Pengumpulan dan Metode Analisis Data
dikehendaki adalah pasokan dan harga beras yang dapat menimbulkan kepanikan pasar. Hal ini dapat terjadi apabila pasokan kurang dari kebutuhan
atau harga melonjak dari harga beras normal. Tahapan perancangan jaringan syaraf tiruan untuk prakiraan pasokan dan
harga beras dapat dilihat pada Gambar 32. Langkah awal adalah membuat arsitektur jaringan syaraf tiruan, dilanjutkan dengan pencarian data dan penentuan
data input. Ketepatan dalam penentuan input menentukan ketepatan hasil prediksi. Data yang digunakan adalah data sekunder mengenai pasokan dan harga beras
yang diperoleh dari pasar induk beras Cipinang PIBC Jakarta dimulai dari Januari 2009 sampai dengan Juli 2010. Data awal adalah data harian, tetapi dalam
penelitian ini data dikelompokan setiap minggu, sehingga diperoleh data sebanyak delapan puluh satu minggu.
Mulai Arsitektur JST untuk
prakiraan pasokan dan harga Beras
Pelatihan JST
Tidak
Pengujian JST
Ya
Sesuai
Tidak
Data Pelatihan
Data Pengujian Output:
MSE, Epoch, R Sesuai
JST Terbaik
Ya
Input: Data mingguan
4 minggu terakhir
Selesai
Output: Hasil prediksi pasokan
harga beras 2 minggu ke depan
Peringatan Dini
Data kebutuhan beras penduduk
Data rata-rata harga beras
Fungsi aktivasi Algoritma pelatihan
Momentum Hidden neuron, Error
Gambar 32. Tahapan Perancangan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prakiraan serta Peringatan Dini Dari Pasokan dan Harga Beras.
Pada penelitian ini dirancang JST dengan satu hidden layer dengan menggunakan algoritma backpropagation. Backpropagation merupakan salah
satu algoritma pembelajaran terawasi supervised learning Patuelli, 2006 dan Seminar, 2010. JST dirancang dengan arsitektur JST tiga lapis Kahfourushan,
2010. JST tersebut diperoleh dengan cara uji coba berbagai parameter JST. Jumlah neuron yang dicoba adalah jumlah neuron dalam hidden layer, sedangkan
parameter lain yang diuji coba adalah fungsi aktivasi, algoritma pelatihan dan momentum. Pada penelitian ini jumlah neuron yang diujicoba pada lapisan
tersembunyi hidden layer jumlahnya berbeda-beda yaitu sebanyak empat, delapan dan dua belas buah. Parameter output yang dihasilkan adalah MSE
mean square error, jumlah iterasi epoch dan koefisien korelasi R. Menurut Munakata 2008, algoritma dasar backpropagation memiliki tiga
fase di bawah : 1. Fase feedforward pola input pembelajaranpelatihan
2. Fase kalkulasi dan backpropagation error 3. Fase penyesuaian bobot untuk memperbaiki output mendekati target.
Algoritma backpropagation menggunakan error output untuk mengubah nilai bobot-bobotnya dalam arah mundur backward. Untuk mendapatkan error ini,
tahap forward propagasi harus dikerjakan terlebih dahulu. Pada saat forward propagation, neuron-neuron diaktifkan dengan menggunakan fungsi aktivasi.
Pada jaringan feedforward, pelatihan dilakukan dalam rangka melakukan pengaturan bobot, sehingga pada akhir pelatihan diperoleh bobot-bobot terbaik.
Selama proses pelatihan, bobot-bobot diatur secara iteratif untuk meminimumkan fungsi kinerja jaringan. Fungsi kinerja yang sering digunakan untuk
backpropagation adalah mean square error MSE. Fungsi ini mengambil rata- rata kuadrat error yang terjadi antara output jaringan dan target. Sebagian besar
algoritma pelatihan untuk jaringan feedforward menggunakan gradien dari fungsi kinerja untuk menentukan bagaimana mengatur bobot dalam rangka
meminimumkan kinerja. Gradien ini ditentukan dengan menggunakan suatu teknik yang disebut dengan nama backpropagation. Pada dasarnya algoritma
backpropagation menggerakkan bobot dengan arah gradien negatif, algoritma ini