14 bahwa saluran yang efisien yaitu saluran III.
2.3. Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu
Kajian mengenai sistem tataniaga umumnya ditujukan untuk melihat efisiensi tataniaga pada komoditas yang diteliti. Efisien atau tidaknya suatu
saluran tataniaga dilihat dari dua sisi yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif meliputi analisis lembaga dan saluran pemasaran,
fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar. Secara kualitatif efisiensi tataniaga diukur dari margin tataniaga,
farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya πc.
Persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Ariyanto 2008, Agustina 2008, Noviana 2011, Wacana 2011 dan Utama 2011 yaitu dalam
penggunaan alat analisis untuk menentukan sistem tataniaga dan efisiensi saluran tataniaga. Perbedaan penelitian dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu
lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di Kelurahan Agung Lawangan, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan. Penelitian
mengenai analisis tataniaga kubis di daerah tersebut belum pernah dilakukan.
15
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Tataniaga
Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin 2006 istilah tataniaga dan pemasaran berasal dari kata
“marketing”. Tataniaga adalah kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan barang dan jasa sehingga termasuk usaha yang produktif.
Tataniaga menunjukkan semua aktivitas bisnis yang mempengaruhi arus atau aliran produk dan jasa dari titik produksi pertanian hingga ke tangan konsumen
akhir Kohl dan Uhl 2002. Menurut Dahl dan Hammond 1977, tataniaga produk-produk pertanian dapat dilihat sebagai serangkaian langkah-langkah,
tahapan, atau fungsi-fungsi yang dibutuhkan untuk mengubah atau memindahan input atau produk dari titik produksi primer untuk konsumsi akhir. Serangkaian
fungsi tersebut yaitu; pembelian, penjualan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, standardisasi, pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi
pasar. Dalam tataniaga, barang mengalir dari produsen sampai kepada konsumen
akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses tataniaga
Sudiyono 2002. Menurut Limbong dan Sitorus 1985 tataniaga pertanian mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak
milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan barang-barang kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen, termasuk di dalamnya
kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan
yang lebih tinggi kepada konsumennya. Menurut Limbong dan Sitorus 1985, tataniaga dapat dipelajari melalui
empat pendekatan yaitu pendekatan serba fungsi, pendekatan serba lembaga, pendekatan serba barang, dan pendekatan teori ekonomi. Pendekatan serba fungsi
mempelajari masalah-masalah tataniaga atau pemasaran dari segi kegiatan atau fungsi-fungsi yang dilakukan dalam penyaluran barang dan jasa mulai dari
16 konsumen hingga produsen. Pendekatan serba lembaga mempelajari masalah-
masalah tataniaga atau pemasaran melalui lembaga-lembaga tataniaga yang turut serta dalam penyaluran barang dari produsen ke konsumen. Pendekatan serba
barang melibatkan studi tentang bagaimana barang-barang tertentu berpindah dari produsen ke konsumen. Pendekatan teori ekonomi lebih menitik beratkan kepada
masalah-masalah penawaran, permintaan, harga, bentuk bentuk pasar dan lain lain.
3.1.2. Lembaga dan Saluran Tataniaga
Lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dimana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai
pihak konsumen Hanafiah dan Saefuddin 2006. Lembaga tataniaga timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai
dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen Sudiyono 2002. Sudiyono 2002 juga menjelaskan bahwa lembaga tataniaga berdasarkan
penguasaanya terhadap komoditi yang diperjualbelikan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai benda, seperti agen
perantara, makelar broker, selling broker dan buying broker. b.
Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir dan
importir. c.
Lembaga yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti perusahaan-perusahaan penyediaan fasilitas-
fasilitas transportasi, asuransi pemasaran dan perusahaan penentu kualitas produk pertanian surveyor.
Hanafiah dan Saefuddin 2006 memberikan gambaran bahwa panjang pendeknya saluran tataniaga yang dilalui suatu komoditi tergantung pada beberapa
faktor, antara lain: a.
Jarak antara produsen dan konsumen. Makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh
produk.
17 b.
