Teknik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui tingkat validitas suatu instrument dalam hal ini validitas isi, dapat menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut: 4            } }{ { 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n r hitung Keterangan: r hitung = koefisien korelasi antara variable X dan Y yang dikorelasikan = banyaknya sampel X = skor item Y = skor total Uji validitas instrumen dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan di atas yaitu r hitung dengan r tabel pada taraf signifikansi 5 dan derajat kebebasan dk = n – 2, dengan ketentuan jika r hitung r tabel berarti butir soal valid, sedangkan jika r hitung r tabel berarti butir soal tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrumen lampiran 6, dari 9 soal yang diujicobakan diperoleh 7 butir soal yang valid dan 2 soal tidak valid. Soal-soal yang valid tersebut adalah soal nomor 1 dan 8 yang mewakili indikator kemampuan Written text. Butir soal nomor 3 dan 6 yang mewakili indikator kemampuan Drawing dan 2 , 4 dan 9 yang mewakili kemampuan Mathematical Expression.

b. Tingkat Kesukaran Soal

Untuk mengetahui bermutu atau tidaknya butir item tes untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis dapat diketahui dari derajat kesukaran atau tingkat kesukaran yang dimiliki masing-masing butir soal tes tersebut. Butir soal tes kemampuan komunikasi matematika dapat dinyatakan sebagai butir soal tes yang baik, apabila butir soal tes tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk mengukur tingkat kesukaran soal tes dapat menggunakan rumus sebagai berikut: 5 4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidik an, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, h. 72 5 Ibid., h.208 Keterangan : = Indeks kesukaran item ke-i = Jumlah skor yang diperoleh responden pada item ke-i = Jumlah skor maksimum item soal ke-i Perhitungan tingkat kesukaran butir soal diinterpretasikan menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal sebaga berikut: 6 Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran P Keterangan P 0,3 Sukar 7 , 3 ,   P Sedang P 0,7 Mudah Berdasarkan hasil perhitungan uji tingkat kesukaran butir soal instrumen lampiran 7, dari 9 soal yang diujikan diperoleh 1 soal dengan tingkat kesulitan “Sukar”, 7 soal dengan tingkat kesulitan “Sedang” dan 1 soal dengan tingkat kesuli tan “Mudah”.

c. Daya Pembeda

Pengujian daya pembeda soal digunakan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan untuk pengujian daya pembeda adalah sebagai berikut: 7 Keterangan : DP = Indeks daya beda ∑ benar k.A = total skor kelompok atas 6 Ibid., h.21 7 Ibid., h. 31 B m A m n S B k skor n S A k skor     . . DP ∑ benar k.B = total skor kelompok bawah S m = skor maksimum n A = jumlah peserta tes kelompok atas n B = jumlah peserta tes kelompok bawah Perhitungan daya pembeda soal diinterpretasikan menggunakan kriteria daya pembeda butir soal seperti berikut: 8 Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda Daya beda soal Keterangan 00 ,  D sangat jelek 20 , 00 ,   DP Jelek 40 , 20 ,   DP Cukup 70 , 40 ,   DP Baik 00 , 1 70 ,   DP sangat baik Jika daya beda semua soal bernilai negatif maka soal tersebut dianggap tidak baik dan sebaiknya dibuang. Dari hasil perhitungan daya pembeda soal lampiran 8, dari 9 soal yang diujikan, terdapat 4 soal memiliki daya pembeda “baik” dan 5 soal memiliki daya pembeda “sedang”. Untuk lebih jelasnya, hasil uji validasi, taraf kesukaran dan daya beda soal instrumen tes dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.6 Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen No. Soal Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Keterangan 1 Valid Mudah Baik Digunakan 2 Valid Sedang Baik Digunakan 3 Valid Sukar Cukup Digunakan 4 Valid Sedang Cukup Digunakan 8 Suharsimi, op.cit., h. 218 5 Invalid Sedang Cukup Dibuang 6 Valid Sedang Cukup Digunakan 7 Invalid Sedang Cukup Dibuang 8 Valid Sedang Baik Digunakan 9 Valid Sedang Baik Digunakan Dari hasil pengujian validitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal, peneliti memilih untuk mengambil 7 soal dari 9 soal yang valid untuk dijadikan instrumen penelitian untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis, dikarenakan ada 2 soal tidak valid. Kisi-kisi instrumen penelitian yang akan di pakai dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Kemampuan Komunikasi Matematis No Materi pembelajaran Indikator tes kemampuan komunikasi matematis Dimensi kemampuan komunikasi matematis No soal Jumlah soal 1 Menjelaskan pengertian jajargenjang,perse gi panjang, persegi, belah ketupat, trapesium dan layang-layang menurut sifatnya Memberikan jawaban suatu permasalahan dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri Written text 1 2 8 2 Menjelaskan sifat-sifat segiempat Menyelesaikan suatu permasalahan ke dalam gambar atau 6 ditinjau dari diagonal, sisi dan sudut sebaliknya Drawing 9 3 3 Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas segiempat Menyelesaikan suatu permasalahan ke dalam gambar atau sebaliknya Drawing 3 Menyelesaikan model matematika dari masalah sehari- hari yang berkaitan dengan Segiempat Mathematical Expression 2 2 4 Total 7 Tabel 3.7 memperlihatkan bahwa dari setiap indikator yang akan diuji memiliki jumlah soal yang berbeda. Dalam penelitian ini jumlah soal untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa berjumlah 7 soal diantaranya yaitu terdiri dari 2 soal untuk mengukur indikator Written Text , 3 soal untuk mengukur indikator Drawing dan 2 soal untuk mengukur kemampuan indikator Mathematical Expression.

d. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Sesuai dengan bentuk soal tesnya yaitu tes bentuk essay, maka untuk menghitung koefisien reliabilitasnya menggunakan rumus alpha. Rumusnya adalah: 9                   2 2 11 1 1 t i n n r   Keterangan : = reliabilitas instrumen = banyak butir soal = jumlah varians skor tiap-tiap item = variansi soal Tingkat reliabilitas dari soal uji coba kemampuan komunikasi matematika didasarkan pada klasifikasi Guilford sebagai berikut: Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Besarnya r Tingkat Reliabilitas 20 , 00 , 11   r Kecil 40 , 20 , 11   r Rendah 60 , 40 , 11   r Sedang 80 , 60 , 11   r Tinggi 00 , 1 80 , 11   r Sangat tinggi Dari hasil uji reliabilitas pada 7 soal yang valid dan siap digunakan didapatkan nilai reliabilitas 0,61 lampiran 8 dengan kategori reliabilitas tinggi, yang artinya instrumn tes tersebut dapat memberikan hasil ketetepan yang tinggi. 9 Suharsimi, op.cit., hl 109

F. Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan mengambil kesimpulan dari hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan uji-t. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan analisis normalitas terhadap data yang diperoleh, jika data itu berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas. Setelah itu baru dilakukan uji-t atau uji perbedaan dua rata-rata. Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka data akan dianalisis dengan menggunakan uji Mann Whitney. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dijelaskan langkah-langkahnya: Analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan mengambil kesimpulan dari hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan uji-t. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan analisis normalitas terhadap data yang diperoleh, jika data itu berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas. Setelah itu baru dilakukan uji-t atau uji perbedaan dua rata-rata. Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka data akan dianalisis dengan menggunakan uji Mann Whitney. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dijelaskan langkah-langkahnya: 1. Uji Prasyarat Analisis Analisis terhadap data penelitian dilakukan bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis yang telah dirumuskan akan dianalisis dengan memnggunakan uji t. Akan tetapi, sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogentitas data.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi-Square sebagai berikut: 10   2 2 fe fe fo     10 Kadir, Statistika Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta, PT Rosemata Sampurna, 2010, h.113 Keterangan: 2  = harga kai kuadrat chi square fo = frekuensi observasi fe = frekuensi ekspetasi Kriteria pengujiannya adalah: a. Apabila tabel hitung 2 2    , maka sampel berasal dari populasi yang bersdistribusi normal b. Apabila tabel hitung 2 2    , maka sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesis H : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H 1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal b. Menentukan rata-rata c. Menentukan standar deviasi d. Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi 1 Rumus banyak keas: aturan Strugles K = 1 + 3,3 log n , dengan n adalah banyaknya subjek 2 Rentang R = skor terbesar – skor terkecil Panjang kelas P = e. Cari hitung 2  dengan rumus: hitung 2  =   fe fe fo   f. Cari tabel 2  dengan derajat kebebasan dk = banyak kelas K -3 dan taraf kepercayaan 95 atau taraf signifikansi = 5 g. Kriteria pengujian: Jika tabel hitung 2 2    , maka H diterima dan H 1 ditolak Jika tabel hitung 2 2    , maka H ditolak dan H 1 diterima

