18
3.1.2. Konsep Data Envelopment Analysis
Cooper 2002 menyatakan pendekatan Data Envelopment Analysis DEA adalah suatu pendekatan evaluasi kinerja dari suatu kegiatan yang
menggunakan satu atau lebih masukan input untuk menghasilkan satu atau lebih keluaran output. Kegiatan yang diamati dalam DEA sering disebut dengan
decision making unit DMU. Pendekatan DEA menggunakan pembobotan yang bersifat fixed pada seluruh masukan input dan keluaran output dari setiap
DMU yang dievaluasi. Pendekatan DEA memiliki model matematika dengan virtual masukan input dan keluaran output, dan v
i
sebagai bobot masukan input, dan u
r
sebagai bobot keluaran output,
Virtual masukan input = v
1
x
1o+…
+v
m
x
mo
3.1 Virtual keluaran output= u
1
y
1o
+…+u
s
y
so
3.2 Pembobotan dilakukan dengan menggunakan linear programming untuk
memaksimumkan rasio dari,
3.3
Terdapat kemungkinan pembobotan optimal pada setiap DMU berbeda sehingga pembobotan pada DEA merupakan turunan dari data yang dimiliki
ataupun dianggap sama. Misalkan diasumsikan terdapat m masukan input dan s keluaran output pada DMU X, maka matriks X m x n adalah:
3.4
3.1.3. Konsep CCR Model
CCR model adalah salah satu pengembangan dari Data Envelopment Analysis. CCR model diambil dari nama penemunya. CCR model menggunakan
prinsip constan return to scale dari variabel masukan input yang digunakan untuk menghasilkan keluaran output yang dikeluarkan. CCR model mengukur
19 efisiensi dari setiap DMU pada suatu waktu tertentu dengan n optimalisasi.
Misalkan DMUj dibandingkan dengan DMUo o = 1, 2, …, n, maka fractional programming dengan pembobotan masukan input v
i
i = 1, …, m, dan pembobotan keluaran output u
r
r = 1, …, s adalah,
FPo max 3.5
Subject to 3.6
v
1
, v
2
, …, vm ≥ 0
3.7
Pembatasan kurang dari satu menunjukan rasio antara virtual keluaran output dan virtual masukan input harus lebih kecil atau kurang dari satu untuk
setiap DMU. Pembatasan ini akan menyebabkan nilai objektif maksimal =1. Sedangkan bentuk linear programming LPo dari CCR model adalah:
LPo max =
1
y
1o
+…+
s
y
so
3.8 subject to v
1
x
1o
+…+ v
m
x
mo
3.9
1
y
1j
+…+
s
y
sj
≤ v
1
x
1j
+…+ v
m
x
mj
3.8 j = 1, …, n
V
1
, V
2, ….,
V
m
≥ 0 3.9
1, 2,
…,
s
≥ 0 3.10
3.1.4. Konsep Biaya Usahatani
Biaya dalam usahatani dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap dapat didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya
relatif tetap tanpa tergantung pada jumlah keluaran output yang dihasilkan. Sedangkan biaya variabel dapat diartikan sebagai biaya yang besarnya bervariasi
sesuai dengan jumlah keluaran output yang dihasilkan. Konsep biaya dalam analisis usahatani perlu dilakukan beberapa
penyesuaian terutama apabila dilakukan analisis parsial pada usahatani yang lebih dari satu macam komoditi yang diusahakan. Misalkan pada tanaman tumpang sari
20 jagung dengan kedelai. Pengaplikasian sejumlah pupuk tidak dapat dipastikan
digunakan sebagi masukan input bagi produksi tanaman padi atau kedelai, sehingga dalam kasus seperti ini jumlah fisik menjadi tidak penting sehingga lebih
baik menggunakan besaran nominal yang dikeluarkan untuk tanaman tersebut. Konsep biaya dalam analisis usahatani juga dapat menggunakan analisis finansial
dan analisis ekonomi. Analisis finansial adalah analisis yang menggunakan harga yang sebenarnya dikeluarkan oleh petani, sedangkan analisis ekonomi adalah
analisis yang digunakan dengan menggunakan harga bayangan atau shadow price Soekartawi 1995.
Terdapat juga konsep biaya berdasarkan jenis pengeluaran yang dilakukan, yaitu konsep biaya tunai. Biaya tunai adalah biaya yang secara tunai dikeluarkan
oleh usahatani untuk membeli faktor produksi baik barang maupun jasa yang digunakan dalam usahataninya. Hal yang perlu diingat adalah pada biaya tunai,
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar pinjaman maupun bunga tidak termasuk Soekartawi 1995.
3.1.5. Konsep Pendapatan Usahatani