Analisis Efisiensi Teknis Varietas Ciherang

61 antara nominal harga dengan kuantitas pestisida. Penelitian Dhungana et al. 2004 dan Krasachat 2004 menggunakan variabel harga dari pestisida yang digunakan usaatani sebagai salah satu variabel masukan input.

6.1.2. Analisis Efisiensi Teknis Varietas Ciherang

Analisis efisiensi teknis padi sawah varietas Ciherang dilakukan pada 16 decision making unit. Data yang diolah terdapat pada lampiran 1. Data pada lampiran 1 yang digunakan hanya data hasil panen sebagai keluaran output Y, dan variabel masukan input yang digunakan adalah pupuk X1, bibit X2, tenaga kerja luar keluarga X3, tenaga kerja dalam keluarga X4, tenaga kerja mesin X5 dan luasan lahan X6 pada decision making unit yang menggunakan varietas Ciherang. Data lain yang terdapat pada lampiran 1 digunakan dalam memberikan penjelasan hasil keluaran dari nilai efisiensi teknis usahataninya. Penilaian terhadap efisiensi teknis berdasarkan varietas dilakukan berdasarkan asumsi setiap varietas memiliki karakteristik tersendiri, seperti kebutuhan masukan input yang diberikan, kerentanan terhadap hama dan penyakit, produktivitas, dan lain sebagainya. Penilaian efisiensi pervarietas dilakukan dengan tujuan mendapatkan keterangan nilai efisiensi teknis dari decision making unit yang menggunakan variabel-variabel yang semakin terstandardisasi. Penilaian ini juga dilakukan untuk menguji hipotesis terdapat kemungkinan ada decision making unit yang tidak mencapai efisiensi teknis ketika dibandingkan seluruh varietas namun masih mencapai efisiensi teknis ketika dibandingkan dengan decision making unit lain dengan varietas yang sama. Hasil olahan efisiensi teknis usahatani padi sawah varietas Ciherang terdapat pada gambar 3. Berdasarkan hasil olahan software DEAP 2.1, diperoleh 7 dari 16 decision making unit mencapai efisiensi teknis varietas Ciherang. Meskipun tidak ada decision making unit yang mencapai efisiensi pada perbandingan seluruh varietas, terlihat bahwa apabila dibandingkan antarvarietas Ciherang, rataan efisiensi yang dicapai justru lebih besar dari rataan perbandingan efisiensi seluruh varietas. Nilai rataan dari efisiensi teknis varietas Ciherang adalah 0,877, dengan capaian efisiensi terendah 0,6. Berdasarkan karakteristik decision making unit, 62 tidak terlihat terdapat suatu pola tertentu pada decision making unit yang mencapai efisiensi teknis perbandingan varietas Ciherang. Dilihat baik dari karakteristik usia, pengalaman bertani, pendidikan, maupun status kepemilikan lahan, decision making unit yang mencapai efisiensi teknis pada varietas ini tersebar, mulai dari yang berusia muda dengan pengalaman bertani sepuluh tahun hingga decision making unit yang menghabiskan setengah dari hidupnya untuk bertani. Berdasarkan tingkat pendidikan, tidak ada pola decision making unit yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan memiliki efisiensi teknis yang lebih tinggi. Gambar 3. Efisiensi Teknis Usahatani Padi Sawah Varietas Ciherang Desa Kertawinangun, Kabupaten Indramayu Tahun 2011 Terdapat hipotesis nilai efisiensi teknis yang dicapai decision making unit juga dipengaruhi oleh karakteristik petani. Karena itu, pembahasan selanjutnya mencoba memaparkan mengenai nilai efisiensi dan karakteristik decision making unit. Karakteristik decision making unit yang mencapai efisiensi teknis pada perbandingan varietas Ciherang dapat dilihat pada tabel 11. Berdasarkan tabel 1, decision making unit pertama yang mencapai efisiensi teknis pada perbandingan varietas Ciherang berusia diatas 40 tahun dengan 63 pengalaman bertani lebih dari 20 tahun. Efisiensi teknis mampu dicapai decision making unit ini meskipun tidak menempuh pendidikan formal. Diduga decision making unit ini dapat mencapai efisiensi teknis pada perbandingan varietas Ciherang karena produktivitas decision making unit ini diatas rata-rata produktivitas varietas Ciherang. Selain itu, dilihat dari penggunaan masukan input, decision making unit ini menggunakan variabel pupuk, tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga, dan tenaga kerja mesin dibawah rataan penggunaan masukan input seluruh decision making unit yang membudidayakan varietas Ciherang. Hanya variabel masukan input bibit yang digunakan decision making unit ini yang penggunaannya diatas rataan penggunaan masukan input dalam varietas Ciherang. Tabel 11. Karakteristik Decision Making Unit yang Mencapai Efisiensi Teknis Perbandingan Varietas Ciherang di Desa Kertawinangun Tahun 2011 No DMU Jenis Kelamin Usia Tahun Pengalaman Bertani Tahun Lama Pendidikan Formal Tahun Efisiensi Seluruh Varietas 1 2 1 45 20 0,74 2 34 1 85 70 0,981 3 37 40 20 3 0,695 4 46 50 5 16 0,941 5 54 1 32 4 14 0,764 6 73 1 28 10 6 0,972 7 74 1 55 42 0,773 Keterangan: 1= Laki-laki; 0= Perempuan Meskipun berusia diatas 80 tahun dengan pengalaman bertani lebih dari 50 tahun, decision making unit kedua dapat mencapai efisiensi teknis. Seperti decision making unit pertama, decision making unit ini tidak menempuh pendidikan formal. Produktivitas dari hasil decision making unit ini diatas rata- rata dibandingkan dengan decision making unit lain yang membudidayakan varietas Ciherang. Hal ini dapat menjadi faktor yang mengakibatkan decision 64 making unit ini mencapai efisiensi teknis pada varietas Ciherang. Dilihat dari penggunaan masukan input, decision making unit ini menggunakan tenaga kerja baik dalam keluarga maupun luar keluarga lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata decision making unit varietas Ciherang. tidak turun langsung untuk mengerjakan berbagai pekerjaan yang biasanya juga dikerjakan oleh penggarap lahan menyebabkan decision making unit ini menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yang lebih sedikit dibandingkan dengan decision making unit lain. Hal ini disebabkan usia decision making unit yang diatas 80 tahun sehingga decision making unit lebih mempercayakan kegiatan usahataninya untuk dilakukan oleh tenaga kerja luar keluarga. Berdasarkan penggunaan tenaga kerja luar keluarga, decision making unit ini menggunakan tenaga kerja luar keluarga dibawah rata- rata varietas Ciherang disebabkan beberapa hal, diantaranya decision making unit ini menggunakan herbisida sehingga decision making unit ini tidak melakukan kegiatan pengendalian gulma secara manual. Meskipun menggunakan tenaga kerja lebih sedikit, diduga usahatani decision making unit ini memiliki produktivitas yang tinggi dikarenakan tingginya intensitas pemberian pestisida sehingga tetap menjaga tanamannya dari serangan hama dan penyakit. Berdasarkan tabel 1, decision making unit ketiga yang mencapai efisiensi teknis perbandingan varietas Ciherang berusia 40 tahun, dengan pengalaman bertani 20 tahun. Dilihat dari produktivitas, decision making unit ini produktivitasnya berada dibawah rata-rata decision making unit yang membudidayakan varietas Ciherang. Diduga decision making unit ini mampu mencapai efisiensi teknis perbandingan varietas dikarenakan penggunaan tenaga kerja baik dalam keluarga maupun luar keluarga yang rendah. Pengaplikasian pestisida dari decision making unit ini lebih rendah dibandingkan dengan decision making unit kedua. Rendahnya penggunaan tenaga kerja dan pemberian pestisida diduga mengakibatkan produktivitas dari usahataninya dibawah rata-rata. Pembudidaya yang berusia 50 tahun dengan pengalaman bertani selama lima tahun menjadi decision making unit keempat yang mencapai efisiensi teknis. Bagi decision making unit ini bertani bukanlah pekerjaan utama, dan pekerjaan bertani baru dijalankan setelah menikah dengan seorang petani. Karena itu 65 decision making unit ini hanya memiliki pengalaman bertani selama lima tahun. pekerjaan lain yang dimiliki decision making unit ini menyebabkan decision making unit tidak turun langsung untuk menjalankan usahataninya. Hal yang dilakukan decision making unit ini sebagai petani penggarap hanyalah mengatur buruh tani untuk mengolah lahan garapannya. Produktivitas dari usahatani decision making unit keempat yang mencapai efisiensi teknis berada dibawah produktivitas rata-rata varietas Ciherang. Meskipun begitu, decision making unit ini menggunakan bibit, pupuk, dan tenaga kerja dalam keluarga yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata decision making unit varietas Ciherang. Berdasarkan hasil wawancara, decision making unit ini memutuskan untuk menggunakan pupuk dibawah rata-rata adalah karena pengetahuan decision making unit yang luas. Diduga decision making unit ini memiliki pengetahuan yang lebih luas dikarenakan lama pendidikan formal yang ditempuh dan pekerjaan decision making unit mempengaruhi sikap decision making unit dalam mengambil keputusan. Pupuk adalah salah satu variabel yang banyak digunakan secara berlebihan oleh decision making unit lain dengan alasan agar hasil yang diperoleh lebih tinggi, sedangkan bibit digunakan berlebih dengan alasan agar tidak kekurangan saat penyiangan. Meskipun decision making unit lain berpikiran demikian, decision making unit ini mengatakan bahwa penggunaan pupuk secara berlebihan tidak baik bagi usahataninya dan tidak berdampak signifikan sehingga decision making unit tersebut menggunakan dosis yang rendah. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga jelas lebih rendah karena decision making unit banyak tidak turun langsung membantu kegiatan usahataninya. Petani berusia 32 tahun dengan pengalaman bertani empat tahun menjadi decision making unit kelima yang mencapai efisiensi teknis varietas Ciherang. Produktivitas dari decision making unit ini berada diatas rata-rata produktivitas varietas Ciherang. Produktivitas yang tinggi dengan menggunakan masukan input seperti pupuk, bibit, dan tenaga kerja mesin dibawah rata-rata decision making unit lain yang membudidayakan varietas Ciherang membuat decision making unit ini mampu mencapai efisiensi teknis. Diduga decision making unit 66 ini memiliki produktivitas yang tinggi meskipun penggunaan masukan input rendah karena tingginya intensitas penggunaan tenaga kerja manusia. Meskipun penggunaan masukan input seperti bibit dan pupuk rendah, akan tetapi dengan perawatan oleh manusia maka dapat mengahasilkan produksi yang tinggi. Kecilnya luasan lahan yang diusahakan dapat menjadi faktor yang menyebabkan dapat intensifnya perawatan yang dilakukan oleh petani penggarap sehingga produksinya dapat tinggi. Pembudidaya berusia 28 tahun dengan pengalaman bertani 10 tahun menjadi decision making unit keenam yang mencapai efisiensi teknis varietas Ciherang. Produktivitas decision making unit ini tertinggi dibandingkan decision making unit pembudidaya varietas Ciherang. Penggunaan tenaga kerja manusia dibawah rata-rata penggunaan decision making unit lain menunjang decision making unit ini mencapai efisiensi teknis. Diduga hal ini yang mempengaruhi decision making unit ini dapat mencapai efisiensi teknis. Petani berusia 55 tahun, dengan pengalaman bertani 40 tahun menjadi responden terakhir yang mencapai efisiensi teknis varietas Ciherang di Desa Kertawinangun. Berdasarkan produktivitas, decision making unit ini produktivitasnya berada sedikit diatas produktivitas rata-rata decision making unit varietas Ciherang. Penggunaan seluruh variabel kecuali tenaga kerja mesin dibawah rata-rata decision making unit lain diduga mempengaruhi decision making unit mencapai efisiensi teknis.

6.1.3. Analisis Efisiensi Teknis Varietas Denok

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

6 107 98

Efisiensi Teknis Usahatani Jagung Manis di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor: Pendekatan Data Envelopment Analysis

5 26 97

Efisiensi Teknis Usahatani Padi Di Kabupaten Karawang Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis.

0 6 86

Efisiensi Teknis Usahatani Padi Di Jawa Dan Luar Jawa : Pendekatan Data Envelopment Analysis (Dea).

1 6 101

ANALISIS EFISIENSI DISTRIBUSI PEMASARAN DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

0 5 9

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

0 0 9

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

0 0 25

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI TEBU LAHAN SAWAH DAN LAHAN KERING DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) TECHNICAL EFFICIENCY ANALYSIS OF SUGARCANE FARMING ON WET AND DRY LAND USING DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) APPROACH

0 1 7