Cepat tidaknya produk rusak. Sifat produk yang cepat rusak menuntut penerimaan yang cepat pula ditangan konsumen, sehingga menghendaki
saluran yang pendek dan cepat. c.
Skala produksi. Bila produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula. Hal ini tidak
menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dengan demikian dibutuhkan pedagang perantara dan saluran yang akan dilalui
produk cenderung panjang. d.
Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung memperpendek saluran tataniaga.
3.1.3 Fungsi-fungsi Tataniaga
Peningkatan nilai guna suatu komoditi dipengaruhi oleh fungsi-fungsi tataniaga yang dijalankan oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat. Fungsi
tataniaga dikategorikan menjadi tiga yaitu fungsi pertukaran exchange functions, fungsi fisik physical functions, dan fungsi penyediaan sarana atau fasilitas
facilitating functions Kohl and Uhl 2002. a.
Fungsi Pertukaran exchange function Fungsi pertukaran melibatkan kegiatan yang menyangkut pengalihan
atau transfer hak kepemilikan dari satu pihak ke pihak lainnya dalam sistem tataniaga. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi
pembelian. Fungsi penjualan antara lain mencari sumber pasokan, perakitan produk, dan aktivitas yang berhubungan dengan pembelian.
Fungsi ini melibatkan baik perakitan produk mentah dari daerah produksi atau perakitan produk jadi ke tangan tengkulak lain untuk memenuhi
tuntutan konsumen akhir. Fungsi pembelian harus ditafsirkan secara luas dan memiliki beberapa
bagian. Iklan, dan perangkat promosi lainnya untuk mempengaruhi dan membuat permintaan juga bagian dari fungsi pembelian. Keputusan yang
tepat dalam mempengaruhi unit penjualan, paket-paket yang tepat, saluran tataniaga yang terbaik, dan waktu serta tempat yang tepat untuk mendekati
pembeli potensial adalah semua keputusan yang termasuk dalam fungsi pembelian.
18 b.
Fungsi Fisik function of physical supply Fungsi fisik meliputi penanganan, perpindahan, dan perubahan fisik
komoditi itu sendiri. Fungsi fisik meliputi hal-hal berikut. 1.
Pengangkutan. Fokus utama fungsi pengangkutan yaitu membuat barang-barang dapat tersedia pada tempat yang tepat. Alternatif rute
yang ditempuh dan jenis transportasi yang digunakan akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan.
2. Penyimpananpergudangan. Penyimpanan berarti menyimpan barang
dari saat produksi mereka selesai dilakukan sampai dengan waktu mereka akan dikonsumsi. Fokus utama fungsi ini yaitu membuat
barang-barang dapat tersedia pada waktu yang diinginkan. 3.
Pemrosesan. Fungsi ini mencakup semua aktivitas yang mengubah bentuk dasar suatu produk. Misalnya: hewan hidup yang diproses
menjadi daging ataupun tepung gandum yang diubah menjadi roti. c.
Fungsi Penyediaan Sarana fasilitas Fungsi penyediaan fasilitas adalah kegiatan-kegiatan yang dapat
membantu kelancaran kinerja pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi ini meliputi hal-hal berikut.
1. Informasi pasar. Fungsi ini memiliki pengertian yaitu sebagai kegiatan
mengumpulkan, menafsirkan, dan menyebarluaskan berbagai macam data yang diperlukan untuk menjalankan proses tataniaga.
2. Penanggungan risiko. Penanggungan risiko adalah menerima
kemungkinan kerugian dalam tataniaga suatu produk. Risiko ekonomi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu risiko fisik dan risiko pasar.
Risiko fisik adalah risiko yang terjadi akibat kerusakan produk itu sendiri, oleh karena kebakaran, kecelakaan, angin, gempa bumi, atau
lainnya. Sedangkan risiko pasar adalah risiko yang terjadi karena perubahan nilai suatu produk yang dipasarkan.
3. Standardisasi dan grading. Standardisasi yaitu menetapkan grade
tingkatan kriteria kualitas komoditi tertentu. Grading adalah klasifikasi hasil pertanian ke dalam beberapa golongan mutu yang
berbeda-beda, masing-masing dengan nama dan label tertentu.
