Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

73

6.8. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

Rasio keuntungan terhadap biaya juga dapat dijadikan indikator dalam menentukan efisiensi tataniaga. Rasio keuntungan terhadap biaya dihitung dengan menjumlahkan keuntungan yang diterima masing-masing lembaga tataniaga dalam saluran tataniaga dan dibagi dengan penjumlahan dari biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga tataniaga dalam menyalurkan kubis hingga ke konsumen akhir. Biaya tataniaga merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga- lembaga tataniaga dalam menyalurkan kubis hingga ke konsumen akhir, sedangkan keuntungan lembaga tataniaga merupakan selisih antara margin tataniaga yang diperoleh dengan biaya tataniaga yang dikeluarkan dalam menyalurkan kubis. Rasio keuntungan terhadap biaya pada suatu saluran tataniaga dapat dikatakan efisien apabila penyebaran nilai rasio keuntungan terhadap biaya merata pada masing-masing lembaga tataniaga. Artinya setiap satu satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga akan memberikan keuntungan yang tidak jauh berbeda dengan lembaga tataniaga lainnya yang terdapat pada saluran tersebut. Rasio keuntungan terhadap biaya yang diperoleh untuk setiap saluran tataniaga kubis dapat dilihat pada tabel 14. Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa total rasio keuntungan terhadap biaya yang paling besar diperoleh pada saluran I yaitu 3,44. Artinya setiap satu satuan rupiah yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga akan menghasilkan keuntungan sebesar 3,44 rupiah. Dilihat dari kondisi keseluruhan, saluran I memberikan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan keempat saluran lainnya. Pada saluran I total biaya tataniaga yang dikeluarkan yaitu Rp 225,00 per kilogram dan total keuntungan yaitu Rp 775,00 per kilogram. Biaya terbesar dikeluarkan oleh pedagang pengecer lokal sebesar Rp 120,00 per kilogram. Hal ini dikarenakan risiko atas kerusakan barang dan risiko tidak terjual karena banyaknya pedagang yang bermain di pasar pedagang pengecer lokal. Keuntungan terbesar pada saluran I diperoleh oleh pedagang pengumpul pasar lokal. Biaya terkecil dikeluarkan oleh pedagang pengumpul tingkat desa Rp 40,00 per kilogram. 74 Tabel 14. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pada Saluran Tataniaga Kubis di Kelurahan Agung Lawangan Lembaga Tataniaga Saluran Tataniaga Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Pedagang Pengumpul Tingkat Desa Ci 40,00 50,00 Πi 160,00 150,00 πici 4,00 3,00 Pedagang Pengumpul Pasar Lokal Ci 65,00 Πi 335,00 πici 5,15 Pedagang Pengumpul Pasar Luar Kota Non-lokal Ci 313,75 353,75 Πi 486,25 646,25 πici 1,55 1,83 Pedagang Pengecer Luar Kota Non- lokal Ci 180,00 180,00 Πi 820,00 820,00 πici 4,56 4,56 Pedagang Pengecer lokal Ci 120 247,62 Πi 280 652,38 πici 2,33 2,63 Total Ci 225,00 543,75 533,75 247,62 Πi 775,00 1.456,25 1.466,25 652,38 πici 3,44 2,68 2,74 2,63 Saluran yang selanjutnya juga memberikan keuntungan yang besar dalam tataniaga kubis yaitu saluran III sebesar 2,74, Artinya setiap satu satuan rupiah yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga akan menghasilkan keuntungan sebesar 2,74 rupiah. Biaya terbesar pada saluran III dikeluarkan oleh pedagang pengumpul pasar luar kota non-lokal sedangkan keuntungan terbesar diperoleh 75 pedagang pengecer luar kota non-lokal. Hal ini juga terjadi pada saluran II. Pada saluran IV nilai rasio keuntungan terhadap biaya merupakan nilai yang terkecil yaitu 2,63. Artinya setiap satu satuan rupiah yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga akan menghasilkan keuntungan sebesar 2,63 rupiah. Lembaga tataniaga yang terlibat di saluran ini hanya pedagang pengecer lokal.

6.9. Efisiensi Tataniaga