dapat pergi jauh dari pantai dengan cara bekerjasama sebagai mitra perusahaan besar. Namun usaha dengan hubungan kemitraan seperti tidak begitu banyak
dan berarti dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang begitu banyak. Menurut Mubyarto et. al. 1984 masyarakat pesisir, khususnya nelayan
secara umum, dikategorikan lebih miskin daripada keluarga petani atau pengrajin. Kemiskinan ini dicirikan oleh pendapatan yang berfluktuasi, pengeluaran yang
konsumtif, tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, unit kelembagaan yang tersedia belum mendukung terjadinya pemerataan pendapatan, potensi tenaga kerja
keluarga istri dan anak belum dapat dimanfaatkan dengan baik, serta akses terhadap permodalan rendah.
Kusnadi 2006 mengemukakan berdasarkan aspek geografis, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang dikawasan
pesisir. Mereka menggantungkan kelangsungan hidupnya dari upaya mengelola sumber daya alam yang tersedia dilingkungannya, yakni di kawasan pesisir,
perairan laut. Secara umum, sumberdaya perikanan tangkap dan budidaya merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting untuk menunjang
kelangsungan hidup masyarakat pesisir.
2.1.2. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan atau empowerment merupakan istilah yang akhir-akhir ini banyak didengar. Ini terkait dengan ketidakpuasan masyarakat terhadap model
pembangunan yang bersifat top down dan centralized, sebagaimana yang telah dipraktekkan pada jaman Orde Baru. Dengan pendekatan tersebut, maka yang
diuntungkan dalam pembangunan hanya sekelompok kecil masyarakat, diharapkan dari kelompok kecil tersebut akan muncul efek menetes ke bawah
trickle down effect. Akan tetapi, sampai dengan runtuhnya rezim Orde Baru,ternyata trickle down effect itu tidak pernah terjadi, bahkan yang muncul
adalah kesenjangan ekonomi yang cukup besar antara sekelompok elit masyarakat dengan masyarakat kebanyakan. Selain itu, dengan kebijakan pembangunan yang
bersifat terpusat, maka roda ekonomi hanya cenderung bergerak di pusat, sementara daerah yang sebenarnya memiliki kekayaan alam yang melimpah, tetap
saja miskin.
Nikijuluw 2002, menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses untuk berdaya, memiliki kekuatan, kemampuan dan tenaga untuk menguasai
sesuatu. Sebagai suatu proses, maka pemberdayaan itu tidak habis-habisnya. Selagi ada masyarakat, maka pemberdayaan masyarakat tetap dilakukan. Bisa saja
masyarakat sudah memiliki kekuatan atau sudah berdaya dalam suatu hal tertentu tapi kemudian disadari bahwa masih ada aspek-aspek lain yang melekat dengan
masyarakat yang perlu diberdayakan. Sebagai suatu proses, maka pemberdayaan juga menyangkut kualitas.
Kegiatan pemberdayaan, semula hanya mencapai tataran kualitas tertentu. namun tahap selanjutnya ingin dicapai kualitas kehidupan atau status sosial ekonomi
yang lebih baik. Masyarakat biasanya tidak puas dengan status ekonomi yang sudah diraihnya, oleh karena itu pemberdayaan perlu terus dilaksanakan. Menurut
Haque et al. 1996 , seorang ahli pembangunan desa dari Bangladesh, proses memberdayakan masyarakat adalah membangun mereka. Selanjutnya Haque
mengemukakan bahwa pembangunan masyarakat itu adalah collective action yang berdampak pada individual welfare, sehingga arti membangun adalah
memberdayakan individu dalam masyarakat. Memberdayakan berarti bahwa keseluruhan personalitas seseorang yang menyangkut kesejahteraan lahir dan
batin masyarakat, ditingkatkan. Departemen Kelautan dan Perikanan melakukan perombakan total, yaitu berusaha menggunakan pendekatan berkelanjutan,
holistik dan berbasis pada masyarakat Dahuri 2002. Pendekatan ini berusaha untuk semakin menyadari bahwa tanpa keberlanjutan suatu ekosistem, maka
sesungguhnya tidak akan memakmurkan pada kehidupan saat ini maupun saat mendatang. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk membuat
masyarakat menjadi berdaya. Pemberdayaan itu diperlukan terutama karena didasarkan pada asumsi bahwa suatu masyarakat sedang dalam kondisi tidak
berdaya atau kurang berdaya. Adapun secara sosiologis keadaan kurang berdaya itu diidentikkan dengan keadaan keterbelakangan.