Saluran Tataniaga I Saluran Tataniaga

49 3. Adanya kerjasama yang terjalin cukup lama. Pedagang pengumpul tingkat desa maupun pedagang pengumpul luar kota merupakan pelanggan dari petani, sehingga muncul rasa saling mempercayai satu sama lain. 4. Pedagang pengumpul tingkat desa dapat menerima volume penjualan kubis dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan pedagang pengumpul pasar luar kota dan pedagang pengumpul pasar luar kota dapat menerima dalam volume yang relatif banyak. Kondisi saluran tataniaga kubis yang terbentuk di Kelurahan Agung Lawangan berbeda dengan kondisi saluran tataniaga kubis di Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat berdasarkan penelitian Mulyani 2000 dan di Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil penelitian Agustina 2008. Pada penelitian Mulyani 2000 dan Agustina 2008 terdapat hanya tiga saluran tataniaga. Petani di Desa Argalingga lebih banyak menjual kubisnya ke bandar desa, sedangkan petani di Desa Cimenyan lebih memilih grosir sebagai pe nyalur kubisnya sehingga penjulan melalui grosir merupakan volume terbanyak.

6.2.1. Saluran Tataniaga I

Tataniaga kubis pada saluran I dimulai dari petani yang menjual komoditinya kepada pedagang pengumpul tingkat desa, selanjutnya disalurkan ke pedagang pengumpul pasar lokal, kemudian ke pedagang pengecer lokal hingga sampai di konsumen akhir lokal. Jumlah kubis yang dijual petani melalui pedagang pengumpul tingkat desa yaitu 38,86 persen 121,4 ton. Jumlah tersebut kemudian disalurkan melalui pedagang pengumpul pasar lokal sebanyak 117,4 ton atau sekitar 96,7 persen dari total kubis yang disalurkan melalui pedagang pengumpul tingkat desa. Selanjutnya pedagang pengumpul pasar lokal 100 persen menjualnya ke pedagang pengecer lokal. Pedagang pengecer lokal menjual kubis yang dibelinya langsung ke konsumen akhir lokal. Saluran tataniaga I merupakan saluran yang paling banyak dilalui petani karena petani dapat menjual kubis yang dipanennya dalam jumlah sedikit maupun banyak. Selain itu, penjualan ke pedagang pengumpul tingkat desa dapat dilakukan setiap hari. 50 Pedagang pengumpul tingkat desa membeli kubis dari petani yang sedang panen ditempat petani. Dalam hal ini, petani tidak menjual kubisnya ke tempat pedagang melainkan pedagang pengumpul tingkat desa yang mendatangi lahan panen kubis tersebut walaupun tidak secara langsung. Petani dan pedagang pengumpul tingkat desa melakukan transaksi melalui telepon untuk menentukan jumlah yang dijual petani dan jumlah yang dapat diterima pedagang pengumpul tingkat desa. Selain melalui telepon, petani dan pedagang pengumpul tingkat desa dapat melakukan transaksi melalui bantuan dari tukang ojek khusus sayuran yang berada di Kelurahan Agung Lawangan, yaitu petani memberikan informasi kepada tukang ojek sayuran bahwa akan melakukan panen kubis, kemudian tukang ojek sayuran menyampaikannya kepada pedagang pengumpul tingkat desa. Selanjutnya pedagang pengumpul tingkat desa memberitahukan jumlah yang akan dibelinya dari petani kepada tukang ojek sayuran tersebut dan menyiapkan karung sebagai wadah untuk membawa kubis dari lahan petani ke tempatnya. Karung yang disediakan pedagang pengumpul tersebut rata-rata dapat menampung 50 kilogram kubis dengan harga beli karung rata-rata Rp 2.000,00. Biaya pengiriman kubis dari petani ke pedagang pengumpul tingkat desa ditanggung oleh petani. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pengiriman tersebut Rp 4.614,52 per satu kali angkut dengan kapasitas angkut 200 kilogram. Selain itu petani juga menanggung upah untuk tenaga kerja yang melakukan pengangkutan kubis dari lahan menuju jalan yang dapat dilalui angkutan ojek sayuran yaitu Rp 500,00 per karung dan biaya tali sebagai pengikat pada karung yang telah diisi kubis Rp 12.500,00. Tali yang digunakan cukup untuk mengikat 100 karung kubis 5000 kilogram. Harga rata-rata kubis yang diterima petani dari penjualannya melalui pedagang pengumpul tingkat desa yaitu Rp 1.000,00 per kilogram. Selanjutnya kubis yang diterima pedagang pengumpul tingkat desa ditimbang dengan biaya penimbangan untuk tenaga kerja yang melakukan penimbangan sebesar Rp 500,00 per karung. Kubis selanjutnya dijual ke pedagang pengumpul pasar lokal dengan harga rata-rata Rp 1.200,00 per kilogram. Pedagang pengumpul pasar lokal melakukan pembelian di tempat pedagang pengumpul tingkat desa. Umumnya pedagang pengumpul tingkat desa 51 dan pedagang pengumpul pasar lokal telah memiliki hubungan dagang. Hubungan dagang tersebut terbentuk karena umur pedagang pengumpul dan tingkat pengalaman. Pedagang pengumpul tingkat desa dan pedagang pengumpul pasar lokal berumur antara 32 hingga 50 tahun dan pengalaman berdagang yang dimiliki keduanya rata-rata lebih dari lima tahun sehingga terjalin hubungan dagang cukup lama atau dikenal dengan istilah “langganan”. Kubis yang berada di tempat pedagang pengumpul tingkat desa diangkut ke mobil pick up yang digunakan pedagang pengumpul pasar lokal. Biaya untuk tenaga kerja yang mengangkut kubis tersebut ditanggung oleh pedagang pengumpul pasar lokal, yaitu Rp 500,00 per karung. Selanjutnya kubis diangkut menuju tempat pedagang pengumpul pasar lokal yang berada di pasar terminal Kota Pagar Alam diluar Kelurahan Agung Lawangan. Biaya pengangkutan Kubis untuk sekali pengangkutan yaitu Rp 50.000,00 dengan kapasitas mobil 2000 kilogram. Kubis yang sampai di tempat pedagang pengumpul pasar lokal kemudian diturunkan dari mobil pick up oleh tenaga kerja. Biaya yang dikeluarkan untuk menurunkan kubis tersebut yaitu Rp 500,00 per karung. Pedagang pengumpul pasar lokal menanggung biaya penyusutan sebesar Rp 1.000,00 per karung. Kubis kemudian dijual ke pedagang pengecer lokal dengan harga rata-rata Rp 1.600,00 per kilogram. Umumnya pedagang pengecer membeli kubis dalam jumlah yang sedikit yaitu 200 kilogram. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer yaitu biaya kantong plastik, upah tenaga kerja angkut, biaya penyusutan, dan retribusi pasar. Biaya kantong plastik yaitu Rp 2.000,00 per pack dan upah tenaga kerja pengangkut Rp 500,00 per karung. Biaya penyusutan yang ditanggung pedagang pengecer Rp 3.000, 00 per karung. Biaya retribusi total yang dikeluarkan Rp 2.000,00 per hari. Pedagang pengecer lokal kemudian menjualnya ke konsumen akhir lokal dengan harga rata-rata Rp 2.000 per kilogram. Konsumen akhir lokal yaitu ibu rumah tangga.

6.2.2. Saluran Tataniaga II