Analisis Efisiensi Teknis Varietas Mekongga

68 mendukung decision making unit ini dapat mencapai efisiensi teknis varietas Denok. Petani kedua yang mencapai efisiensi teknis berusia 28 tahun dengan lama bertani empat tahun. Lama pendidikan formal yang ditempuh decision making unit ini adalah 12 tahun. Seperti decision making unit pertama, hasil panen decision making unit ini diatas rata-rata hasil panen decision making unit pembudidaya veriates Denok. Perbedaannya adalah decision making unit ini menggunakan pupuk, bibit, dan tenaga kerja dalam keluarga dibawah rata-rata pembudidaya Denok. Tabel 12. Karakteristik Decision Making Unit yang Mencapai Efisiensi Teknis Perbandingan Varietas Denok di Desa Kertawinangun Tahun 2011 No DMU Jenis Kelamin Usia Tahun Pengalaman Bertani Tahun Lama Pendidikan Formal Tahun Efisiensi Seluruh Varietas 1 1 1 40 20 1 2 3 1 35 15 9 1 3 7 1 42 25 1 4 12 1 60 9 1 1 5 14 1 60 50 1 6 15 1 39 20 5 0,980 7 21 1 34 3 12 0,919 8 22 1 28 4 12 1 9 62 1 50 30 6 1 10 72 32 15 6 0,966 Keterangan: 1= Laki-laki; 0= Perempuan

6.1.4. Analisis Efisiensi Teknis Varietas Mekongga

Analisis efisiensi teknis padi sawah varietas Mekongga dilakukan pada 20 decision making unit. Data yang diolah terdapat pada lampiran 1. Data pada lampiran 1 yang digunakan hanya data hasil panen sebagai keluaran output Y, dan variabel masukan input yang digunakan adalah pupuk X1, bibit X2, tenaga kerja luar keluarga X3, tenaga kerja dalam keluarga X4, tenaga kerja 69 mesin X5 dan luasan lahan X6 pada decision making unit yang menggunakan varietas Mekongga. Data lain yang terdapat pada lampiran 1 digunakan dalam memberikan penjelasan hasil keluaran dari nilai efisiensi teknis usahataninya. Hasil olahan efisiensi teknis pengolahan efisiensi teknis pada varietas Mekongga terlihat pada gambar 5. Berdasarkan gambar tersebut terlihat empat dari 20 decision making unit mencapai efisiensi teknis. Seluruh decision making unit yang mencapai efisiensi teknis pada varietas Mekongga berusia diatas 40 tahun dengan pengalaman bertani diatas 20 tahun. Decision making unit yang mencapai efisiensi teknis varietas Mekongga menempuh pendidikan formal paling lama sembilan tahun. Terdapat tiga decision making unit yang mencapai efisiensi teknis baik keseluruhan varietas maupun dalam varietas Mekongga. Berdasarkan keseluruhan perbandingan pervarietas, dapat disimpulkan bahwa decision making unit yang mencapai efisiensi teknis pada perbandingan seluruh varietas akan mencapai efisiensi teknis pada perbandingan pervarietasnya. Decision making unit pertama yang mencapai efisiensi teknis varietas Mekongga adalah decision making unit yang berusia 55 tahun dengan pengalaman bertani 40 tahun. Diantara decision making unit yang mencapai efisiensi varietas Mekongga, decision making unit ini adalah satu-satunya decision making unit yang tidak menempuh pendidikan formal. Decision making unit ini masih belum mencapai efisiensi teknis pada perbandingan seluruh varietas. Produktivitas decision making unit ini berada dibawah rata-rata produktivitas pembudidaya varietas Mekongga. Besarnya luasan lahan yang digarap dapat menjadi faktor yang menyebabkan decision making unit ini dapat mencapai efisiensi teknis. Selain itu, penggunaan pupuk, tenaga kerja dalam keluarga, dan tenaga kerja mesin yang lebih rendah dibandingkan dengan decision making unit yang membudidayakan varietas Mekongga dapat semakin menunjang decision making unit ini untuk dapat mencapai efisiensi teknis varietas Mekongga. Decision making unit ini dapat mencapai penggunaan tenaga kerja manusia yang lebih rendah karena luasan lahan yang digarap lebih besar dari lima hektar. Hal ini 70 menyebabkan ketika dirata-rata perhektar, maka penggunaan tenaga kerja manusia bisa lebih rendah. Gambar 5. Efisiensi Teknis Usahatani Padi Sawah Varietas Mekongga Desa Kertawinangun, Kabupaten Indramayu Tahun 2011 Terdapat hipotesis nilai efisiensi teknis yang dicapai Decision Making Unit juga dipengaruhi oleh karakteristik petani. Karena itu, pembahasan selanjutnya mencoba memaparkan mengenai nilai efisiensi dan decision making unit. Karakteristik decision making unit yang mencapai efisiensi teknis pada perbandingan varietas Mekongga dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Karakteristik Decision Making Unit yang Mencapai Efisiensi Teknis Perbandingan Varietas Mekongga di Desa Kertawinangun Tahun 2011 No DMU Jenis Kelamin Usia Tahun Pengalaman Bertani Tahun Lama Pendidikan Formal Tahun Efisiensi Seluruh Varietas 1 59 1 63 51 6 1 2 64 40 25 2 1 3 69 1 55 40 0,815 4 75 1 47 23 9 1 Keterangan: 1= Laki-laki; 0= Perempuan 71 Decision making unit pertama yang mencapai efisiensi teknis adalah decision making unit dengan usia 63 tahun dengan pengalaman bertani 23 tahun. Decision making unit ini menempuh pendidikan formal hingga tamat sekolah dasar atau pendidikan lain yang sederajat. Produktivitas dari usahatani decision making unit ini paling tinggi dibandingkan dengan decision making unit lain yang mencapai efisiensi tertinggi. Decision making unit ini juga ditunjang dengan penggunaan tenaga kerja yang lebih hemat dibandingkan dengan rata-rata pembudidaya Mekongga, baik tenaga kerja dalam keluarga, luar keluarga, maupun tenaga kerja mesin. Hal yang menyebabkan decision making unit ini dapat menggunakan tenaga kerja lebih sedikit adalah penggunaan herbisida yang mengurangi penggunaan tenaga manusia untuk pengendalian gulma serta panen yang menggunakan sistem grabag yang menghemat tenaga kerja manusia. Decision making unit kedua yang mencapai efisiensi teknis adalah decision making unit berusia 40 tahun dengan pengalaman bertani lebih dari 20 tahun. Pendidikan formal ditempuh decision making unit selama dua tahun. Produktivitas usahataninya berada diatas rata-rata pembudidayas varietas Mekongga. Hanya variabel bibit sebagai masukan input yang digunakan oleh decision making unit dan berada dibawah rata-rata decision making unit pembudidaya Mekongga. Faktor yang menyebabkan decision making unit ini menggunakan tenaga kerja manusia diatas rataan penggunaan decision making unit dengan varietas Mekongga adalah decision making unit ini melakukan pengendalian gulma secara manual dengan tenaga kerja manusia. Selain itu, decision making unit mengaplikasikan pestisida msepuluh kali sehingga membutuhkan tenaga kerja lebih banyak. Decision making unit ketiga yang mencapai efisiensi teknis adalah decision making unit berusia 55 tahun dengan pengalaman bertani lebih dari 20 tahun. Pendidikan formal tidak ditempuh decision making unit ini. Produktivitas usahataninya berada diatas rata-rata pembudidayas varietas Mekongga. Hanya variabel bibit sebagai masukan input yang digunakan oleh decision making unit dan berada dibawah rata-rata decision making unit pembudidaya Mekongga. Faktor yang menyebabkan decision making unit ini menggunakan tenaga kerja 72 manusia diatas rataan penggunaan decision making unit dengan varietas Mekongga adalah decision making unit ini melakukan pengendalian gulma secara manual dengan tenaga kerja manusia. Selain itu, decision making unit mengaplikasikan pestisida msepuluh kali sehingga membutuhkan tenaga kerja lebih banyak. Decision making unit keempat yang mencapai efisiensi teknis adalah decision making unit yang berusia 47 tahun dengan pengalaman bertani selama 23 tahun. Decision making unit ini adalah satu-satunya decision making unit yang bertempat tinggal di luar Desa Kertawinangun. Lama pendidikan formal yang ditempuh oleh decision making unit ini paling lama dibandingkan dengan decision making unit lain yang mencapai efisiensi teknis varietas Mekongga. Karena itu, meskipun pengalaman bertani decision making unit ini paling rendah dibanding decision making unit lain yang mencapai efisiensi teknis, decision making unit ini tetap dapat mencapai skala efisien. Produktivitas usahataninya diatas rata-rata decision making unit yang mencapai efisensi teknis varietas Mekongga. Selain tingginya produksi, usahataninya juga ditunjang dengan penggunaan bibit, tenaga kerja luar keluarga, dan tenaga kerja mesin dibawah rata-rata penggunaan decision making unit lain yang mencapai efisiensi teknis pada varietas Mekongga. Alasan utama decision making unit ini menggunakan bibit dibawah rata-rata adalah petani lain yang bertani disekitar lahan decision making unit memiliki kecenderungan menggunakan bibit secara berlebih sehingga akhirnya banyak bibit yang terbuang. Decision making unit ini memanfaatkan kelebihan bibit dari petani lain sehingga dapat menekan biaya bibit yang seharusnya dikeluarkan.

6.2. Analisis Hubungan Nilai Efisiensi Teknis

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

6 107 98

Efisiensi Teknis Usahatani Jagung Manis di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor: Pendekatan Data Envelopment Analysis

5 26 97

Efisiensi Teknis Usahatani Padi Di Kabupaten Karawang Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis.

0 6 86

Efisiensi Teknis Usahatani Padi Di Jawa Dan Luar Jawa : Pendekatan Data Envelopment Analysis (Dea).

1 6 101

ANALISIS EFISIENSI DISTRIBUSI PEMASARAN DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

0 5 9

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

0 0 9

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

0 0 25

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI TEBU LAHAN SAWAH DAN LAHAN KERING DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) TECHNICAL EFFICIENCY ANALYSIS OF SUGARCANE FARMING ON WET AND DRY LAND USING DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) APPROACH

0 1 7