Hubungan antara Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi: 1. Data panel hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS dan Survei Angkatan Kerja Nasional SAKERNAS tahun 2005-2009 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik BPS antara lain jumlah dan persentase penduduk miskin, garis kemiskinan, indeks gini dan tingkat pengangguran terbuka. 2. Data yang diperoleh dari berbagai publikasi BPS, diantaranya publikasi indikator kesejahteraan rakyat dan produk domestik regional bruto PDRB. 3. Data berupa informasi kabupatenkota pesisir dan bukan pesisir, data mengenai besarnya bantuan dari program PEMP tahun 2005-2009, serta publikasi PEMP yang bersumber dari KPP.

3.1.1. Data yang Digunakan Untuk Peubah Data Panel

Data yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 3 s.d 7. 1. Pertumbuhan ekonomi: PDRB perkapita atas dasar harga konstan tahun 2005- 2009, sumber BPS. 2. Ketimpangan pendapatan: Indeks gini yang dihitung berdasarkan pendekatan pengeluaran hasil SUSENAS tahun 2005-2009, sumber BPS. 3. Pengangguran: Tingkat pengangguran terbuka TPT yang dihitung dari hasil SAKERNAS tahun 2005-2009, sumber BPS. 4. Kemiskinan: Persentase penduduk miskin yang dihitung berdasarkan pendekatan garis kemiskinan hasil SUSENAS 2005-2009, sumber BPS. 5. PEMP: Alokasi besaran dana PEMP yang diberikan pada kabupatenkota pesisir penerima program PEMP tahun 2005-2009, sumber KKP.

3.1.2. Data yang Digunakan Untuk Menghitung GIC

Data yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 8. Data yang berasal dari pengeluaran perkapita dilihat melalui persentil hasil SUSENAS tahun 2005 dan tahun 2009. Penghitungan untuk sumber data pengeluaran berasal dari data konsumsi rumahtangga yang dikumpulkan oleh BPS setiap tahun melalui SUSENAS. Pendekatan untuk menghitung pendapatan rumahtangga menggunakan nilai besarnya pengeluaran. Pendekatan ini dianggap lebih mencerminkan keadaan sebenarnya, meskipun ada juga kelemahan-kelemahan dari pendekatan ini. Coudovel et al. 2002 mengungkapkan bahwa konsumsi merupakan indikator yang lebih baik untuk mengukur kemiskinan karena: 1. Konsumsi adalah indikator yang lebih baik untuk mengukur outcome daripada pendapatan. Konsumsi lebih terkait dengan keadaan seseorang, sehingga bisa digunakan untuk ukuran kebutuhan dasar. Dilain pihak, pendapatan adalah salah satu elemen yang memungkinkan untuk mengkonsumsi barang. Data pendapatan juga lebih sulit diakses dan mungkin tidak tersedia. 2. Konsumsi bisa diukur lebih baik daripada pendapatan. Pada perekonomian agraris yang miskin, pendapatan rumahtangga berfluktuasi, sehingga lebih sulit diukur. Pada daerah perkotaan, dengan sektor informal yang besar, pendapatan juga sulit diukur. Sehingga rumahtangga yang menjadi responden akan kesulitan untuk memberikan data pendapatannya. 3. Konsumsi lebih merefleksikan standar hidup yang sebenarnya dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Pengeluaran untuk konsumsi tidak hanya merefleksikan barang dan jasa yang bisa dibeli oleh rumahtangga, tapi juga kemungkinan rumahtangga tersebut bisa mengakses pasar kredit ketika pendapatannya rendah. Hidayat dan Patunru 2007 mengungkapkan bahwa penghitungan indeks gini dengan menggunakan data pengeluaran cenderung lebih rendah daripada indeks gini yang dihitung dengan data pendapatan. Hal ini karena data pengeluaran kemungkinan hanya dapat menggambarkan besarnya pendapatan pada penduduk berpendapatan rendah dan menengah, tetapi tidak untuk penduduk berpendapatan tinggi.

3.2 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan antara lain: Analisis deskriptif, analisis kuadran, analisis growth incidence curve GIC dan analisis data panel.