Subsistem Prakiraan Pasokan dan Harga Beras

Pada perancangan arsitektur JST tersebut , pemilihan arsitektur dilakukan dengan cara memilih arsitektur terbaik dari beberapa alternatif kombinasi pada saat pelatihan. Fungsi aktivasi logsig dan algoritma pelatihan trainlm pada spesifikasi JST ke delapan dari Tabel 16 dipilih karena dari hasil proses pelatihan diperoleh MSE yang terkecil. Selama proses pemilihan arsitektur JST tersebut parameter lain seperti momentum, neuron hidden, epoch dan goal ditentukan secara acak kemudian spesifikasi terbaik yang diperoleh digunakan untuk menentukan parameter selanjutnya yang sebelumnya ditentukan secara acak. Tabel 16. Pemilihan Fungsi Aktivasi dan Algoritma Pelatihan Untuk JST Spesifikasi JST Fungsi Aktivasi Algoritma Pelatihan MSE Epoch R 1 Tansig traingd 0.002630 5000 0.954 2 traingdm 0.002330 5000 0.960 3 traingdx 0.001980 5000 0.974 4 trainlm 0.000999 76 0.983 5 Logsig traingd 0.008420 5000 0.852 6 traingdm 0.004860 5000 0.914 7 traingdx 0.001440 5000 0.975 8 trainlm 0.000987 10 0.983 9 Purelin traingd 0.004500 5000 0.920 10 traingdm 0.004580 5000 0.919 11 traingdx 0.004480 5000 0.921 12 trainlm 0.004480 4 0.921 Melalui spesifikasi terbaik dari Tabel 16, diperoleh arsitektur JST terbaik dengan fungsi aktivasi adalah logsig, algoritma pelatihan adalah trainlm, nilai MSE sebesar 0.000987, jumlah iterasi epoch adalah 10 dan nilai korelasi R adalah 0.983. Selanjutnya dilakukan pemilihan parameter momentum seperti dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Pemilihan Momentum Untuk JST Prakiraan Harga Beras IR 64 III Spesifikasi JST Nilai Momentum MSE Epoch R

8.1 0.005

0.00088 19 0.98494 8.2 0.05 0.000999 23 0.98297 8.3 0.1 0.000987 10 0.98309 8.4 0.5 0.000987 10 0.98309 8.5 0.9 0.001 15 0.98288 Melalui spesifikasi terbaik dari Tabel 17, diperoleh arsitektur JST terbaik dengan nilai momentum 0.005, nilai MSE sebesar 0.00088, jumlah iterasi epoch adalah 19 dan nilai korelasi R adalah 0.98494. Selanjutnya dilakukan pemilihan toleransi error melalui beberapa nilai error seperti dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Pemilihan Toleransi Error Untuk JST Terbaik Spesifikasi JST Toleransi error MSE Epoch R 8.1.1 0.0001 0.0508 1808 0.46821

8.1.2 0.001

0.00088 19 0.98494 8.1.3 0.01 0.00413 2 0.94048 Melalui spesifikasi terbaik dari Tabel 18, diperoleh arsitektur JST terbaik dengan toleransi error sebesar 0.001, nilai MSE sebesar 0.00088, jumlah iterasi epoch adalah 19 dan nilai korelasi nya adalah 0.98494. Selanjutnya dilakukan pemilihan jumlah neuron untuk hidden layer melalui beberapa jumlah neuron hidden seperti dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Pemilihan Jumlah Neuron Hidden Untuk JST Terbaik Spesifikasi JST Jumlah Hidden Neuron MSE Epoch R 8.1.2.1 4 0.000999 92 0.98290

