Uji Normalitas Kelas Eksperimen
2
: rata-rata hasil kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil pehitungan, diperoleh t
hiung
= 2,19, sedangkan dengan menggunakan tabel t pada taraf signifikan
05 ,
dan diperoleh t
tabel
= 1,99. Perhitungan selengkapnya mengenai uji hipotesis dapat dilihat pada lampiran
21 Untuk lebih jelasnya hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9 Hasil Uji-t
Kelas t
hitung
T
tabel
05 ,
Kesimpulan
Eksperimen 2,19
1.99 Tolak H
Kontrol
Hasil perhitungan dari data tabel 4.9, menunjukan bahwa t
hitung
t
tabel
1,99 2,19, maka dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H
1
diterima, dengan taraf signifikansi
05 ,
. Gambaran kurva uji perbedaan dua rata-rata pada
kelas eksperimen dan kontrol dapat dlihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.3 Kurva Uji Perbedaan Data Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan pada Gambar 4.3, nilai t
hitung
= 2,19 lebih besar dari t
tabel
, yaitu nilai t
hitung
berada pada daerah penolakan H daerah kritis. Hal ini berarti
1,99 2,19
bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode SFE berpengaruh positif terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa. Setelah uji hipotesis dilakukan dengan taraf signifikansi
05 ,
, maka
diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif metode SFE dengan rata-rata kemampuan komunikasi siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu dengan hasil uji
hipotesis H ditolak dan H
1
diterima, artinya bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif metode SFE lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan
model konvensional.