19 4.
Pembiayaan. Fungsi ini melibatkan penggunaan uang untuk menjalankan kegiatan tataniaga. Bentuk pembiayaan yang mudah
dikenal yaitu kredit yang diberikan suatu lembaga atau sumber modal lainnya. Aktivitas ini dibutukan dalam pemasaran modern.
3.1.4. Struktur Pasar
Dahl dan Hammond 1977 mengemukakan bahwa terdapat empat karakteristik pasar yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan struktur pasar
yaitu: 1.
Jumlah dan ukuran perusahaan pangsa pasar yang dimiliki. 2.
Keadaan produk yang diperjualbelikan dilihat oleh pembeli. Produk yang diperjualbelikan dapat bersifat standardisasi homogen dan berbeda
diferensiasi, sehingga harga yang dibayarkan oleh konsumen untuk kedua jenis produk tersebut juga berbeda.
3. Mudah atau sulit untuk keluar-masuk pasar. Kondisi ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk masuk atau keluar pasar karena adanya suatu hambatan.
4. Tingkat pengetahuan informasi yang dimiliki oleh partisipan dalam
tataniaga mengenai biaya, harga, dan kondisi pasar. Dahl dan Hammond 1977 juga mengemukakan bahwa terdapat lima jenis
struktur pasar yaitu: 1 Pasar persaingan sempurna Pure competition, 2 Pasar Persaingan Monopolistik Monopolistic Competition, 3 Pasar Oligopoli atau
Oligopsoni Murni Pure OligopolyOligopsony, 4 Pasar Oligopoli atau Oligopsoni diferensiasi Differentiated OligopolyOligopsony, 5 Pasar
Monopoli atau Monopsoni MonopolyMonopsony. Kelima jenis pasar tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
Kohl dan Uhl 2002 menjelaskan perbedaan antara masing-masing struktur pasar dan ciri-cirinya. Struktur pasar persaingan sempurna memiliki ciri-
ciri yaitu: 1 banyak pembeli dan penjual, tidak satupun dari keduanya dapat memberikan pengaruh yang besar dalam penentuan harga, 2 tidak terdapat
diferensiasi produk, 3 pembeli dan penjual dapat dengan mudah untuk keluar dan masuk pasar, 4 pengetahuan atau informasi yang dimiliki oleh pembeli dan
20 penjual mengenai kondisi pasar relatif sempurna, dan mobilitas faktor-faktor
produksi juga berjalan secara sempurna. Pasar persaingan monopolistik memiliki tiga karakteristik utama yaitu
produk yang dihasilkan berbeda corak, jumlah penjual relatif banyak dan adanya persaingan nonharga. Pada pasar ini penjual dan pembeli relatif bebas untuk
keluar masuk pasar. Monopoli atau Monopsoni adalah struktur pasar dimana hanya ada satu
penjual di pasar yang bersangkutan, sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. Asumsi-asumsi yang mendasari monopoli yaitu: 1 Di pasar
hanya satu penjual produk tertentu, 2 Produk yang dijual tidak ada barang substitusinya, 3 Adanya barier to entry ke pasar baik legal atau natural.
Karakteristik utama oligopoli atau oligopsoni adalah adanya beberapa perusahaan yang menghasilkan produk homogen maupun berbeda corak, sehingga
perilaku perusahaan satu mempengaruhi dan mendapat reaksi dari perusahaan lain. Akses keluar masuk pasar dalam pasar oligopoli atau oligopsoni sulit dan
terdapat beberapa hambatan. Oligopoli yang menghasilkan produk homogen terstandardisasi disebut oligopoli murni pure oligopoly, sedangkan oligopoli
yang menghasilkan barang berbeda corak disebut differentiated oligopoly
2
. Tabel 5. Struktur Pasar dalam Sistem Pangan dan Serat
Karakteristik Struktural Struktur Pasar dari Sisi
Jumlah Perusahaan
Sifat Produk Penjual
Pembeli Banyak
Standardisasi Persaingan
Sempurna Persaingan
Sempurna Banyak
Diferensiasi Persaingan
Monopolistik Persaingan
Monopsonistik Sedikit
Standardisasi Oligopoli Murni
Oligopsoni Murni
Sedikit Diferensiasi
Oligopoli Diferensiasi
Oligopsoni diferensiasi
Satu Unik
Monopoli Monopsoni
Sumber: Dahl dan Hammond 1977
2
Hidayat. http:www.slideshare.netf4uzi3zi3pasar-oligopoli.Pasar Oligopoli. Diakses pada tanggal 22 Januari 2012.
