21 digunakan adalah pendapatan kotor usahatani. Pendapatan kotor mencakup
semua produk yang dijual ke pasar, digunakan sebagai konsumsi rumah tangga petani, digunakan usahatani untuk pakan ternak maupun sebagai bibit pada masa
tanam selanjutnya, digunakan sebagai alat pembayaran, maupun sebagai inventori yang disimpan di gudang. Soekartawi et al. 1986.
Konsep lain yang dapat dijadikan alat ukur pendapatan petani adalah pendapatan tunai petani farm net cash receipt. Pengukuran ini dilakukan dengan
nilai bersih dari pengurangan antara penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai. Sama halnya seperti pada biaya tunai, pada penerimaan tunai, penerimaan yang
berasal dari pinjaman tidak termasuk kedalam penerimaan tunai Soekartawi et al. 1986.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia mengakibatkan kebutuhan akan pangan semakin meningkat. Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah
penduduk terbesar di dunia. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki permintaan pangan yang besar. Beras adalah makanan pokok yang sangat penting
bagi sebagian besar penduduk indonesia sehingga diperlukan peningkatan produksi untuk mengimbangi peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan
produksi dapat dilakukan dengan meningkatkan areal tanam ataupun meningkatkan produktivitas. Keterbatasan lahan mengakibatkan pilihan
peningkatan produktivitas menjadi lebih mungkin diusahakan. Salah satu cara meningkatkan produktivitas adalah dengan meningkatkan efisiensi.
Kabupaten Indramayu adalah salah satu sentra penghasil beras Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas areal tanam yang luas namun produktivitas yang
dihasilkan masih dibawah rataan produktivitas nasional. Hal ini menjadi latar belakang dilakukannya analisis efisiensi dari petani padi sawah di daerah sentra
beras Kabupaten Indramayu, yaitu Desa Kertawinangun. Faktor produksi yang digunakan dalam usahatani padi sawah di daerah tersebut adalah lahan, tenaga
kerja, modal, dan manajemen. Lahan yang digunakan dapat berupa lahan sewa dan lahan milik sendiri. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja mesin
22 pada saat pengolahan tanah berupa traktor dan pekerjaan usahatani lain dikerjakan
oleh tenaga kerja manusia. Modal yang digunakan berupa benih, pupuk, insektisida, pestisida, saprodi, gudang, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor
produksi manajemen adalah faktor produksi yang lebih bersifat kualitatif. Berdasarkan faktor produksi yang dapat dikuantitatifkan dan keluaran
output yang dihasilkan dari usahatani, penelitian ini menganalisis nilai efisiensi relatif dari setiap usahatani yang dijadikan decision making unit dengan
menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis DEA. Dengan menggunakan DEA berdasarkan efisiensi relatif dari model DMU yang ada, maka
dapat diketahui nilai efisiensi teknis dari setiap usahatani. Pendapatan adalah salah satu faktor yang penting untuk diketahui.
Seseorang dapat menjadi tertarik untuk mengusahakan suatu usaha apabila usaha tersebut mampu memberikan hasil yang positif. Karena itu, diperlukan suatu
analisis pendapatan untuk mengetahui besarnya pendapatan rata-rata yang diperoleh dari usahatani padi sawah di Desa Kertawinangun. Analisis pendapatan
yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa pendekatan. Pendekatan yang digunakan dalam analisis pendapatan pada penelitian ini adalah
analisis pendapatan tunai rata-rata di Desa Kertawinangun, rasio RC total, dan analisis pendapatan perhektar bersih.
