94
BAB VII IDENTITAS KOLEKTIF ANGGOTA
GREENPEACE ASIA TENGGARA di INDONESIA TERKAIT ISU BATUBARA
7.1 AF : Juru Kampanye Iklim dan Energi, khususnya Isu Batubara
AF lahir di Bandung 24 April 1981, saat ini AF tinggal di daerah Pondok Cina yang dekat dengan Universitas Indonesia. Pria yang sudah tertarik dengan
isu-isu lingkungan dan kegiatan outdoor sejak SMP ini, merupakan sarjana ekonomi lulusan Fakultas Ekonomi Lingkungan, Universitas Indonesia. Saat ini
AF ditunjuk sebagai Juru Kampanye Iklim dan Energi dengan spesialisasi isu batubara sejak awal tahun 2008. AF sudah mengenal Greenpeace semenjak ia
SMP, saat itu AF melihat aksi LSM ini di salah satu siaran televisi nasional. Dalam pandangan AF kecil Greenpeace merupakan organisasi yang terkesan
radikal dan langsung menyerang sumber permasalahan. Sejak itu AF berangan- angan untuk bergabung dengan Greenpeace.
Setelah menyandang gelar Sarjana Ekonomi, AF bergabung dengan Yayasan Pelangi Indonesia. Yayasan PELANGI merupakan sebuah lembaga riset
lingkungan yang memfokuskan diri untuk meneliti kebijakan-kebijakan yang terkait dengan lingkungan. Selama kurang lebih tiga tahun AF bergabung dengan
Yayasan Pelangi Indonesia sebagai peneliti perubahan iklim sebelum dia bergabung dengan Greenpeace Indonesia. Saat bergabung dengan Yayasan
Pelangi Indonesia identitas akitivis AF mulai terbentuk, ketika itu AF melihat dirinya sebagai peneliti lingkungan yang cemas dengan kondisi lingkungan
Indonesia. Sebagai peneliti, taktik yang AF gunakan dalam mengungkapkan temuan-temuan penelitiannya adalah ruang-ruang diskusi maupun seminar,
walaupun sebenarnya AF merasa kurang sejalan dan yakin dengan taktik yang Yayasan Pelangi Indonesia gunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah
lingkungan di Indonesia. Peluang untuk bergabung dengan Greenpeace datang, saat AF membaca
salah satu surat kabar nasional yaitu KOMPAS, ketika itu Greenpeace memang sedang mencari orang yang bersedia untuk menjadi Juru Kampanye Iklim dan
Energi Greenpeace Asia Tenggara Indonesia. Setelah beberapa tahapan wawancara AF lalui, akhirnya dia resmi bergabung dengan Greenpeace Asia
95 Tenggara Indonesia pada akhir tahun 2008. Alasan mengapa dia berhenti dari
Yayasan Pelangi dan pindah ke Greenpeace adalah perbedaan metode perjuangan atau taktik yang digunakan, walaupun visi dan misi dari kedua organsiasi tersebut
tidak jauh berbeda, sebagaimana yang ia utarakan berikut ini,
“..kenapa saya memutuskan pindah ke Greenpeace..karena saya percaya dengan cara kerja Greenpeace ini kita bisa mengubah
sesuatu..dibanding..kalo di lembaga seperti Pelangi..kita cuma melakukan riset..kemudian hasil risetnya kita seminarkan..atau kita
diskusikan..setelah itu selesai..nah..saya pikir cara seperti masih kurang…karena sering kali hasil-hasil riset kita cuma berakhir di
ruang seminar..di meja-meja rapat..dan ga jelas outputnya apa...nah..klo Greenpeacekan punya riset..punya seminar..dan aksi
langsung untuk semakin membuat orang paham akan permasalahan yang dihadapi..” AF, 28 tahun
Pernyataan tersebut memperlihatkan perubahan identitas aktivis pada diri AF, kini dia melihat dirinya sebagai seorang aktivis lingkungan hidup yang peduli
dengan kondisi lingkungan Indonesia dan berjuang untuknya. AF yakin terhadap misi maupun visi dari Greenpeace sehingga AF tidak ragu menyebut dirinya
sebagai Aktivis lingkungan hidup Greenpeace. Sebutan ini merupakan identitas organisasional yang melekat pada AF, sejak dirinya bergabung dengan LSM
bertaraf internasional ini. Kini sebagai Aktivis Greenpeace, AF juga melihat dirinya sebagai aktivis
lingkungan hidup yang independen, mandiri secara finansial. Strategi pendanaan ini bagi AF merupakan salah satu kekuatan Greenpeace dalam berkampanye dan
hal yang membedakan LSM ini dengan LSM lingkungan yang lain. Karena dengan mandiri secara finansial, Greenpeace dapat dengan bebas menekan pihak-
pihak yang menjadi ‘lawan’ tanpa pandang bulu dalam memperjuangkan apa yang Greenpeace yakini. AF meyakini strategi kampanye Greenpeace, seperti aksi
