11
b. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Bagan 2.1 Aspek-aspek Kemampuan Komunikasi Matematis
7
Pembelajaran harus dapat membantu siswa dalam mengkomunikasikan ide matematika melalui aspek komunikasi matematis sesuai dengan bagan di atas,
sebagaimana dikatakan Baroody dalam Algoritma, yaitu:
8
1Merepresentasikan yaitu menunjukkan kembali suatu ide atau suatu masalah dalam bentuk baru. 2
Mendengar yaitu dapat menangkap suara bunyi dengan telinga yang kemudian memberi respon terhadap apa yang didengar. 3Membaca merupakan kegiatan
kompleks. Dengan membaca seseorang dapat memahami ide yang dikemukakan orang lain lewat tulisan dan mentransformasikannya secara lisan baik eksplisit
maupun implisit. 4 Berdiskusi merupakan tukar menukar gagasan, pemikiran, informasipengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-
pokok pikiran gagasan dan kesimulan. 5 Menulis merupakan Kegiatan menulis matematik lebih ditekankan pada mengekspresikan ide-ide matematik.
Ada beberapa indikator dalam kemampuan komunikasi matematis yang dapat dicermati. Indikator digunakan sebagai dasar dalam penilaian, Sebagaimana
yang tertera dalam standar kurikulum NCTM bahwa indikator kemampuan
7
Ibid.
8
Ibid.
Mathematical Communication
Talking
Reading, Listening,
Discussing, Sharing
Writing
Written Text, Drawing,
Mathematica l Expression
12
komunikasi matematis
dapat dilihat
dari:
9
kemampuan siswa
dalam mengekspresikan
ide-ide matematis
melalui lisan,tulisan
dan mendemonstrasikannya
serta menggambarkannya secara visual; kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara
lisan, tulisan
maupun dalam
bentuk visual
lainnya; kemampuan dalam
menggunakan notasi matematika untuk menyajikan ide-ide berupa model matematika.
Pendapat lain yang dikemukakan Fadjar shadiq mengenai indikator komunikasi matematis siswa meliputi:
10
1 bagaimana siswa dapat menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram. 2
Mengajukan dugaan konjectures, dugaan yang dimaksud adalah bagaimana siswa dapat mengetahui mengenai apa saja yang dapat diketahui dari sebuah
permasalahan dan bagaimana cara menyelesaikannya. 3 siswa dapat melakukan manipulasi matematika. 4 siswa dapat menarik kesimpulan, menyusun bukti,
memberikan alasan atau bukti terhadap solusi. 5 siswa dapat menarik kesimpulan dari pernyataan yang ada. 6 siswa dapat memeriksa kesahihan suatu
argumen melalui bukti-bukti yang valid. 7 siswa dapat menemukan pola atau sifat dari gejala matematis.
Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis yang dikemukakan oleh Satriawati, yaitu:
11
1 Written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan
bahasa sendiri,
membuat model
situasi atau
persoalan menggunakan lisan, tulisan, kongkret, grafik dan aljabar, menjelaskan dan
membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis tentang matematika, membuat konjektur, menyusun
argumen dan generalisasi. 2 Drawing, yaitu mereflaksikan benda-benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide-ide matematika. 3 Mathematical Expression,
9
Mumun Syaban, Mengembangk an Daya Matematis Siswa , dari http:educare.e-
fkipunla.netindex2.php?option=com_contentdo_pdf=1id=62 , 27 febuari 2013
10
Fadjar shadiq, Kemahiran Matematik a Yogyakarta:Departemen Pendidikan Nasional,2009 h.14
11
Ibid., h.111.
13
yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari- hari dalam bahasa atau simbol matematika.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka kemampuan komunikasi matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
kemampuan komunikasi matematis yang mengacu pada indikator yang meliputi Written text yaitu kemampuan siswa dalam memberikan jawaban suatu
permasalahan dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri; Drawing yaitu kemampuan siswa dalam merefleksikan gambar kedalam ide-ide matematika; dan
Mathematical expression yaitu kemampuan siswa dalam membuat model situasi dari suatu permasalahan matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah model yang didesain untuk mendukung kerjasama didalam kelompok dan interaksi diantara siswa.model-
model pembelajaran
dapat diklasifikasikan
tujuan pembelajarannya,pola
urutannya dan sifaf lingkungan belajarnya.
12
Dalam tulisan ini peneliti akan mengulas tentang pengertian dan urgensi pembelajaran kooperatif itu seperti apa
serta bagaimana desain metode student facilitator and explaining dengan peta konsep yang akan diteliti.
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
“Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai
satu kelompok
atau satu
tim. ”
13
Wena mengungkapkan
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Sedangkan Abudin menyataan bahwa
Model pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran yang terjadi
akibat dari
adanya pendekatan
pembelajaran yang
bersifat
12
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-ProgesifJakarta:Kencana Prenada Media Group.2011 h.23
13
Isjoni, Cooperative
Learning Mengembangk an
Kemampuan belajar
berk elompok Bandung: Alfabeta,2010 h. 15
14
kelompok.
14
Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.
15
Slavin mendefinisikan Pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
16
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif tertuang dalam wadah kelompok. Masing-masing
kelompok tersebut siswa saling bekerjasama. Kerjasama yang dijalin oleh setiap siswa tidak hanya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru,
melainkan lebih kompleks lagi dengan saling bekerjasama dalam memahami materi yang telah disampaikan dengan cara tutor sebaya. Dengan demikian, dalam
pembelajaran kooperatif siswa dijadikan sebagai sumber belajar, selain guru, buku maupun sumber belajar lainnya.
Banyak para ahli lainnya yang mendefinisikan pembelajaran kooperatif, diantaranya Trianto mengungkapkan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang memerlukan kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam stuktur pecapaian tugas, tujuan, dan penghargaan”.
17
Sedangkan Wena mendefinisikan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai “sistem pembelajaran
yang berusaha memanfaatkan teman sejawatteman lain sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar yang lain”.
18
Berdasarkan definisi-definisi
di atas,
dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok dan bekerjasama satu sama lain dalam upaya memahami materi pembelajaran dengan memanfaatkan sesama siswa sebagai sumber belajar, selain
guru maupun sumber belajar lainnya.
14
Abudin Nata, Perspek tif Islam Tentang Strategi Pembelajaran Jakarta:Prenada Media Group,2009. H.257
15
Made wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu tinjauan k onsept ual Operasional Jakarta: Bumi Aksara,2010, h.189
16
Robet E. Slavin, Cooperative Learning-Teori, Riset, dan Prak tik , Bandung: Nusa Media,2005, h. 4.
17
Trianto, Op cit, h.66
18
Made Wena, Op.cit. h.190