67 non-lokal. Jumlah pedagang yang banyak tersebut menyebabkan adanya
persaingan dalam mendapatkan konsumen 2.
Tidak adanya hambatan bagi pedagang lain untuk memasuki pasar pedagang pengecer.
3. Komoditi yang dijual bersifat homogen karena tidak mengalami proses
standardisasi dan grading. 4.
Pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi harga. 5.
Informasi mengenai harga diperoleh dari pedagang pengumpul pasar lokal.
6.5. Perilaku Pasar
Perilaku pasar dapat diketahui dari praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan harga, sistem pembayaran, dan kerjasama diantara lembaga
tataniaga. Berikut diuraikan perilaku pasar pada tataniaga kubis di Kelurahan Agung Lawangan.
6.5.1. Praktek Penjualan dan Pembelian
Tataniaga kubis melibatkan beberapa lembaga yang melakukan praktek penjualan dan pembelian. Petani sebagai produsen kubis hanya melakukan
kegiatan penjualan ke lembaga tataniaga lainnya seperti pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang pengumpul pasar luar kota non-lokal, dan pedagang
pengecer lokal. Selain itu petani juga melakukan penjualan langsung ke konsumen akhir. Konsumen akhir hanya melakukan praktek pembelian baik
langsung dari petani yang menjual kubisnya ke pasar maupun melalui pedagang pengecer.
Lembaga tataniaga yang melakukan pembelian ke petani yaitu pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang pengumpul pasar luar kota non-lokal, dan
pedagang pengecer lokal. Pedagang pengumpul tingkat desa kemudian menjual kubis tersebut ke pedagang pengumpul pasar lokal dan beberapa ke pedagang
pengumpul pasar luar kota non-lokal. Pedagang pengumpul pasar lokal hanya melakukan pembelian kubis ke pedagang pengumpul tingkat desa dan kemudian
menjualnya ke pedagang pengecer lokal. Pedagang pengumpul pasar luar kota non-lokal melakukan pembelian kubis ke petani dan pedagang pengumpul
tingkat desa. Kemudian menjualnya ke luar kota yaitu ke pedagang pengecer luar
68 kota non lokal. Pedagang pengecer lokal melakukan pembelian kubis ke
petani dan pedagang pengumpul pasar lokal, kemudian menjualnya ke konsumen akhir.
6.5.2. Sistem Penentuan Harga
Harga kubis yang diterima petani ditentukan oleh pedagang. Harga tersebut terbentuk dari hasil penyesuaian terhadap harga yang berlaku dipasar.
Harga kubis sangat fluktuatif sehingga lembaga tataniaga seperti pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang pengumpul pasar lokal, pedagang pengumpul
pasar luar kota non-lokal, dan pedagang pengecer menentukan suatu rentang harga dalam melakukan penjualan kubis agar dapat memperoleh keuntungan.
Artinya, masing-masing pedagang tersebut dapat menjual kubisnya mulai dari harga terendah yang mereka tetapkan hingga harga tertinggi yang mampu
ditawarkan dalam mekanisme tawar-menawar. Namun sebenarnya pedagang telah memiliki acuan atau patokan sendiri dalam menentukan harga. Berbeda
halnya dengan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga kubis di Kelurahan Agung Lawangan, lembaga-lembaga tataniaga kubis di Desa
Argalingga, Majalengka dan Desa Cimenyan Kabupaten Bandung dalam sistem penentuan harga dilakukan secara tawar menawar.
6.5.3. Sistem Pembayaran