langsung maupun independent Greenpeace dapat membuat masyarakat semakin paham akan permasalahan yang ada, sehingga AF tidak ragu-ragu dalam berjuang
dan berkampanye dengan Greenpeace. Dalam pandangan AF, kondisi lingkungan di Indonesia sudah ‘luar biasa
parah’, akibat dari tidak jelasnya kebijakan pemerintah saat ini sehingga memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk berlindung dibalik program-
96 program CSR Corporate Social Responsibility yang mereka jalankan, sementara
di lain sisi operasi maupun kegiatan perusahaan tersebut terus-menerus merusak lingkungan. Menurutnya kerusakan-kerusakan ini akan mempercepat laju
perubahan iklim di dunia, tentu saja dampaknya akan segera terasa di Indonesia apalagi bila dikaitkan dengan kondisi geografis Indonesia, seperti yang ia katakan
berikut ini,
“..dalam konteks iklim..menurut banyak laporan yang keluar baru- baru ini ataupun sebelumnya..berdasarkan bukti-bukti juga..Indonesia
merupakan salah satu Negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan
iklim..ee..secara geografis..kenapa
Indonesia itu
rentan..karena Indonesia itu Negara kepulauan kan..yang terdiri 17.000 pulah..nah..ee..salah satu dampak perubahan iklim itukan kenaikan
permukaan air laut..nah itu menyebabkan Negara kepulauan seperti Indonesia
ini sangat
rentan..dengan hilangnya
pulau-pulau kecil..trus..secara dampak-dampak lainnya yaa..sudah banyak dialami
di Indonesia ini..mulai dari bencana-bencana yang diduga akibat perubahan iklim semakin sering terjadi..kaya banjir, tanah, longsor,
kekeringan, merebaknya penyakit tropis yang diduga..dipicu oleh perubahan iklim..karena cuaca yang tak menentu..” AF, 28 tahun
Ditanyai mengenai batubara, sebagai juru kampanye Greenpeace Indonesia dengan fokus kajian batubara, dia menjelaskan pendapatnya dengan
lugas dan jelas dengan dasar perspektif Greenpeace. Ia menyadari bahwa kini Indonesia butuh pasokan listrik yang cukup besar, namun langkah pemerintah
dalam menanggulanginya tidak tepat karena sebagian besar pasokan listrik Indonesia
menggunakan batubara
sebagai sumber
energi, sedangkan
pengembangan sumber-sumber energi ramah lingkungan terabaikan terlihat dari kecilnya persentase pembangkit listrik yang menggunakan sumber-sumber energi
terbarukan dan ramah lingkungan seperti panas bumi. Karena langkah yang telah pemerintah ambil saat ini sudah mengorbankan kesehatan masyarakat maupun
kondisi iklim di Indonesia. Berdasarkan pengamatan dan penelusuran yang selama ini ia telah
lakukan, AF mendapatkan fakta bahwa sebenarnya Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang sangat melimpah, mulai dari energi panas bumi dimana
40 dari energi panas bumi dunia terdapat di Indonesia, energi angin yang
97 terdapat di wilayah timur Indonesia, seperti daerah Nusa Tenggara, energi
matahari karena iklim tropis Indonesia.
”..masih banyak
sekali di
pemerintahan SBY
saat ini..yang..ee..pemerintahannya,menteri-menterinya,
donatur kampanyenya SBY, Jusuf Kalla itu terlibat dalam industri
batubara..industri besar itu..menteri energi itu punya perusahan- perusahaan
batubara..tambang..dia terlibat..dia
brokerlah....jadi bagaimana mungkin..ee..mereka itu mau mengurangi penggunaan
batubara ini..karena inika terkait dengan kepentingan ekonomi mereka..makanya kita selalu bilang..selama pemerintah masih dijerat
oleh mafia energi..maka pemerintah tidak akan punya keberanian politik untuk mengenbangkan energi terbarukan..” AF, 26 tahun
Berdasarkan pernyataan tersebut, AF ingin menunjukan tidak adanya komitmen pemerintah dalam mengembangkan sumber-sumber energi terbarukan,
AF lihat sebagai akibat dari masih terdapatnya ‘mafia batubara’ di dalam jajaran pemerintah saat ini.
Identitas kolektif yang melekat pada AF, secara ringkas ditampilkan pada matriks berikut ini.
Identitas Aktivis Identitas Organisasional
Identitas Taktik Nama
sebelum Sesudah
sebelum sesudah
Sebelum sesudah
AF Aktivis
Lingkunga n
Aktivis Lingkungan
Aktivis Yayasan
Pelangi Indonesia
Aktivis Greenpeace
Seminar atau
diskusi Aksi
Langsun g atau
NVDA
Matriks 3. Identitas Kolektif yang Melekat pada AF.
7.2 AR :