Pempek Perancangan Label Indikator Bakteri Patogen Untuk Pemantauan Kualitas Pempek

merupakan parameter untuk menentukan kemunduran mutu ikan dan produk olahan ikan yang mengandung protein. Penurunan mutu pempek selama penyimpanan disebabkan adanya aktivitas mikroba. Keberadaan mikroba pada makanan merupakan parameter kualitas pempek selama penyimpanan. Kontaminasi bakteri tersebut dapat terjadi pada pempek karena proses produksi pempek yang menggunakan tenaga manusia dan kontak pempek dengan udara yang tidak dapat dihindari Kusumaningrum et al. 2002. Pada penelitian Rosdiana 2002, pempek ikan tenggiri mengandung kadar air yaitu 58.59 dan protein 15.84 dengan kandungan asam amino arginin g100 g 0.557, histidin 0.268, lisin 0.843, leusin 0.747, isoleusin 0.424, methionin 0.271, fenilalanin 0.363, threonin 0.404, triptofan 0.106, valin 0.478. Asam amino-asam amino tersebut didegradasi oleh enzim protease yang dihasilkan S. aureus menjadi gas asam seperti hidrogen sulfida, amonia Filipiak et al. 2012 yang menyebabkan timbulnya bau tidak sedap. Degradasi asam amino pada pempek ikan tenggiri ditunjukkan dengan penurunan kadar arginin g100g menjadi 0.556, histidin 0.266, lisin 0.834, leusin 0.739, methionin 0.268, fenilalanin 0.360, triptofan 0.105, dan valin 0.475 Rosdiana 2002.

2.5 Prediksi Umur Simpan

Umur simpan makanan didefinisikan sebagai waktu atau periode tingkat penerimaan kualitas makanan baik dari nilai keamanan atau organoleptik. Umur simpan bergantung pada empat faktor yaitu formula, proses produksi, pengemasan dan kondisi penyimpanan Labuza dan Shimoni 2000. Umur simpan produk merupakan salah satu informasi yang sangat penting bagi konsumen karena terkait keamanan produk pangan dan untuk jaminan mutu pada saat produk sampai ke tangan konsumen. Secara garis besar pendugaan umur simpan produk dapat ditetapkan dengan dua metode yaitu Extended Shelf Studies ESS dan Accelerated Shelf Life Testing ALST. ESS adalah penentuan tanggal kadaluarsa dengan menyimpan produk pada kondisi penyimpanan sebenarnya. Cara ini menghasilkan hasil yang paling tepat, namun memerlukan waktu yang lama. Sedangkan metode pendugaan umur simpan ASLT yaitu dengan cara menyimpan produk pangan pada lingkungan yang dapat menyebabkan produk cepat rusak, baik pada kondisi suhu atau kelembapan ruang penyimpanan yang tinggi Harris dan Fadli 2014, Budijanto et al. 2010. Menurut Rosdiana 2002 dan Karneta et al. 2013 pempek memiliki umur simpan yang relatif singkat yaitu 24 hingga 48 jam sehingga pada penelitian ini metode ESS dipilih. Pengembangan prediksi umur simpan pada penelitian ini dilakukan melalui perubahan warna label. Warna label dapat diprediksi menggunakan analisis regresi berganda. Regresi berganda merupakan regresi yang memiliki dua atau lebih variabel independen bebas, dimana variabel independen mempengaruhi varibel dependen terikat Nurlifa et al. 2014. Pengujian asumsi klasik perlu dilakukan untuk memperoleh hasil yang akurat. Pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas, heteroskesdasitas, multikolinieritas dan autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal, memiliki hasil yang homogen, kesalahan koefisien regresi yang kecil, dan memiliki koefisien yang stabil Bramasto 2014. 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi bahan identifikasi mikroba dominan dan optimasi formula meliputi brilliant green lactose bile, EC broth, eosin methylene blue, tryptone, MR-VP broth, pereaksi pewarnaan gram, simmon citrate agar, plate count agar, bismuth sulfite agar, brain heart infusion, HE agar, lysine iron agar, salmosis salt agar, tryptone soya agar, triple sugar iron agar, baird parker agar and egg yolk, garam fisiologis dan kultur S. aureus. Selanjutnya, bahan untuk aplikasi label meliputi pempek lenjer berukuran 3×8 cm berdiameter 1.5 cm pempek digunakan dalam penelitian terbuat dari daging ikan tenggiri 50 bb dan tapioka 33.3 bb, plastik Low Density Polyethylene LDPE, plastik mika PVC, plastik polyamide. Bahan pembuatan label meliputi manitol, agar bubuk, susu cair, tapioka, NaCl dan phenol red. Bahan uji meliputi indikator fenolftalein, asam borat, asam perklorat dan asam klorida. 3.2 Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat gelas yaitu cawan petri, tabung reaksi, piring, labu Erlenmeyer, seperangkat alat ekstraksi, destilasi dan titrasi. Alat digital yaitu Chromameter CR-400, pH meter merek ATC PH- 009IA, gas analyzer Lancom IV. Alat pendukung lainnya yaitu inkubator, lemari pendingin, sealer, dan vacuum packer.

3.3 Waktu dan Tempat

Penelitian pendahuluan yang meliputi identifikasi mikroba dominan dan optimasi formula dilakukan pada bulan Oktober 2014 hingga April 2015. Penelitian utama dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus 2015. Identifikasi mikroba dominan, optimasi formula, pembuatan label dan pengukuran mikroba pempek dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Pengukuran komponen kimia dan organoleptik dilakukan di Laboratorium Dasar Ilmu Terapan TIN Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pengukuran gas asam di dalam kemasan dilakukan di Laboratorium Kualitas Udara dan Kebisingan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor.

3.4 Metode Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama.

3.4.1 Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengidentifikasi mikroba patogen yang dominan tumbuh pada pempek, agar dapat ditentukan formulasi label yang dapat mendeteksi mikroba tersebut. Tahapan-tahapan penelitian pendahuluan