21
3.1.5. Perilaku Pasar
Perilaku pasar adalah pola kebiasaan pasar meliputi proses mental pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individual atau organisasional
terhadap produk tertentu, konsisten selama periode waktu tertentu. Kegiatan- kegitan perilaku meliputi tindakan penilaian, keyakinan, usaha memperoleh, pola
penggunaan, maupun penolakan suatu produk Budiarto 1993. Ada tiga cara mengenal perilaku Asmarantaka 2009, yakni:
1. Penentuan harga dan setting level of output; penentuan harga adalah
menetapkan harga dimana harga tersebut tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain, ditetapkan secara bersama-sama penjual atau penetapan
harga berdasarkan pemimpin harga price leadership. 2.
Product Promotion Policy; melalui pameran dan iklan atas nama perusahaan.
3. Predatory and Exclusivenary tactics; strategi ini bersifat illegal karena
bertujuan mendorong perusahaan pesaing untuk keluar dari pasar. Strategi ini antara lain menetapkan harga di bawah biaya marginal sehingga
perusahaan lain tidak dapat bersaing secara sehat. Cara lain adalah berusaha menguasai bahan baku integrasi vertikal ke belakang sehingga
perusahaan pesaing tidak dapat berproduksi dengan menggunakan bahan baku yang sama secara persaingan yang sehat.
3.1.6. Efisiensi Tataniaga
Kepuasan konsumen, produsen, maupun lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam aliran barang dan jasa merupakan ukuran efisiensi Limbong dan
Sitorus 1985. Menurut Hanafiah dan Saefuddin 2006 pengertian efisiensi tataniaga yang dimaksud oleh pengusaha swasta berbeda dengan yang dimaksud
oleh konsumen. Perbedaan tersebut muncul karena adanya perbedaan kepentingan antara pengusaha dan konsumen. Tataniaga yang efisien dari sisi pengusaha yaitu
apabila penjualan produknya dapat mendatangkan keuntungan yang tinggi. Sebaliknya konsumen menganggap bahwa tataniaga yang efisien yaitu apabila
konsumen mudah mendapatkan barang yang diinginkan dengan harga rendah. Efisiensi tataniaga dapat ditingkatkan melalui dua cara yaitu; pengurangan
biaya tanpa mengurangi manfaat tataniaga dan peningkatan manfaat produk tanpa
22 meningkatkan biaya tataniaga Kohl dan Uhl 2002. Efisiensi tataniaga dapat
dibedakan menjadi efisiensi operasional teknik dan efisiensi harga. Efisiensi operasional teknik menurut Kohl dan Uhl 2002 diukur sebagai rasio output
terhadap input. Peningkatan efisiensi operasional ditunjukkan pada situasi dimana biaya tataniaga dikurangi tanpa mempengaruhi sisi output dari rasio efisiensi.
Efisiensi harga merupakan bentuk kedua dari efisiensi tataniaga. Efisiensi harga berkaitan dengan kemampuan sistem pasar mengalokasikan sumberdaya secara
efisien dan mengkoordinasikan produksi dan seluruh proses tataniaga menurut arahan konsumen. Efisiensi harga dapat tercapai apabila masing-masing pihak
yang terlibat dengan pemasaran “puas” atau responsif terhadap harga yang berlaku dalam Asmarantaka 2002. Efisiensi harga dianalisis melalui ada
tidaknya keterpaduan pasar integrasi antara pasar acuan dengan pasar pengikutnya.