8.1.2.2 8

0.00088 19 0.98494 8.1.2.3 12 0.000997 2308 0.98290 Berdasarkan spesifikasi terbaik dari Tabel 16 sampai dengan Tabel 19, maka arsitektur JST terbaik untuk prakiraan harga beras IR 64 III dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Arsitektur JST Terbaik Untuk Prakiraan Harga Beras IR 64 III Karakteristik Keterangan Jumlah neuron input Jumlah neuron hidden Jumlah neuron output 4 8 2 Fungsi Aktivasi logsig Algoritma pelatihan trainlm Tabel 20. Arsitektur JST terbaik untuk Prakiraan Harga Beras IR 64 III lanjutan Karakteristik Keterangan Momentum 0.005 Epoch 5000 Error 0.001 Proses Pelatihan Tujuan diadakannya proses pelatihan pada JST adalah agar JST dapat diandalkan dalam mengenali pola yang dimasukkan ke dalam jaringan sehingga dapat dijadikan dasar pengalaman dalam melakukan prakiraan. Menurut Silvia 2007, kinerja yang diukur pada proses pelatihan jaringan syaraf tiruan adalah sebagai berikut : • Lamanya proses iterasi pelatihan jumlah epoch Semakin cepat proses pelatihan maka semakin baik kinerja proses pelatihan tersebut. Hal ini berarti jumlah epoch untuk mencapai nilai error yang diinginkan adalah berjumlah minimal. Satu epoch adalah satu siklus yang melibatkan seluruh pola data pelatihan. Jumlah maksimum iterasi yang dicobakan pada proses pelatihan pada penelitian ini ditetapkan 5000 epoch atau dapat juga lebih besar dari jumlah tersebut supaya proses iterasi dapat menghasilkan error yang diinginkan. • Perhitungan mean square error MSE. Perhitungan error merupakan satu pengukuran bagaimana jaringan dapat belajar dengan baik. Apabila nilai error tersebut masih cukup besar, hal ini mengindikasikan bahwa masih perlu dilakukan lebih banyak pembelajaran lagi hingga nilai error mendekati nol. Apabila output jaringan tepat sama dengan target maka nilai error bernilai 0. Frekuensi perubahan MSE ditampilkan setiap 100 epoch. • Koefisien korelasi R terhadap respon output jaringan dan target yang diinginkan. Apabila output jaringan tepat sama dengan target maka koefisien korelasi bernilai 1. • Proses pelatihan pada penelitian ini menggunakan lima puluh pola yang dilakukan untuk melatih JST agar JST dapat mengenali pola yang diujikan. Pada proses pelatihan dilakukan pemilihan JST yang memiliki kinerja terbaik. Pemilihan JST dengan kinerja terbaik tersebut dilakukan dengan uji coba sampai diperoleh error yang terkecil yang memenuhi target yang sudah ditentukan atau memiliki tingkat akurasi yang paling tinggi. Data Penelitian Data yang digunakan dalam pengembangan JST untuk prakiraan pasokan dan harga beras adalah data mengenai jumlah pasokan dan harga beras yang diperoleh dari PIBC. Data tersebut adalah data pasokan dan data harga beras harian yang dikumpulkan dari mulai tanggal 1 Januari 2009 sampai dengan 24 Juli 2010. Data harian diubah menjadi data mingguan yang selanjutnya dijadikan data input jaringan untuk memperkirakan pasokan beras dan harga beras selama dua minggu ke depan. Data input yang digunakan untuk memperkirakan pasokan beras dan harga beras adalah data pasokan beras dan data harga beras selama empat minggu terakhir. Data yang diperoleh dibuat pola yang selanjutnya dimasukkan ke dalam jaringan. Pola yang dibuat adalah empat input dan dua output. Pola yang diperoleh adalah sebanyak tujuh puluh lima pola, dengan rincian lima puluh pola digunakan untuk pelatihan dan dua puluh lima pola lagi digunakan untuk pengujian. Pola tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4.1 sampai dengan Lampiran 4.3. Aturan Untuk Peringatan Dini Untuk aturan peringatan dini dari JST prakiraan harga beras, aturan tersebut diperoleh melalui diskusi dengan pakar di FSTJ. Menurut pimpinan FSTJ, masyarakat di DKI Jakarta masih menolerir kenaikan harga beras apabila harga beras meningkat di bawah lima persen. Apabila kenaikan harga beras di PIBC melonjak lebih dari sepuluh persen dari harga normal, maka masyarakat DKI Jakarta tidak dapat menerimanya dan selanjutnya pihak pemerintah melalui BULOG divisi regional DKI Jakarta melaksanakan operasi pasar. Berdasarkan hasil diskusi pimpinan FSTJ tersebut maka dibuat aturan peringatan dini untuk prakiraan harga beras yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 21.