Penentuan formulasi label indikator S. aureus
Hasil pengamatan menunjukkan terjadi perubahan warna dari merah menjadi kuning. Hasil yang sama juga terjadi pada perlakuan kemasan pada label
MSA. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Perubahan warna label MSA terhadap pertumbuhan S. aureus pada label
kemas
Keterangan : MSA = media selektif, L = label dari MSA. Angka notasi yang mengikuti MSA dan L menunjukkan pengenceran inokulan
Perubahan warna dari merah menjadi kuning diduga akibat adanya reaksi antara senyawa phenol red yang dikandung oleh label MSA dengan gas asam
yang dihasilkan dari degradasi TSA dan asam hasil fermentasi manitol oleh S. aureus Fey et al. 2013. TSA adalah media umum yang mengandung pepton
kasein dan kedelai yang merupakan sumber karbon, nitrogen, vitamin dan mineral bagi pertumbuhan S. aureus. Pepton kasein mengandung triptopan, sedangkan
pepton kedelai mengandung polipeptida, dipeptida dan asam amino lainnya Al- Bahry et al. 2014. Kasein dan asam amino didegradasi oleh S. aureus menjadi
volatil asam asetat, dimetil sulfida dan metantiol Carbonero et al. 2012, Filipiak et al. 2012. Fermentasi manitol menjadi asam terjadi ketika S. aureus
mengkontaminasi label dan tumbuh pada label. S. aureus memanfaatkan manitol untuk pertumbuhannya sehingga menghasilkan asam. Asam dan gas hasil
degradasi yang terbentuk akan mengubah pH label dan merubah warna label.
Perubahan warna pada label kemas masih dapat terjadi karena pori LDPE label berukuran 0.14-1.4
m Salem 2015, sedangkan gas berukuran 0.001-0.1 m Hinds 2000 dan S. aureus berukuran 0.5-1 m Medvedova dan Valik,
2012, sehingga gas dan S. auerus dapat menembus pori LDPE dan bereaksi dengan phenol red label. Optimasi dilakukan karena perubahan warna label MSA
lambat yaitu jam ke-15 dengan jumlah S. aureus 5.86×10
7
cfug pada perlakuan dikemas. Berdasarkan uji Duncan taraf nyata 5 Tabel 6, formula terbaik pada
Formula 1 F1 didasarkan pada perubahan warna tercepat, penggunaan konsentrasi phenol red yang paling rendah dan kandungan NaCl tertinggi.
Perubahan warna F1 terjadi pada jam ke-3 setelah di uji pada 3x10
8
cfug S. aureus. Nilai hue dan waktu perubahan warna masing-masing formula dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai hue dan waktu perubahan warna pada masing-masing formula
Jam
o
hue
F1 F2
F3 F4
F5 F6
64.43
a
42.92
a
36.32
a
52.81
a
50.90
a
51.00
a
3 68.54
ab
47.77
ab
38.36
a
57.15
ab
51.82
a
52.08
a
6 70.2
ab
45.38
ab
37.39
a
57.15
ab
54.49
ab
54.49
ab
13 68.28
b
55.19
cd
38.18
a
71.08
c
59.83
ab
55.57
ab
14 80.52
c
56.12
cd
38.28
a
75.22
c
61.33
ab
62.72
b
16
81.34
c
57.00
cd
39.11
a
78.01
c
61.14
ab
62.81
b
20 85.18
cd
57.41
d
40
a
86.09
d
65.4
b
63.11
b
25 87.45
d
56.45
d
41.21
a
86.45
d
68.13
c
65.27
c
27 88.34
d
57.48
d
47.76
bc
87.11
d
67.10
c
66.85
c
Perubahan jam ke-
3 3
25 3
6 6
Konsentrasi phenol red yang rendah dipilih bertujuan untuk memimalisir penggunaan pewarna pada aplikasi makanan, sedangkan pemilihan konsentrasi
tinggi pada NaCl disebabkan karena fungsi NaCl pada label adalah sebagai penekan pertumbuhan bakteri selain S. aureus pada label. Hal ini yang
menyebabkan label menjadi selektif. Fungsi protein dan manitol pada label adalah sebagai nutrisi bagi pertumbuhan S. aureus, agar bubuk dan tapioka sebagai
matriks label, dan phenol red sebagai agen perubah warna.