Bruto PDRB. PDB maupun PDRB secara umum digunakan sebagai pendekatan dalam mengukur kinerja pembangunan ekonomi Sen, 1988.
PDB merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. PDB dapat mengukur
pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena PDB merupakan nilai tambah yang merupakan refleksi dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu negara Mankiw,
2007. Nilai PDB ini merupakan indikator yang umum digunakan sebagai gambaran tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
2.1.5. Ketimpangan Pendapatan
Ketimpangan pendapatan adalah suatu kondisi dimana distribusi pendapatan yang diterima masyarakat tidak merata. Ketimpangan ditentukan oleh tingkat
pembangunan, heterogenitas etnis, ketimpangan juga berkaitan dengan kediktatoran dan pemerintah yang gagal menghargai property rights Glaeser,2006.
Alesina dan Rodrik 1994 menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan akan menghambat pertumbuhan dan tentunya menyebabkan kebijakan redistribusi
pendapatan akan menjadi mahal.
Sumber: Bourguignon 2004
Gambar 2.1. The Poverty-Growth-Inequality Triangle
Kemiskinan absolut dan penurunan kemiskinan
“Strategi Pembangunan” Distribusi dan Perubahan
Distribusi pendapatan Tingkat pendapatan
agregat dan pertumbuhan
Bourguignon 2004 menyatakan bahwa ketimpangan merujuk pada adanya disparitas pendapatan relatif penduduk. Disparitas dalam pendapatan ini
didapat setelah menormalisasi seluruh pengamatan dengan rata-rata populasi sehingga membuatnya sebagai skala yang independen terhadap pendapatan.
Ketimpangan pendapatan memiliki hubungan yang cukup erat dengan pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan, sehingga dikembangkanlah kerangka
konseptual the poverty-growth-inequality triangle untuk melihat hubungan ketiga variabel ini Gambar 2.1.
Ketimpangan pendapatan terjadi apabila sebagian besar penduduk memperoleh pendapatan yang rendah dan pendapatan yang besar hanya dinikmati
oleh sebagian kecil penduduk. Semakin besar perbedaan pendapatan yang diterima masing-masing kelompok menunjukkan semakin besarnya ketimpangan.
Adanya ketimpangan yang tinggi antara kelompok kaya dan miskin menurut Todaro dan Smith 2006 akan menimbulkan setidaknya dua dampak negatif
yaitu: 1.
Terjadinya inefisiensi ekonomi. Hal ini dikarenakan semakin banyak penduduk yang kesulitan mengakses kredit terutama penduduk miskin,
sedangkan penduduk kaya cenderung lebih konsumtif untuk barang mewah. 2.
Melemahkan stabilitas dan solidaritas sosial.
Terdapat beragam ukuran dalam menilai ketimpangan pendapatan suatu wilayah. Indeks gini adalah salah satu ukuran dalam mengukur ketimpangan,
selain itu terdapat beberapa ukuran lainnya, antara lain Indeks Theil, kriteria Bank Dunia dan Indeks Williamson. Indeks gini merupakan ukuran ketimpangan yang
paling sering digunakan. Hal ini disebabkan penghitungan indeks gini yang relatif mudah dan dapat menggunakan berbagai pendekatan baik pengeluaran atau
pendapatan, sehingga dapat mengukur perbedaan tingkat daya beli masyarakat secara riil. Berdasarkan alasan tersebut, penelitian ini menggunakan indeks gini
dalam mengukur ketimpangan pendapatan. Penghitungan indeks gini menggunakan data pengeluaran rumahtangga
yang dikumpulkan oleh BPS setiap tahun melalui SUSENAS Survei Sosial Ekonomi Nasional. Data nilai besarnya pengeluaran digunakan sebagai
pendekatan untuk menghitung pendapatan rumahtangga. Pendekatan ini dianggap lebih mencerminkan keadaan sebenarnya, meskipun ada juga
kelemahan-kelemahan dari pendekatan ini. Hidayat dan Patunru 2007 mengungkapkan bahwa penghitungan indeks
gini dengan menggunakan data pengeluaran cenderung lebih rendah daripada indeks gini yang dihitung dengan data pendapatan. Hal ini karena data
pengeluaran kemungkinan hanya dapat menggambarkan besarnya pendapatan pada penduduk berpendapatan rendah dan menengah, tetapi tidak untuk
penduduk berpendapatan tinggi. Indeks gini adalah ukuran ketimpangan agregat yang nilainya berkisar antara
nol dan satu. Nilai indeks gini 0 nol artinya tidak ada ketimpangan pemerataan sempurna sedangkan nilai 1 satu artinya ketimpangan sempurna. Ketimpangan
pendapatan dalam masyarakat dapat dikelompokkan sebagai ketimpangan rendah, sedang atau tinggi. Pengelompokkan ini sesuai dengan ukuran ketimpangan yang
digunakan. Nilai indeks gini pada negara-negara yang ketimpangannya tinggi berkisar antara 0,50 hingga 0,70, sedangkan untuk negara-negara yang distribusi
pendapatanya relatif merata, nilainya antara 0,20 hingga 0,35 Todaro dan Smith, 2006.
Indeks gini dihitung dengan menggunakan Kurva Lorenz. Indeks gini dirumuskan sebagai rasio antara luas bidang yang terletak antara Kurva Lorenz dan
garis diagonal luas bidang A dengan luas separuh segi empat dimana Kurva Lorenz berada luas bidang BCD. Rumusan ini di ilustrasikan pada Gambar 2.2. di
bawah ini. .
2.7 Indeks Gini =
Luas bidang A Luas bidang BCD
Sumber: Todaro dan Smith 2006
Gambar 2.2. Kurva Lorenz
Cara lain untuk menghitung Indeks Gini adalah dengan menggunakan formula berikut Wodon dan Yitzhaki, 2002:
y F
y Cov
Gini ,
2 =
2.8 dimana:
y = pendapatan individu atau rumahtangga F = rank individu atau rumahtangga dalam distribusi pendapatan
nilainya antara 0 = paling miskin dan 1 = paling kaya y = pendapatan rata-rata
Indeks Gini relatif mudah untuk diinterpretasikan. Misalkan diketahui Indeks Gini dalam suatu masyarakat adalah 0,4. Artinya, jika rata-rata pendapatan per
kapita masyarakat tersebut sebesar Rp 1 juta, maka ekspektasi perbedaan pendapatan per kapita antara dua individu yang diambil secara acak akan sebesar Rp 0,4 juta 0,4
x Rp 1 juta. Interpretasi melalui kurva Lorenz juga relatif mudah. Jika kurva Lorenz
terletak relatif jauh dari garis 45 , berarti ketimpangan besar. Semakin mendekati
garis 45 , maka ketimpangan semakin kecil semakin merata.