AR : IDENTITAS KOLEKTIF ANGGOTA

97 terdapat di wilayah timur Indonesia, seperti daerah Nusa Tenggara, energi matahari karena iklim tropis Indonesia. ”..masih banyak sekali di pemerintahan SBY saat ini..yang..ee..pemerintahannya,menteri-menterinya, donatur kampanyenya SBY, Jusuf Kalla itu terlibat dalam industri batubara..industri besar itu..menteri energi itu punya perusahan- perusahaan batubara..tambang..dia terlibat..dia brokerlah....jadi bagaimana mungkin..ee..mereka itu mau mengurangi penggunaan batubara ini..karena inika terkait dengan kepentingan ekonomi mereka..makanya kita selalu bilang..selama pemerintah masih dijerat oleh mafia energi..maka pemerintah tidak akan punya keberanian politik untuk mengenbangkan energi terbarukan..” AF, 26 tahun Berdasarkan pernyataan tersebut, AF ingin menunjukan tidak adanya komitmen pemerintah dalam mengembangkan sumber-sumber energi terbarukan, AF lihat sebagai akibat dari masih terdapatnya ‘mafia batubara’ di dalam jajaran pemerintah saat ini. Identitas kolektif yang melekat pada AF, secara ringkas ditampilkan pada matriks berikut ini. Identitas Aktivis Identitas Organisasional Identitas Taktik Nama sebelum Sesudah sebelum sesudah Sebelum sesudah AF Aktivis Lingkunga n Aktivis Lingkungan Aktivis Yayasan Pelangi Indonesia Aktivis Greenpeace Seminar atau diskusi Aksi Langsun g atau NVDA Matriks 3. Identitas Kolektif yang Melekat pada AF.

7.2 AR :

New Media Campaigner Greenpeace Indonesia AR lahir di Jakarta 25 Agustus 1983. Wanita lulusan S1 Komunikasi IISIP ini sudah bergabung dengan Greenpeace sejak tahun 2004 sebagai voulenteer saat ia masih kuliah. Kini AR merupakan seorang New Media Campaigner Greenpeace Asia Tenggara Indonesia. Menurutnya awal mula dia mau bergabung dengan Greenpeace karena ajakan salah satu temannya di MAPALA ISIIP yang sudah bergabung terlebih dahulu, saat itu Greenpeace memang sedang membutuhkan sukarelawan dalam jumlah banyak untuk Public act dan Voluntery. 98 Saat pertama kali diajak oleh temannya untuk bergabung, dia mengaku tidak mengerti tujuan dari Greenpeace dan tidak terlalu perhatian dengan kondisi alam Indonesia, seperti ia sampaikan berikut ini, “...awalnya saya juga ga ngerti Greenpeace ngapain aja sih..pokoknya lingkungan hidup..mungkin kebanyakan orang tau kecuali saya..karena waktu dulu-dulu..ee..bodo amatlah sama lingkungan..yang penting naek gunung…pokonya alam Indonesia dipikir kita se..se..tahun 2004 tu kan..masi baguslah..saya ga ngerti lingkungan hidup..saya ga ngerti illegal logging itu apa...” AR, 26 tahun Pernyataan menunjukan bahwa sebelum bergabung dengan Greenpeace, tidak terdapat identitas aktivis yang melekat pada diri AR. Namun dirinya merasa termotivasi untuk bergabung dengan Greenpeace menjadi seorang aktivis lingkungan, saat salah satu temannya berkata, “..dunia itu butuh kamu..dunia itu butuh kamu walaupun hanya sekedar mengirim fax doang..walaupun kamu cuma bisa ngangkat- ngangkat doang..ini tuh perjalanan untuk menggapai sesuatu..walaupun sekecil apapun yang kamu perbuat itu berguna buat kesananya..“ AR, 26 tahun Sejak mendengar perkataan tersebut, identitas aktivis AR pun mulai terbangun, dirinya merasa mulai tertarik untuk bergabung dengan LSM Greenpeace. Sejak bergabung dia rajin berkumpul dan membantu kegiatan- kegiatan Greenpeace di Indonesia. Salah satu tugas awal dia adalah membantu divisi media, seperti mengkliping koran dan mengirim fax, menurutnya tugas yang dia terima disesuaikan dengan latar pendidikan AR, saat itu identitas aktivis AR pun mulai terbangun sebagai aktivis lingkungan. Saat pertengahan tahun 2006, AR diangkat sebagai new media campaigner untuk mengisi kekosongan divisi tersebut. Seiring dengan berjalanannya waktu, AR mulai mengerti. Menurutnya dalam menjaga lingkungan tidak bisa setengah-setengah, tidak hanya menjaga lingkungan Indonesia saja namun masyarakat juga harus menjaga kelestarian lingkungan secara global dimana Indonesia merupakan salah satu bagiannya 99 karena pengaruh kondisi lingkungan dunia akan berpengaruh terhadap Indonesia juga. Apabila dibandingkan dengan LSM lingkungan lain, ia merasakan ‘aura’ yang berbeda, contohnya dari segi pendanaan. Menurutnya kemandirian dalam hal pendanaan merupakan suatu hal unik dan menarik dari Greenpeace, sebab apabila suatu LSM menerima sumbangan dana dari perusahaan terdapat kemungkinan LSM tersebut untuk diatur oleh perusahaan tersebut. Hal ini menunjukan identitas organisasi sekaligus identitas taktik pada diri AR yang memandang Greenpeace memiliki kelebihan dari LSM lingkungan lain dan melihat bahwa taktik atau strategi pendanaan Greenpeace adalah suatu hal yang tepat untuk sebuah LSM lakukan. Ditanyai pendapatnya mengenai batubara seperti apa di dalam pandangannya, ia langsung mengatakan bahwa batubara adalah energi yang kotor. Karena mulai dari proses pengambilannya saja sudah mengakibatkan dampak yang cukup besar hingga bekas tambang batubara yang ditinggalkan begitu saja, menurutnya dampak-dampak tersebut merupakan ‘cost’ yang harus dibayar. Ia menyadari kebutuhan akan energi masyarakat Indonesia itu sangat besar dan tidak mungkin untuk menghentikan penggunaan batubara secara total, namun ia tidak melihat usaha pemerintah untuk membangun sumber energi yang terbarukan dan memperhitungkan biaya eksternalitas batubara. AR berpendapat bahwa penggunaan batubara seharusnya ‘stop’ pada level yang ada saat ini dan tidak menambahnya lagi dengan membuka tambang- tambang batubara yang baru, serta untuk memenuhi kebutuhan akan energi yang kurang seharusnya pemerintah membangun pembangkit listrik dengan sumber energi yang terbarukan. Identitas kolektif yang melekat pada AR, secara ringkas ditampilkan pada matriks berikut ini. Identitas Aktivis Identitas Organisasional Identitas Taktik Nama sebelum Sesudah sebelum Sesudah Sebelum sesudah AR Non- Aktivis Aktivis Lingkungan Non-Aktivis Aktivis Greenpeace Tidak ada Indepen den Matriks 4. Identitas Kolektif yang Melekat Pada AR. 100