3.1.7. Margin Tataniaga
Margin adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli
terakhir Hanafiah dan Saefuddin 2006. Komponen margin tataniaga terdiri dari: 1 biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga tataniaga untuk melakukan
fungsi-fungsi tataniaga yang disebut biaya tataniaga atau biaya fungsional functional cost; dan 2 keuntungan profit lembaga tataniaga.
Dahl dan Hammond 1977 mengemukakan bahwa margin tataniaga merupakan perbedaan antara harga pada level yang berbeda dalam sistem
tataniaga. Margin tataniaga merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dan harga yang diterima petani Tomex dan Robinson 1990; Kohl
dan Uhl 2002; Hudson 2007. Margin tataniaga merupakan harga dari semua aktivitas penambahan kepuasan dan fungsi-fungsi yang dibentuk oleh perusahaan
dalam tataniaga makanan Kohl dan Uhl 2002. Harga tersebut termasuk pengeluaran dalam melakukan fungsi tataniaga dan juga keuntungan perusahaan.
Tomex dan Robinson 1990 memberikan dua altenatif definisi dari margin tataniaga yaitu: 1 perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan
harga yang diterima produsen petani; 2 harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai hasil dari permintaan dan penyediaan jasa tersebut. Definisi
23
Nilai Margin Tataniaga Pr-
Pf Qr,f
Biaya Tataniaga
pertama menjelaskan bahwa margin tataniaga secara sederhana adalah suatu perbedaan harga di tingkat konsumen Pr dengan harga yang diterima petani Pf.
Definisi kedua lebih bersifat ekonomi dan lebih tepat karena memberikan pengertian adanya nilai tambah dari kegiatan tataniaga. Dari pengertian-
pengertian yang telah disebutkan sebelumnya, dapat diketahui bahwa margin tataniaga merupakan M = Pr
– Pf atau margin tataniaga terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh oleh lembaga-lembaga
tataniaga. Margin tataniaga tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
{
Keterangan: Pr : Harga di tingkat pengecer
Pf : Harga di tingkat petani Sr : Penawaran di tingkat pengecer derived supply
Sf : Penawaran di tingkat petani primary supply Dr : Permintaan di tingkat pengecer derived demand
Df : Permintaan di tingkat petani primary demand Qr,f : Jumlah produk di tingkat petani dan pengecer
Gambar 2. Margin Tataniaga
Sumber: Dahl dan Hammond 1977
Permintaan di tingkat petani primary demand ditentukan oleh respon dari konsumen akhir. Perkiraan empiris dari fungsi permintaan di tingkat petani selalu
didasarkan pada harga di tingkat pedagang pengecer dan data jumlah produk. Permintaan di tingkat pengecer derived demand didasarkan pada hubungan
harga dan jumlah yang ada, baik pada titik dimana produk-produk meninggalkan pertanian atau titik menegah dimana produk-produk tersebut dibeli oleh pedagang
Qr,f Harga
Dr Df
Sr Sf
Jumlah
Pr Pf
Margin tataniaga Pr-Pf
24 besar atau pengolah. Penawaran di tingkat pengecer derived supply adalah
penawaran turunan dari penawaran di tingkat petani primary supply dengan menambahkan margin yang sesuai.
3.1.8. Farmer’s Share
Hudson 2007 mengemukakan bahwa secara sederhana farmer’s share
adalah rasio harga ditingkat petani atas harga di tingkat pengecer. Pendapatan yang diterima oleh petani
farmer’s share merupakan persentase perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir
Asmarantaka 2009. Secara sistematis
farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut.
Dimana: Fsi
: Persentase pendapatan yang diterima petani Pf
: Harga di tingkat atau yang diterima petani Pr
: Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir
Sumber: Asmarantaka 2009
Nilai farmer’s share yang rendah memperlihatkan harga yang rendah
diterima oleh petani sedangkan konsumen akhir membayar dengan harga yang tinggi. Nilai
farmer’s share berbanding terbalik dengan margin tataniaga yaitu jika
farmer’s share tinggi maka margin tataniaga rendah dan sebaliknya jika farmer’s share rendah maka margin tataniaga tinggi.
3.1.9. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya
Analisis rasio keuntungan terhadap biaya πc adalah persentase keuntungan tataniaga terhadap biaya tataniaga yang secara teknis operasional
untuk mengetahui efisiensinya Asmarantaka 2009. Penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran dapat diketahui melalui
rumusan berikut:
Rasio keuntungan terhadap biaya πc =
Keterangan: Keuntungan lembaga pemasaran ke-i = keuntungan lembaga tataniaga RpKg
Biaya pemasaran ke-i = Biaya lembaga tataniaga Rp
Keuntungan lembaga pemasaran ke-i Biaya Pemasaran ke-i
Fsi = Pf
Pr X 100
25
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Kelurahan Agung Lawangan merupakan sentra pengembangan kubis di Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagar Alam. Kubis tersebut dijual ke pasar lokal
Kota Pagar Alam dan luar kota Kota Prabumulih dan Kabupaten Lahat. Tataniaga kubis baik melalui pasar lokal maupun luar kota melibatkan lembaga-
lembaga tataniaga seperti pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang pengumpul pasar lokal, pedagang pengumpul pasar luar kota non-lokal dan
pedagang pengecer baik lokal maupun non-lokal. Lembaga-lembaga tataniaga tersebut masing-masing menjalankan fungsi-fungsi tataniaga yang berbeda-beda
dan mengeluarkan biaya tataniaga serta menginginkan keuntungan atas fungsi yang dijalankannya. Biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh
tersebut menggambarkan margin tataniaga. Margin tataniaga tertinggi yang terbentuk cukup besar mencapai Rp 4.500,00. Margin tataniaga tersebut
berbanding terbalik dengan farmer’s share, dimana farmer’s share yang diperoleh
hanya 10,00 persen. Artinya, petani hanya memperoleh 10,00 persen atas harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Harga rata-rata kubis yang diterima petani
dan konsumen akhir cenderung fluktuatif. Fluktuasi harga tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap pendapatan petani kubis.
Permasalahan lain yaitu posisi tawar menawar sering tidak seimbang dimana petani dikalahkan dengan kepentingan lembaga tataniaga lain yang lebih
dahulu mengetahui harga posisi tawar petani rendah dan petani merupakan pihak yang menerima harga price taker. Permasalahan-permasalahan tersebut
menuntut adanya analisis mengenai tataniaga kubis di Kelurahan Agung Lawangan, Kecamatan dempo Utara, Kota Pagar Alam.
Sistem tataniaga dan efisiensi tataniaga kubis dapat dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dapat dilakukan dengan menganalisis
lembaga tataniaga yang terlibat dan saluran tataniaga yang terbentuk, fungsi- fungsi tataniaga, struktur pasar, dan perilaku pasar. Secara kuantitatif dilakukan
dengan menghitung margin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan
terhadap biaya πc. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui efisiensi tataniaga kubis di Kelurahan Agung Lawangan, Kecamatan Dempo Utara, Kota
Pagar Alam sehingga dapat dirumuskan langkah-langkah perbaikan yang harus
26 dilakukan oleh petani sebagai produsen dan lembaga tataniaga yang terlibat untuk
meningkatkan efisiensi tataniaga. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional -
Margin tataniaga yang besar dan Farmer’s share yang rendah -
Fluktuasi harga kubis yang terjadi -
Posisi tawar petani rendah dan petani merupakan price taker
Tataniaga Kubis di Kelurahan Agung Lawangan, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagar Alam
Analisis Kuantitatif: -
Margin tataniaga -
Bagian harga yang diterima petani
farmer’s share -
Rasio keuntungan terhadap biaya
Analisis Kualitatif: -
Lembaga dan saluran tataniaga
- Fungsi-fungsi
tataniaga -
Struktur pasar -
Perilaku pasar
- Efisiensi tataniaga
- Alternatif saluran tataniaga yang efisien
Kelurahan Agung Lawangan, Kecamatan Dempo Utara ,Kota Pagar Alam sebagai sentra pengembangan kubis
27
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian