51 di Tepi Barat Alaska. Meskipun hanya kapal kecil tua, Phyllis Cormack dicegah
oleh tentara Amerika Serikat sebelum tiba di pulau itu. Ketiga, independen dari politik political independence. Greenpeace
berusaha mempertahankan independensinya dari politik political independence. Greenpeace tidak dipengaruhi oleh paham politik mana pun dan dari negara atau
partai apa pun. Prinsip ini berkaitan dengan prinsip “no permanent allies or enemies.”.
Keempat, Greenpeace tidak memiliki sekutu atau musuh permanen no permanent allies or enemies. Greenpeace sebagai organisasi terbuka tidak lepas
dari pengaruh lingkungannya. Situasi politik, ekonomi, sosial, terkait dengan isu lingkungan tertentu mendorong Greenpeace mengambil strategi bersekutu dengan
pemerintah atau organisasi non-pemerintah lainnya untuk mencapai tujuan. Persekutuan ini tidak permanen. Untuk satu isu lingkungan tertentu
mungkin saja Greenpeace bersekutu dengan pemerintah, tetapi untuk isu yang berbeda Greenpeace memposisikan pemerintah sebagai lawan. Misalnya untuk isu
perdagangan limbah B3, Greenpeace memposisikan negara berkembang termasuk Indonesia sebagai sekutu dan pemerintah negara maju sebagai
“lawan”. Tetapi untuk isu kehutanan, Greenpeace memposisikan Pemerintah Indonesia Departemen Kehutanan sebagai “lawan.”.
Kelima, Greenpeace sebagai organisasi non-pemerintah, memegang teguh prinsip transparan dan akuntabilitas. Dua prinsip ini menjadi penting karena
Greenpeace harus mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangannya kepada para supporter individu dan foundation yang memberikan dana. Setiap tahun
keuangan Greenpeace diaudit dan laporan audit terbuka untuk diperiksa oleh para supporter.
4.5 Fokus Isu yang Diangkat
LSM Greenpeace sebagai bagian dari gerakan sosial baru mengangkat lingkungan sebagai tema utama dalam setiap kampanyenya. Isu-isu yang diangkat
oleh LSM ini adalah kampanye iklim dan energi, kampanye hutan, kampanye
52 kelestarian laut, kampanye menentang rekayasa genetika, menentang limbah
beracun dan polusi, kampanye pengelolaan limbah ramah lingkungan, dan kampanye perdamaian.
GPSEA di Indonesia sebagai salah satu bagian dari NRO, mengusung isu perubahan iklim sebagai fokus utama, hal ini dikarenakan kondisi lingkungan
Indonesia dan ketersediaan dana. Dalam pandangan Greenpeace perubahan iklim merupakan malapetaka yang akan segera dihadapi manusia yang terus menerus
menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas bumi. Akibat pemanasan global ini adalah mencairnya tudung es di kutub,
meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran, coral bleaching dan gelombang badai
besar. Greenpeace melihat bahwa negara pesisir pantai, negara kepulauan, dan daerah negara yang kurang berkembang seperti Asia Tenggara akan terkena
dampak paling besar. Perubahan iklim juga telah menyebabkan meningkatnya selimut alami
dunia, yang mengarah pada meningkatnya suhu iklim dunia, dan perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi juga mematikan. Greenpeace percaya bahwa hanya
dengan langkah pengurangan emisi gas rumah kaca yang sistematis dan radikal dapat mencegah perubahan iklim yang dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih
parah kepada ekosistem dunia dan penduduk yang tinggal di dalamnya melalui suatu revolusi energi yang mengedepankan pengembangan sumber-sumber energi
yang terbarukan dan ramah lingkungan. Greenpeace menambahkan penggundulan hutan atau deforestasi yang terjadi
di Indonesia melepas gas rumah kaca GRK dalam jumlah sangat besar, menyumbang terjadinya perubahan iklim yang berbahaya. Hutan tropis
menyimpan karbon di tanah dan pepohonan. Seperti sponsbusa, hutan tropis menyerap karbondioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fossil
sebagai sumber energi. Menurut LSM ini seharusnya semua pihak bahu-membahu menjaga hutan karena dengan luasan besar hutan dapat meredam dan melawan
dan menjaga bumi, namun yang terjadi kini adalah sebaliknya. Pengrusakan hutan menyumbang 20 dari emisi GRK setiap tahun.
53 Di Indonesia, hutan rawa gambut lenyap akibat pembalakan, pengeringan
dan dibakar untuk perluasan kelapa sawit. Lahan gambut ini kadang-kadang hingga kedalaman 12 meter menyimpan karbon yang sangat besar. Lahan gambut
yang dikeringkan dan dibakar akan menjadi sebuah bom karbon, kemudian melepaskan hampir dua milliyar ton karbondioksida berbahaya setiap tahun.
Oleh karena itu, isu-isu yang diperjuangkan Greenpeace di Indonesia terbagi menjadi empat bagian yang terdiri dari :
1. Revolusi energi,
2. Zero Deforestation dan Paradise Forest, untuk menghentikan emisi gas rumah
kaca, 3.
Penolakan batubara, lebih menyarankan pada penggunaan energi yang terbarukan, terdesentralisasi dan efisiensi energi,
4. Penolakan nuklir sebagai sumber energi.
4.6 Jaringan Mitra Kerja