b. Uji Homogenitas Uji Kesamaan Dua Varians

Uji homogentias dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogentias yang digunakan adalah uji Fisher sebagai berikut 11 : di mana Kriteria pengujiannya adalah: a Apabila F hitung F tabel , maka H diterima, yang berarti sampel memiliki varians yang homogen b Apabila F hitung ≥ F tabel , H ditolak, yang berarti sampel memiliki varians yang tidak homogeny. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesis H : H 1 : b. Cari F hitung dengan rumus: F = c. Terapkan taraf signifikansi = 5 d. Hitung F tabel dengan rumus: e. Tentukan kriteria pengujian H , yaitu: Jika F hitung F tabel , maka H diterima dan H 1 ditolak Jika F hitung ≥ F tabel , maka H ditolak dan H 1 diterima 2. Pengujian Hipotesis Penelitian Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas data, maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini dilakukan, untuk mengetahui apabila rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa untuk kelompok 11 Ibid., h.118 eksperimen lebih tinggi dibandingak nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa untuk kelompok kontrol. Untuk Uji hipotesis, peneliti menggunakan rumus uji t. rumus yang digunakan yaitu: a. Jika varians sampel homogen 12 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 n X X dan n X X dengan n n S X X t gab        Sedangkan Keterangan: t hitung = harga t hitung 1 X = nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen 2 X = nilai rata-rata hitung data kelompok kontrol 2 1 S = varians data kelompok eksperimen 2 2 S = varians data kelompok kontrol gab S = simpangan baku kedua kelompok 1 n = jumlah siswa pada kelompok eksperimen 2 n = jumlah siswa pada kelompok kontrol Setelah harga t hitung dioeroleh, kita lakukan pengujian kebenaran kedua hipotesis dengan membandingakn besarnya t hitung dengan t tabel , dengan terelebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat kebebasannya, dengan rumus: dk = n 1 + n 2 – 2 dengan diperolehnya dk, maka dapat dicari harga t tabel pada taraf kepercayaan 95 atau taraf siginifikansi = 5 Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: Jika t hitung ≤ t tabel , maka H diterima dan H 1 ditolak Jika t hitung t tabel , maka H ditolak dan H 1 diterima 12 Ibid., h,195

Dokumen yang terkait

pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa (kuasa Eksperimen di SMPN 3 Tangerang selatan)

3 10 82

Pengaruh model pembelajaran koopertaif metode student falitator and explaining (SFE) terhadap kemampuan komunikasi metematika siswa

1 7 174

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SFE (STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING) DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS LISAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X MIA 2 SMA MTA SURAKARTA.

0 0 20

this PDF file PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SFE (STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING) DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS LISAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA SISWA KELAS X MIA 2 SMA MTA

0 1 5

Eksperimentasi Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) terhadap Hasil Belajar ditinjau dari Kecerdasan Linguistik

0 0 8

PENGARUH PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN PERCAYA DIRI SISWA

0 0 18

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 REMBANG MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) - repository perpustakaan

0 0 19

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII B MTs MUHAMMADIYAH PURWOKERTO MELALUI PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE)

0 0 17

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 2 SOMAGEDE

0 0 17

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Landasan Teori 1. Kemampuan Komunikasi Matematis - PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 2 SOMAGEDE - repository perpustakaan

0 6 14