GERAKAN PEREMPUAN WONOREJO DALAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DI RUNGKUT KOTA SURABAYA.

0 3 120

analisis-gender-dalam-pembangunan-lingkungan hidup

0 0 50

Analisis Framing Tentang Poligami Dalam

1 1 15