1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki jumlah penduduk sekitar 237 juta jiwa BPS, 2010. Peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan peningkatan jumlah
permintaan tanaman pangan terutama padi menyebabkan diperlukan upaya peningkatan produksi padi. Peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan
meningkatkan luas produksi atau peningkatan produktivitas. Salah salah satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai upaya peningkatan produksi adalah
melalui peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya introduksi teknologi dan peningkatan efisiensi.
Introduksi teknologi dapat dilakukan dengan pengadaan program-program pertanian oleh pemerintah seperti program intensifikasi, BIMAS, dan lain
sebagainya. Berdasarkan laporan penelitian Brazdik 2006 petani di daerah Jawa
Barat, program intenfikasi pertanian BIMAS memiliki dampak peningkatan produksi yang berbeda-beda sehingga untuk meningkatkan produksi diperlukan
berbagai formulasi dan penyesuaian dengan karakteristik petani di suatu daerah. Daryanto, et al. 2002 dalam Brazdik 2006 juga menyatakan bahwa terdapat
hubungan negatif antara efisiensi teknis dengan partisipasi petani program intensifikasi pertanian sehingga program intensifikasi gagal meningkatkan
efisiensi teknis petani di Jawa Barat. Penelitian Dhungana et al. 2004 menyatakan di negara berkembang, inovasi teknologi dan atau introduksi
teknologi baru yang lebih efisien dibutuhkan untuk meningkatkan produksi, akan tetapi terdapat masalah seperti cultural constrains yang menyebabkan teknologi
tersebut tidak dapat diterapkan. Karena itu peningkatan atau perbaikan efisiensi usahatani menjadi alternatif untuk meningkatkan produksi padi.
Data pada BPS tahun 2010 pada tanaman pangan menunjukan bahwa luas area panen dan jumlah produksi padi menempati urutan pertama. Padi sawah
adalah salah satu sistem budidaya padi yang paling banyak dikembangkan di Indonesia. Produksi padi sawah nasional tahun 2003 hingga 2010 terus
2 mengalami peningkatan, namun peningkatannya tidak terlalu signifikan, yaitu
antara 0,1 hingga 5,5 persen. Produksi dan produktivitas padi berdasarkan provinsi di Indonesia dapat terlihat pada tabel 1. Provinsi Jawa Barat adalah salah
satu lumbung padi nasional. Sebagai sentra penghasil padi nasional, Provinsi Jawa Barat memiliki peran penting dalam menjaga pemenuhan kebutuhan beras
dalam negeri. Provinsi Jawa Barat tahun 2003 hingga 2010 memiliki kontribusi sekitar 16 hingga 17 persen dari total produksi padi sawah nasional BPS 2012
1
1
[BPS]. 2012. Tabel Luas Panen, Produksi, Produktivitas Padi Seluruh Provinsi 2005-2010.
. Tahun 2005 hingga 2010 produktivitas provinsi ini berada diatas rataan
produktivitas nasional akan tetapi masih dibawah produktivitas beberapa provinsi lain seperti Jawa Timur.
Kabupaten Indramayu tahun 2005 hingga 2009 adalah kabupaten yang memiliki luas tanam dan produksi padi sawah terbesar di Provinsi Jawa Barat.
Jumlah produksi pada rentang tahun yang sama menyumbang sekitar 11 persen dari total produksi padi sawah Jawa Barat dan merupakan daerah penghasil
terbesar padi di Jawa Barat. Informasi luas dan produktivitas padi sawah di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada tabel 2.