Analisis pendapatan tunai perhektar untuk rata-rata seluruh decision making unit di Desa Kertawinangun yang selanjutnya disebut dengan pendapatan
tunai perhektar Desa Kertawinangun menjadi indikator pertama pada analisis pendapatan. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya
kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Faktor yang menjadi pertimbangan digunakannya pendekatan ini adalah analisis uang tunai meskipun
tidak menggunakan biaya diperhitungkan, namun menurut penulis cukup untuk menggambarkan pendapatan petani di daerah pengamatan. Selain itu, pada
umumnya petani menganggap pendapatan yang mereka peroleh sebesar pendapatan tunai yang mereka peroleh. Hampir sebagian besar petani decision
making unit tidak menganggap pendapatan mereka sebesar pendapatan yang telah dikurangi dengan biaya diperhitungkan. Karena itu, digunakan analisis
23 pendapatan tunai untuk mengetahui pendapatan perhektar rata-rata decision
making unit di Desa Kertawinangun. Analisis pendapatan tunai perhektar dilakukan pada pengamatan seluruh
varietas dan pada masing-masing varietas. Analisis pendapatan tunai perhektar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besaran pendapatan tunai perhektar
yang diusahakan di desa pengamatan, tanpa memperhitungkan varietas. Hal ini dapat berguna bagi pembaca yang ingin mengetahui secara umum besaran
pendapatan tunai perhektar decision making unit di Desa Kertawinangun. Selain itu, dapat menjadi referensi bagi investor yang ingin mengusahakan padi sawah di
daerah tersebut. Analisis pendapatan tunai rata-rata pervarietas dilakukan dengan
menghitung pendapatan tunai rata-rata perhektar pada decision making unit dengan varietas Ciherang, Denok, dan Mekongga. Meskipun sebenarnya terdapat
varietas SMC dan Kintani 1 yang diusahakan di Desa Kertawinangun, namun kedua varietas tersebut hanya digunakan oleh satu decision making unit sehingga
tidak dapat dihitun rataannya. Analisis pendapatan tunai perhektar untuk setiap varietas dilakukan dengan tujuan memberikan gambaran lebih rinci mengenai
pendapatan yang diperoleh usahatani di daerah pengamatan. Analisis ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah ada varietas yang lebih menonjol
dibandingkan dengan varietas lain, baik dari segi penerimaan, biaya, maupun pendapatan tunai yang dihasilkan.
Analisis pendapatan kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio RC. Rasio RC adalah salah satu analisis yang sering digunakan
sebagai indikator capaian efisiensi dari suatu usaha. Hal yang membedakan indikator efsiensi pada data envelopment analysis dan rasio RC adalah data
envelopment analysis menekankan pada kombinasi masukan input yang digunakan dan keluaran output yang dihasilkan, sedangkan pada rasio RC,
harga dari masukan input dan keluaran output juga mempengaruhi hasilnya. Penelitian ini menggunakan rasio RC total. Artinya, rasio RC yang ada pada
penelitian ini menunjukan besarnya rasio antara pendapatan total dengan biaya total. Nilai dari rasio RC yang diperoleh masing-masing decision making unit
24 pada penelitian ini kemudian akan dibandingkan dengan nilai efisiensi teknis yang
dicapai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan dua alat ukur efisiensi, maka terdapat hubungan yang berbanding lurus. Selain itu,
dapat terlihat apakah decision making unit yang mampu mencapai efisiensi teknis berdasarkan data envelopment analysis juga merupakan decision making unit
yang mencapai rasio RC yang besar. Analisis pendapatan ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis pendapatan bersih perhektar. Analisis ini dilakukan pada setiap decision making unit. Hasil dari analisis ini kemudian dibandingkan dengan nilai efisiensi
teknis yang diperoleh, sehingga dapat terlihat hubungan antara nilai efisiensi dengan pendapatan perhektar yang diperoleh decision making unit. Alasan
penulis menggunakan analisis pendapatan bersih perhektar tidak seperti analisis pendapatan perhektar rata-rata yang menggunakan analisis pendapatan tunai
adalah karena tujuan dari analisis ini mengetahui hubungan antara efisiensi dan pendapatan. Apabila penulis menggunakan analisis pendapatan tunai, terdapat
kemungkinan decision making unit yang mengusahakan usahataninya menggunakan lahan pribadi akan mencapai pendapatan perhektar yang lebih
tinggi mengingat biaya sewa lahan menjadi biaya tunai terbesar yang dikeluarkan decision making unit di daerah pengamatan. Karena itu, agar hasil perbandingan
yang dilakukan lebih objektif, penulis menggunakan pendapatan bersih pehektar pada analisis ini. Berdasarkan uraian diatas, alur kerangka pemikiran konseptual
dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.
25 Gambar 1.
Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Padi Sawah
di Desa Kertawinangun Tahun 20111 Peningkatan kebutuhan pangan pokok
Peningkatan permintaan padi
Analisis Pendapatan dan Rasio RC
Saran perbaikan efisiensi usahatani Peningkatan jumlah penduduk
Diperlukan peningkatan produksi padi
Efisiensi Pendekatan data envelopment analysis di Desa Kertawinangun
Usahatani efisien
Usahatani tidak efisien Perbedaan
Karakteristik Varietas
Ciherang Denok
Mekongga Seluruh Varietas
26
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian