Tabel 4.5 Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas kontrol Statistika
Kelas Eksperimen Kontrol
Jumlah Siswa 40
40 Maksimum Xmaks
99 97
Minimum Xmin 40
32 Rata-rata
70,475 63,725
Median Me 71
61 Modus Mo
75 57
Varians S
2
178,56 213,74
Simpangan Baku S 13,36
14,01 Kemiringan
3
-1,015
1,440 Ketajaman
4
0,328
0,294 Tabel 4.5 di atas menunjukkan adanya perbedaan perhitungan statistik
deskriptif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari tabel di atas nilai siswa tertinggi dari dua kelas tersebut terdapat pada kelas eksperimen dengan nilai 99,
sedangkan nilai siswa terendah terdapat pada kelas kontrol dengan nilai 32. Hal tersebut berarti menunjukan kemampuan komunikasi matematis perorangan
tertinggi terdapat di kelas eksperimen sedangkan kemampuan komunikasi matematis perorangan terendah terdapat di kelas kontrol. Selain itu nilai rata-rata
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas kontrol dengan
selisih 6,75. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa secara perorangan maupun rata-rata pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol. Jika dilihat dari simpangan baku, nilai kemampuan komunikasi matematis
siswa kelas eksperimen lebih menyebar dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan nilai kemiringan kurva, kelas eksperimen memiliki nilai kemiringan kurva sebesar
2 4
6 8
10 12
14 16
20 40
60 80
100
F r
e k
u e
n
s i
Nilai
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
-1,015 yang artinya penyebaran nilai kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen mengumpul di atas nilai rata-rata, sedangkan pada kelas
kontrol memiliki nilai kemiringan kurva sebesar 1,440 yang artinya penyebaran nilai kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas kontrol mengumpul di
bawah nilai rata-rata. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen lebih baik
dibandingkan kelas kontrol. Secara visual perbedaan penyebaran data di kedua kelas yaitu kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif metode SFE dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.1 Kurva Perbandingan Nilai Kemampuan Komunikasi Mate matis Siswa pada Kelas
Eksperimen dan Kelas kontrol
Berdasarkan Kurva di atas, penyebaran nilai kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen cenderung mengumpul di atas nilai rata-
rata-rata kelas kontrol 63,95. Sebaran nilai pada kelas eksperimen rata-rata cenderung di sebelah kanan sedangkan sebaran nilai pada kelas kontrol cenderung
di sebelah kiri ini menandakan bahwa masih banyak nilai siswa di bawah rata- rata. Pencapaian nilai maksimum siswa pada kelas kontrol 97 masih berada
dibawah nilai maksimum siswa pada kelas eksperimen 99. Hal tersebut
menunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kemampuan komunikasi matematis siswa
pada kelas kontrol.
3. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil posttest pada kelas eksperiman dan kontrol diperoleh data ketercapaian indikator kemampuan komunikasi matematis yang disajikan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Persentase Rata-Rata Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kontrol No
Indikator Kemampuan komunikasi matematis Siswa
Skor Ideal
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
x x
1 Written text
8 6,5
81,25 5,78
72,19 2
Drawing 12
8,0 66,67
7,10 59,17
3 Mathematical Expression
8 5,25
65,63 5,00
62,5 Skor total
28 19,75
70,18 17.88 63,83
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa skor kemampuan komunikasi matematis secara keseluruhan pada kelas eksperimen sebesar 19,75 dengan
persentase sebesar 70,18 . Siswa yang memiliki kemampuan Written text sebanyak 81,25, kemampuan Drawing sebanyak 66,67 dan kemampuan
Mathematical Expression sebanyak 65,63. Dalam hal ini menunjukkan bahwa persentase yang paling besar kemampuan komunikasi matematis siswa pada
kelompok eksperimen terdapat pada indikator Written text sebanyak 81,25.
Persentase terkecil yaitu pada indikator Mathematical Expression sebanyak 65,63.