http:www.bps.go.idtnmn_pgn.php?eng=0 diakses 4 Januari 2012
3
Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah Menurut Provinsi di Indonesia
2009-2010
No. Provinsi
Luas Panen ha Produksi Ton
2009 2010
2009 2010
1 Nangroe Aceh
Darussalam 352.006
347.966 1.539.448
1.571.130 2
Sumatera Utara 718.583
702.403 3.382.066
3.422.734 3
Sumatera Barat 432.147
450.368 2.088.055
2.188.709 4
Riau 127.522
131.263 478.343
507.37 5
Kepulauan Riau 131
375 403
1.202 6
Jambi 127.981
124.577 556.007
537.505 7
Sumatera Selatan 679.243
690.25 2.945.914
3.041.034 8
Kepulauan Bangka Belitung
2.793 3.975
9.733 14.069
9 Bengkulu
120.882 121.877
484.594 491.901
10 Bandar Lampung
506.596 528.328
2.487.314 2.623.849
11 DKI Jakarta
1.974 2.015
11.013 11.164
12 Jawa Barat
1.825.346 1.905.080 10.924.508 11.271.677
13 Banten
332.776 368.009
1.740.951 1.915.995
14 Jawa Tengah
1.663.024 1.734.647
9.380.495 9.859.955
15 DI Yogyakarta
105.613 106.907
662.368 646.816
16 Jawa Timur
1.787.354 1.842.445 10.758.398 11.126.704
17 Bali
149.269 151.208
876.692 867.185
18 Nusa Tenggara Barat
316.12 329.594
1.653.811 1.620.666 19
Nusa Tenggara Timur 127.896
111.652 464.703
405.509 20
Kalimantan Barat 331.922
334.452 1.131.806
1.159.012 21
Kalimantan Tengah 133.065
146.964 420.407
451.762 22
Kalimantan Selatan 444.391
417.944 1.823.652
1.683.163 23
Kalimantan Timur 92.383
96.156 421.605
450.789 24
Sulawesi Utara 103.887
107.52 522.566
554.031 25
Gorontalo 47.733
45.37 256.217
252.243 26
Sulawesi Tengah 201.877
195.603 929.791
912.372 27
Sulawesi Selatan 853.676
877.458 4.293.918
4.337.946 28
Sulawesi Barat 60.731
72.127 298.79
352.512 29
Sulawesi Tenggara 87.274
99.829 377.677
429.15 30
Maluku 18.545
17.779 83.764
77.532 31
Maluku Utara 10.631
12.825 39.753
48.503 32
Papua 24.176
24.661 91.986
95.964 33
Papua Barat 9.531
8.969 34.475
32.904 Sumber : BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Keterangan : Angka sementara
4
Tabel 2. Produksi dan Luas Panen Padi Sawah Menurut Kabupaten dan Kota di
Jawa Barat Tahun 2005-2006 No
KabupatenKota Produksi Ton
Luas Panenhektar Tahun
Tahun 2008
2009 2008
2009 1
Bogor 477.344
493.779 81.415
82.697 2
Sukabumi 619.987
734.011 113.211
124.284 3
Cianjur 672.368
723.695 120.268
127.527 4
Bandung 379.399
419.542 64.123
68.741 5
Garut 643.981
705.711 106.336
110.845 6
Tasikmalaya 634.810
695.905 103.119
111.494 7
Ciamis 580.452
668.237 96.531
105.464 8
Kuningan 311.728
338.129 53.424
57.967 9
Cirebon 417.724
507.377 73.007
85.538 10
Majalengka 491.336
561.173 89.026
94.960 11
Sumedang 380.243
412.422 66.676
69.362 12
Indramayu 1.006.927
1.290.035 179.330
218.392 13
Subang 974.552
1.098.210 167.539
182.200 14
Purwakarta 194.382
209.751 35.062
36.059 15
Karawang 1.075.933
1.058.267 180.930
179.251 16
Bekasi 563.511
618.113 101.513
104.823 17
Bandung Barat 169.647
214.702 30.600
35.877 18
Kota Bogor 7.492
7.112 1.273
1.269 19
Kota Sukabumi 19.998
22.687 3.495
3.625 20
Kota Bandung 12.547
10.635 2.244
1.810 21
Kota Cirebon 2.643
3.565 464
624 22
Kota Bekasi 9.930
5.481 1.798
913 23
Kota Depok 4.441
4.585 753
788 24
Kota Cimahi 3.915
2.993 668
504 25
Kota Tasik 64.656
80.772 11.829
14.222 26
Kota Banjar 37.222
37.679 6.260
6.110 Jumlah
9.757.168 10.924.508 1.690.864
1.825.346
Sumber: Diperta Jabar 2011
2
2
www.diperta.jabarprov.go.id . Produksi dan Luas Panen Padi Sawah Menurut Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
Diakses tanggal 24 Maret 2011
5 Kecamatan Kandanghaur adalah salah satu sentra penghasil padi di
Provinsi Jawa Barat Diperta Jabar 2010
3
3
. Seluruh petani padi di Kecamatan Kadanghaur membudidayakan padi dengan menggunakan sawah lahan basah.
Hal ini dikarenakan adanya saluran irigasi yang baik sehingga menunjang petani untuk melakukan hal tersebut. Selain itu, padi sawah memiliki produksi yang
lebih tinggi dan membutuhkan perawatan dan penggunaan faktor produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan padi kering atau padi gogo. Selain itu, padi
sawah lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Faktor-faktor tersebut menyebabkan petani di Kecamatan Kandanghaur membudidayakan padi sawah.
Desa Kertawinangun adalah salah satu desa di Kecamantan Kandanghaur yang memiliki luas sawah 480 hektar atau 7,79 persen dari total luas sawah di
Kecamatan Kandanghaur. Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa petani padi sawah di Desa Kertawinangun berdasarkan sumber pengairan yang digunakan adalah
satu-satunya desa di Kecamatan Kandanghaur yang seluruh area persawahannya menggunakan irigasi secara teknis. Hal ini berdampak kepada produktivitas padi
di desa tersebut menjadi kedua tertinggi dibandingakan dengan desa lain di Kecamatan Kandanghaur. Terlihat pada tabel 4 bahwa Desa Kertawinangun
memiliki hasil panen dan produktivitas padi sawah yang tinggi. Tahun 2010 produktivitas padi sawah menurun dibandingkan dengan desa lain. Tahun
sebelumnya Desa Kertawinangun menempati posisi produktivitas tertinggi dibandingkan dengan desa lainnya.
Keseragaman sumber pengairan dan letak kawasan persawahan yang ada disuatu daerah menyebabkan Desa Kertawinangun dijadikan objek penelitian
efisiensi teknis padi sawah menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis. Hal ini disebabkan kesamaan sumber perngairan dan letak lahan yang berada
dalam satu hamparan menunjukan bahwa seluruh responden yang diamati memiliki faktor produksi berupa karakteristik lahan yang sama.
http:www.diperta.jabarprov.go.id. Data Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Provinsi Jawa Barat. Diakses tanggal 24 Maret 2011.
6
Tabel 3. Luas Areal Pesawahan menurut Jenis Pengairan di Kecamatan
Kandanghaur Tahun 2010
No Desa
Irigasi Teknis
hektar Irigasi
Setengah Teknis
hektar Sederhana
hektar Tadah
Hujan hektar
Jumlah hektar
1 Curug
427,8 17,1
444,9 2
Pranti 293,7
6,3 300
3 Wirakanan
374,3 132,5
506,8 4
Karang Mulya 92
131 124
347 5
Karanganyar 120
146,2 360,2
626,4 6
Wirapanjunan 40,5
82,2 81,2
40,1 244
7 Perean Girang
272 611
124 1007
8 Bulak
196 204,7
119,7 520,4
9 Ilir
285 200
110,1 595,1
10 Soge
386,1 37
423,1 11
Eretan Wetan 4,4
64,7 3,1
72,2 12
Eretan Kulon 250
116,4 366,4
13 Kertawinangun
472,5 472,5
Jumlah 3117,9
1612,8 1027,9
167,2 5925,7
Sumber : Koordinator Statistik Kecamatan Kandanghaur 2011 dalam BPS 2011
7
Tabel 4. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Di Kecamatan
Kandanghaur Tahun 2010 No
Desa Luas Panen
hektar Produksi
Ton Produktivitas
Tonhektar 1
Curug 525
5.722,5 5,50
2 Pranti
300 3.333,8
5,30 3
Wirakanan 990
5.306,4 5,40
4 Karang Mulya
465 2.425,0
5,20 5
Karanganyar 1.358
6.036,3 4,40
6 Wirapanjunan
420 1.911
4,60 7
Perean Girang 1.900
8.502,5 4,50
8 Bulak
1.170 5.423
4,60 9
Ilir 1.270
5.880,1 4,60
10 Soge
860 4.558,0
5,30 11
Eretan Wetan 105
449,4 4,30
12 Eretan Kulon
614 3.070,0
5,00 13
Kertawinangun 934
5.001,6 5,40
Total 10.911
4,9 57.619,5
Sumber : UPTD Pertanian dan Peternakan Kecamatan Kandanghaur 2011 - Data Versi UPTD Pertanian dan Peternakan Kecamatan Kandanghaur dalam BPS 2011
1.2. Rumusan Masalah