Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

SUSENAS. Pendekatan untuk menghitung pendapatan rumahtangga menggunakan nilai besarnya pengeluaran. Pendekatan ini dianggap lebih mencerminkan keadaan sebenarnya, meskipun ada juga kelemahan-kelemahan dari pendekatan ini. Coudovel et al. 2002 mengungkapkan bahwa konsumsi merupakan indikator yang lebih baik untuk mengukur kemiskinan karena: 1. Konsumsi adalah indikator yang lebih baik untuk mengukur outcome daripada pendapatan. Konsumsi lebih terkait dengan keadaan seseorang, sehingga bisa digunakan untuk ukuran kebutuhan dasar. Dilain pihak, pendapatan adalah salah satu elemen yang memungkinkan untuk mengkonsumsi barang. Data pendapatan juga lebih sulit diakses dan mungkin tidak tersedia. 2. Konsumsi bisa diukur lebih baik daripada pendapatan. Pada perekonomian agraris yang miskin, pendapatan rumahtangga berfluktuasi, sehingga lebih sulit diukur. Pada daerah perkotaan, dengan sektor informal yang besar, pendapatan juga sulit diukur. Sehingga rumahtangga yang menjadi responden akan kesulitan untuk memberikan data pendapatannya. 3. Konsumsi lebih merefleksikan standar hidup yang sebenarnya dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Pengeluaran untuk konsumsi tidak hanya merefleksikan barang dan jasa yang bisa dibeli oleh rumahtangga, tapi juga kemungkinan rumahtangga tersebut bisa mengakses pasar kredit ketika pendapatannya rendah. Hidayat dan Patunru 2007 mengungkapkan bahwa penghitungan indeks gini dengan menggunakan data pengeluaran cenderung lebih rendah daripada indeks gini yang dihitung dengan data pendapatan. Hal ini karena data pengeluaran kemungkinan hanya dapat menggambarkan besarnya pendapatan pada penduduk berpendapatan rendah dan menengah, tetapi tidak untuk penduduk berpendapatan tinggi.

3.2 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan antara lain: Analisis deskriptif, analisis kuadran, analisis growth incidence curve GIC dan analisis data panel.

3.2.1. Analisis Deskriptif

Analis deskriptif merupakan suatu teknik analisis sederhana yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi suatu observasi dengan menyajikan dalam bentuk ulasan, tabel maupun grafik dengan tujuan memudahkan dalam menafsirkan hasil observasi.

3.2.2. Analisis Kuadran

Analisis kuadran dalam penelitian ini digunakan untuk melihat dampak implementasi program PEMP periode 2005-2009 terhadap 20 kabupatenkota pesisir, yaitu berupa analisis dinamika dan perkembangan pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan pengangguran terhadap kemiskinan yang terjadi di kabupatenkota pesisir pada awal periode tahun 2005, dan setelah 4 tahun implementasi program PEMP tahun 2009. Gambaran kedua waktu tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran dinamika kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan pengangguran di kabupatenkota pesisir.

3.2.3. Analisis

Pro Poor Growth Growth Incidence CurveGIC Analisis Pro Poor Growth Growth Incidence CurveGIC yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat apakah pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir 20 kabupatenkota pesisir memberikan manfaat bagi penduduk miskin atau mengarah ke pro poor growth PPG, digunakan analisis growth incidence curve GIC. PPG yang digunakan dalam penelitian ini diukur melalui pendekatan agregat. Ravallion 2005 menggunakan GIC untuk mengukur PPG, dengan rumus: p L dLn p g + = γ 3.1 Dimana γ = dLn yaitu tingkat pertumbuhan rata-rata pendapatan pengeluaran dari keseluruhan penduduk. gp = GIC . Jika gp nol 0, artinya GIC bernilai positif di keseluruhan penduduk persentil-p, maka pertumbuhan bersifat pro poor growth. Sebaliknya, jika gp bernilai negatif atau tidak semua positif di keseluruhan penduduk persentil-p, maka pertumbuhan belum bersifat pro poor growth. Selain itu, GIC dapat menunjukkan perubahan ketimpangan pendapatan antara penduduk miskin