7.3 LH : Siswi

Dokumen yang terkait

Peran Jaringan Komunikasi dalam Gerakan Sosial Untuk Pelestarian Lingkungan Hidup"Reviewer"

0 4 4

PEMBINGKAIAN PESAN UNTUK MENGUBAH SIKAP DAN PERILAKU

11 56 235

PEMBINGKAIAN BERITA KONFERENSI PERUBAHAN IKLIMKOPENHAGEN 2009 di SURAT KABAR HARIAN KOMPAS PEMBINGKAIAN BERITA KONFERENSI PERUBAHAN IKLIM KOPENHAGEN 2009 di SURAT KABAR HARIAN KOMPAS (Analisis Framing Mengenai Jurnalisme Lingkungan Hidup Dalam Pemberitaan

0 2 17

PENDAHULUAN PEMBINGKAIAN BERITA KONFERENSI PERUBAHAN IKLIM KOPENHAGEN 2009 di SURAT KABAR HARIAN KOMPAS (Analisis Framing Mengenai Jurnalisme Lingkungan Hidup Dalam Pemberitaan Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen 2009 di Surat Kabar Harian Kompas Desemb

0 6 37

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN PEMBINGKAIAN BERITA KONFERENSI PERUBAHAN IKLIM KOPENHAGEN 2009 di SURAT KABAR HARIAN KOMPAS (Analisis Framing Mengenai Jurnalisme Lingkungan Hidup Dalam Pemberitaan Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen 2009 di Surat Kabar Haria

0 4 21

PENUTUP PEMBINGKAIAN BERITA KONFERENSI PERUBAHAN IKLIM KOPENHAGEN 2009 di SURAT KABAR HARIAN KOMPAS (Analisis Framing Mengenai Jurnalisme Lingkungan Hidup Dalam Pemberitaan Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen 2009 di Surat Kabar Harian Kompas Desember 2

0 3 50

Gerakan sosial baru (Studi Kasus Pola Jaringan Gerakan Sosial Cinta Lingkungan Wahana Lingkungan Hidup Indoensia Yogyakarta) Jurnal

2 4 15

GERAKAN PEREMPUAN WONOREJO DALAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DI RUNGKUT KOTA SURABAYA.

0 3 120

analisis-gender-dalam-pembangunan-lingkungan hidup

0 0 50

Analisis Framing Tentang Poligami Dalam

1 1 15