Jenis dan Keadaan Kubis di Kelurahan Agung Lawangan Sumber Informasi

63 pedagang pengecer luar kota non-lokal membeli kubis dari pedagang pengumpul pasar luar kota non-lokal. Pedagang pengecer memiliki kemudahan dalam mendapatkan kubis. Pedagang pengecer biasanya membeli kubis dalam jumlah yang sedikit sehingga modal yang dikeluarkanpun lebih kecil. Selain itu, pedagang pengecer tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar seperti halnya pedagang pengumpul pasar luar kota non-lokal karena hanya mengeluarkan biaya retribusi, upah tenaga kerja untuk mengangkut barang, dan pembelian kantong plastik. Hal ini menunjukan bahwa pasar untuk pedagang pengecer lebih mudah untuk dimasuki. Namun pedagang pengecer memiliki posisi tawar yang lemah terhadap konsumen akhir karena jumlahnya yang banyak, konsumen akhir dapat melakukan banyak pilihan dalam menentukan pedagang pengecer yang menjadi tujuannya dalam membeli kubis. Selain itu, konsumen akhir juga memiliki banyak pilihan dalam membeli jenis sayuran sehingga kubis terkadang bukan pilihan yang utama.

6.4.2. Jenis dan Keadaan Kubis di Kelurahan Agung Lawangan

Kubis yang banyak dibudidayakan petani yaitu jenis grand 11. Jenis tersebut sangat cocok ditanam di Kelurahan Agung Lawangan yang merupakan daerah dataran tinggi. Kubis jenis ini memiliki ciri kepala berbentuk bulat pipih, sangat padat, berwarna hijau tua. Selain itu kubis jenis ini juga tidak mudah pecah sehingga dapat dijual ke luar daerah yang jaraknya jauh . Kubis dapat dikonsumsi dalam bentuk segar seperti lalapan, asinan, capcay, dan lain sebagainya. Kubis dibudidayakan petani secara monokultur, polikultur, dan tumpang sari. Kubis yang dijual petani tidak dibedakan berdasarkan ukuran besar kecil, warna, dan bobot per buahnya. Dalam hal ini petani tidak melalukan sortasi dan grading. Ukuran, warna dan bobot per buah kubis hampir sama dan hanya beberapa persen yang berbeda. Selain itu, harga jual kubis tidak dibedakan berdasarkan ukuran besar kecil melainkan dihitung harga per kilogramnya. Kubis yang disalurkan dari petani hingga ke konsumen akhir dijual dalam bentuk segar tanpa pengolahan.

6.4.3. Sumber Informasi

Sumber informasi yang sampai ke petani kubis di Kelurahan Agung Lawangan mengenai perkembangan harga diperoleh dari sesama petani, pedagang 64 pengumpul tingkat desa, dan pedagang pengumpul pasar luar kota non-lokal. Pedagang pengumpul tingkat desa memperoleh informasi mengenai perkembangan harga dari pedagang pengumpul pasar luar kota non-lokal dan pedagang pengumpul pasar lokal. Pedagang pengumpul pasar lokal dan pedagang pengumpul pasar luar kota non-lokal memperoleh informasi dari sesama pedagang dan dari pedagang pengumpul pasar luar kota yang tergabung dalam Sub Terminal Agribisnis STA Kota Pagar Alam. Pedagang pengumpul pasar luar kota non-lokal memperoleh informasi mengenai perkembangan harga jual dari sesama pedagang dan dari pedagang pengecer luar kota non-lokal. Pedagang pengecer lokal memperoleh informasi mengenai perkembangan harga dari pedagang pengumpul pasar lokal. Informasi mengenai perkembangan harga kubis dapat dengan cepat diterima oleh masing-masing lembaga tataniaga tersebut. Namun harga kubis yang sangat fluktuatif membuat petani tidak dapat meramalkan waktu penanaman yang tepat agar pada saat dipanen harga kubis lebih tinggi sehingga petani dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dijelaskan bahwa struktur pasar yang dihadapi petani kubis sebagai penjual di Kelurahan Agung Lawangan mengarah pada pasar persaingan sempurna. Kondisi ini berbeda dengan yang dihadapi petani di Desa Cimenyan, bahwa petani menghadapi pasar oligopsoni. Penentuan struktur pasar petani sebagai pasar persaingan sempurna didasarkan pada pertimbangan berikut. 1. Banyaknya jumlah petani yang terlibat dalam kegiatan tataniaga kubis dan jumlah pembeli yaitu pedagang pengumpul tingkat desapun relatif banyak. 2. Petani bertindak sebagai price taker, karena hanya menerima harga jual yang telah ditentukan. 3. Petani dapat bebas keluar masuk pasar. Petani dapat menentukan jenis sayuran yang akan ditanamnya. 4. Komoditi yang dihasilkan petani bersifat homogen. Kubis yang dijual petani tidak mengalami proses standardisasi dan grading. 65 5. Petani mendapatkan informasi mengenai perkembangan harga dari berbagai sumber dan tidak memerlukan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut. Struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang pengumpul tingkat desa sebagai mengarah ke pasar oligopoli murni. Hal ini didasarkan pada pertimbangan berikut. 1. Jumlah penjual dan pembeli yang terlibat dalam tataniaga kubis pada tingkat pedagang pengumpul tingkat desa lebih sedikit dibandingkan jumlah petani dan jumlah pedagang perantara yang melakukan pembelian ke pedagang pengumpul tingkat desa. 2. Terdapat hambatan bagi pedagang lain untuk memasuki pasar pedagang pengumpul desa. Pedagang pengumpul desa telah memiliki keterikatan dengan petani dan pedagang pengumpul pasar lokal. Pedagang pengumpul desa telah memiliki petani dan pedagang pengumpul lainnya pedagang pengumpul pasar lokal dan pedagang pengumpul pasar luar kota non- lokal sebagai langganan. 3. Komoditi yang dijual bersifat homogen karena tidak mengalami proses standardisasi dan grading. 4. Informasi mengenai harga diperoleh dari sesama pedagang, pedagang pengumpul pasar lokal dan pedagang pengumpul pasar luar kota non- lokal Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul pasar lokal juga mengarah ke pasar oligopoli murni. Hal ini didasarkan pada pertimbangan berikut. 1. Jumlah pedagang pengumpul pasar lokal lebih sedikit dibandingkan jumlah pedagang pengumpul tingkat desa dan pedagang pengecer lokal 2. Terdapat hambatan bagi pedagang lain untuk memasuki pasar pedagang pengumpul lokal. Pedagang pengumpul lokal memiliki keterikatan dengan pedagang pengumpul tingkat desa. Pedagang pengumpul lokal memerlukan modal yang cukup besar untuk menjalankan aktivitasnya. 3. Komoditi yang dijual bersifat homogen karena tidak mengalami proses standardisasi dan grading. 66 4. Informasi mengenai harga diperoleh dari sesama pedagang dan dari pedagang pengumpul luar kota yang tergabung dalam Sub Terminal Agribisnis STA Kota Pagar Alam. Pedagang pengumpul lokal masih dapat mempengaruhi harga, karena pedagang ini mampu memprediksikan harga berdasarkan jumlah pasokan setiap periode dengan banyaknya permintaan dari pengecer. Struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang pengumpul luar kota non-lokal mengarah ke pasar oligopoli murni. Hal ini didasarkan pada pertimbangan berikut. 1. Jumlah pedagang pengumpul pasar luar kota lebih sedikit dibandingkan jumlah petani, pedagang pengumpul tingkat desa, dan pedagang pengecer luar kota non-lokal 2. Terdapat hambatan bagi pedagang lain untuk memasuki pasar pedagang pengumpul luar kota non-lokal. Pedagang pengumpul luar kota non- lokal memiliki keterikatan yang erat dengan petani dan pedagang pengumpul tingkat desa. Jumlah pedagang pengumpul luar kota non- lokal sedikit dibandingkan dengan jumlah pedagang pengumpul tingkat desa. Pedagang pengumpul luar kota non-lokal memerlukan modal yang besar untuk menjalankan aktivitasnya. Dalam prakteknya pedagang pengumpul luar kota non-lokal masih dapat mempengaruhi harga, karena pedagang ini mampu memprediksikan harga berdasarkan jumlah pasokan setiap periode dengan banyaknya permintaan dari pengecer luar kota non- lokal. 3. Komoditi yang dijual bersifat homogen karena tidak mengalami proses standardisasi dan grading. 4. Pedagang pengumpul luar kota non-lokal memperoleh informasi mengenai perkembangan harga jual dari sesama pedagang dan dari pedagang pengecer luar kota non-lokal. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer lokal dan pedagang pengecer luar kota non-lokal mengarah ke pasar persaingan sempurna Hal ini didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut. 1. Jumlah pedagang pengecer lebih banyak dibandingkan jumlah pedagang pengumpul baik pengumpul tingkat desa, pasar lokal, maupun luar kota 67 non-lokal. Jumlah pedagang yang banyak tersebut menyebabkan adanya persaingan dalam mendapatkan konsumen 2. Tidak adanya hambatan bagi pedagang lain untuk memasuki pasar pedagang pengecer. 3. Komoditi yang dijual bersifat homogen karena tidak mengalami proses standardisasi dan grading. 4. Pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi harga. 5. Informasi mengenai harga diperoleh dari pedagang pengumpul pasar lokal.

6.5. Perilaku Pasar