Model Matematika Kinerja Rantai Pasokan Beras di DKI Jakarta
Pasar beras pada penelitian ini dibatasi hanya pada berbagai pasar yang berada di bawah pengelolaan PD. Pasar Jaya yang juga dikelola oleh Pemda DKI
Jakarta. Input untuk model pada subsistem distribusi dan transportasi tersebut adalah lokasi pasar, banyaknya permintaan beras dari pasar tersebut, kendaraan
dan bobot kendaraan yang dipergunakan. Hasil dari model adalah rute terpendek dan banyaknya kendaraan yang dipergunakan untuk menyalurkan beras terbut ke
pasar-pasar di wilayah DKI Jakarta. Dengan hasil tersebut, para pelaku perberasan dapat menyalurkan sejumlah beras ke berbagai pasar beras dengan menggunakan
jumlah kendaraan yang tepat dan dengan rute terpendek. Dengan demikian para pelaku perberasan di PIBC khususnya dapat menyalurkan beras tersebut dengan
biaya transportasi yang lebih efisien. Model subsistem ke empat yaitu model kinerja rantai pasokan beras yang
dapat dilihat pada Gambar 43. Model tersebut diperoleh dengan menggunakan metode fuzzy inference system FIS. Input untuk model tersebut terdiri dari tiga
subsistem sebelumnya yaitu subsistem prakiraan pasokan dan harga beras, subsistem pemilihan pemasok beras dan subsistem distribusi dan transportasi
beras.
Gambar 43. Model Kinerja Rantai Pasokan Beras di DKI Jakarta
Hasil dari model tersebut adalah ukuran kinerja dari rantai pasokan beras. Dengan hasil tersebut, para pelaku usaha perberasan di PIBC khususnya dapat
mengukur kinerja rantai pasokannya apakah masuk ke dalam kategori baik, cukup
baik atau tidak baik. Dengan adanya ukuran kinerja tersebut, para pelaku perberasan di PIBC juga dapat mengantisipasi kegiatan yang harus dipersiapkan
dan dilakukan supaya kinerja rantai pasokannya di masa mendatang lebih baik dari pada kinerja saat ini.
Secara keseluruhan, model yang dihasilkan pada penelitian ini merupakan model yang terkait antara satu subsistem dengan subsistem lainnya. Permintaan
atau kebutuhan beras dari penduduk DKI Jakarta dapat dianggap sebagai pemacu dan pemicu trigger pengadaan beras yang selanjutnya dilakukan pada subsistem
pemilihan pemasok dan dihasilkan dengan metode TOPSIS. Pasokan beras beserta harga beras yang terkait di dalamnya embedded price yang masuk melalui PIBC
selanjutnya dikirimkan kepada konsumen melalui pasar-pasar di seluruh wilayah DKI Jakarta. Upaya pengiriman beras tersebut memerlukan subsistem distribusi
dan transportasi yang dihasilkan dengan metode simulated annealing. Pasokan beras yang masuk setiap waktu perlu diimbangi dengan prakiraan pasokan supaya
jumlah beras yang masuk ke DKI Jakarta melalui PIBC dapat dikendalikan dan tidak menimbulkan kelebihan pasokan over stock atau kekurangan pasokan out
of stock. Demikian pula harga beras yang setiap waktu berfluktuasi perlu dikendalikan supaya harga beras tersebut setiap waktu dapat terjangkau oleh daya
beli warga DKI Jakarta. Upaya pengendalian pasokan dan harga beras tersebut memerlukan subsistem prakiraan pasokan dan harga beras yang didukung oleh
upaya peringatan dini early warning system untuk mengurangi resiko dari pasokan dan harga beras yang tidak diinginkan. Model dalam subsistem prakiraan
pasokan dan harga beras tersebut dihasilkan dengan menggunakan metode artificial neural network. Sementara subsistem kinerja rantai pasokan beras
diperlukan supaya pelaku perberasan di PIBC khususnya dapat mengukur kinerja rantai pasokannya setiap saat, dan dapat melakukan antisipasi kinerja supaya
selalu diperoleh kinerja rantai pasokannya menjadi lebih baik di masa mendatang continous improvement. Model kinerja tersebut dihasilkan dengan menggunakan
metode fuzzy inference system. Keterkaitan model pada sistem rantai pasokan beras di DKI Jakarta yang mencakup empat subsistem tersebut dapat dilihat pada
Gambar 44.
Gambar 44. Model Sistem Rantai Pasokan Beras di DKI Jakarta