Skor kemampuan komunikasi matematis secara keseluruhan pada kelas kontrol sebesar 17,88 dengan persentase sebesar 63,83 . Siswa yang memiliki
kemampuan Written text sebanyak 72,19, kemampuan Drawing sebanyak 59,17 dan kemampuan Mathematical Expression sebanyak 62,5. Dalam hal
ini menunjukkan bahwa persentase yang paling besar kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok kontrol terdapat pada indikator Written text
sebanyak 72,19 . Persentase terkecil yaitu pada indikator Drawing sebanyak 59,17 .
Persentase rata-rata terkecil aspek kemampuan komunikasi matematis dari kelas kontrol yaitu pada aspek kemampuan Drawing. Hal ini disebabkan karena
lemahnya siswa dalam memahami dan mengerjakan soal-soal gambar ke dalam bentuk matematika atau sebaliknya karena siswa tidak biasa mengerjakan soal-
soal dengan gambar dan lebih terfokus kepada rumus. Secara
visual perbandingan
ketercapaian indikator
kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat pada grafik persentase berikut ini:
Gambar 4.2 Grafik Pe rsentase Indikator Kemampuan Komunikasi Mate matis Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
81.25 66.67
65.63 72.19
59.17 62.5
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Written text Drawing
Mathematical Expression
P e
r s
e
n t
a s
e
Kemampuan Komunikasi Matematis
Eksperimen Kontrol
Berdasarkan Gambar
4.2 terlihat
bahwa ketercapaian
indikator kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen selalu lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan selisih pada tiap-tiap indikatornya secara berurutan yaitu Written text dengan silisih 9,06, Drawing dengan selisih
7,5, dan Mathematical Expression dengan selisih 3,13.
B. Analisis Data
Data penelitian yang dianalisis adalah rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Karena
varians populasi belum diketahui, maka untuk melakukan pengujian hipotesis penelitian dilakukan analisis data uji kesamaan dua rata-rata, dan uji statistik yang
digunakan adalah uji-t. Namun sebelum menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasayarat analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh bedistribusi normal dan homogen. Uji prasyarat analisis yang dilakukan adalah:
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Uji normalitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji chi square. Perolehan hasil perhitungan uji normalitas tes kemampuan komunikasi
matematis siswa untuk kelas eksperimen yaitu nilai 59
, 1
2
hitung
, sedangkan
nilai
81 ,
7
2
tabel
untuk sampel yang berjumlah 40 siswa dengan taraf
signifikan
05 ,
. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa
2 2
tabel hitung
1,59 7,81, maka dapat disimpulkan bahwa H
diterima sedangkan H
1
ditolak, artinya data yang terdapat pada kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya
mengenai uji normalitas kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 18.
b. Uji Normalitas Kelas Kontrol
Perolehan hasil perhitungan uji normalitas tes kemampuan komunikasi matematis siswa untuk kelas kontrol yaitu nilai
80 ,
5
2
hitung
, sedangkan nilai
81 ,
7
2
tabel
untuk sampel yang berjumlah 40 siswa dengan taraf signifikan
05 ,
.Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa
2 2
tabel hitung
5,80 7,81, maka dapat disimpulkan bahwa H
diterima sedangkan H
1
ditolak, artinya data yang terdapat pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya mengenai uji normalitas
kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 19. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data
Kelas N
Kesimpulan Eksperimen
40 0,05
1,49 7,81
Sampel Berasal dari Populasi Berdistribusi
Normal
Kontrol 40
0,05 5,80
7,81
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi dimana sampel diambil mempunyai varians yang sama homogen atau tidak. Uji
homogenitas yang digunakan yaitu Uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu kedua kelas dikatakan homogen apabila F
hitung
F
tabel
diukur sesuai taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.
Dari hasil perhitungan data tes pada kelas eksperimen yang berjumlah 40 siswa dengan varians 163 dan kelas kontrol yang berjumlah 40 siswa dengan
varians 198, maka diperoleh F
hitung
= 1,21 dan dari tabel distribusi F dengan taraf signifikansi
05 ,
, maka diperoleh F
tabel
= 1,65. Perhitungan selengkapnya mengenai uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 20.