Analisis Deskriptif Analisis Faktor

Berdasarkan hasil pengolahan data, maka dapat diketahui bahwa nilai alpha sebesar 0,879 untuk 30 orang responden. Nilai alpha tersebut lebih besar dari 0,60, hal ini mengandung pengertian bahwa pertanyaan di dalam kuesioner tersebut dapat dikatakan reliabel. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.5.3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik umum konsumen TJWP Bogor, menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian dan mengetahui tingkat kepuasan konsumen TJWP Bogor. Analisis deskriptif bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Data yang terkumpul dalam riset pemasaran seperti survey biasanya memiliki nilai observasi yang cukup beragam sehingga akan sulit dan kurang bermakna bila periset mengartikan tiap nilai observasi yang diperoleh Istijanto, 2005. Menurut Afiana 2006 analisis deskriptif dapat dirumuskan sebagai berikut : ∑ … … … … … … … … … … … … … … … … … . . Dimana : P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu Jumlah responden yang memilih kategori tertentu ∑ Total jawaban

3.5.4. Analisis Faktor

Analisis yang digunakan untuk mengetahui atribut-atribut yang dipentingkan oleh konsumen TJWP Bogor adalah analisis faktor. Analisis faktor termasuk pada interdependence techniques, yang berarti tidak ada variabel dependen ataupun variabel independen. Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga dapat dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal Santoso, 2005. Menurut Simamora 2005 terdapat dua metode dasar analisis faktor, yaitu principal component analysis dan common factor analysis. Pricipal component analysis menggunakan total varians dalam analisisnya. Metode ini menghasilkan faktor yang memiliki specific variance dan error variance yang paling kecil. Common factor analysis mengekstrak faktor hanya berdasarkan common variance. Metode ini dapat dipakai apabila tujuan utama sebuah penelitian adalah untuk mengetahui dimensi-dimensi laten atau konstruksi yang mendasari variabel-variabel asli. Menurut Wibisono dalam Fitriyana 2009, Prinsip kerja analisis faktor adalah dari n variabel yang diamati dimana beberapa variabel mempunyai korelasi, maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut memiliki p faktor umum common factor yang mendasari korelasi antar variabel dan juga m faktor unik unique factor yang membedakan tiap variabel. Faktor umum dilambangkan dengan F1, F2, F3, F4,...,Fm dan faktor unik U1, U2, U3, U4,...,Um. Model matematis dasar analisis faktor yang digunakan untuk setiap variabel independen X1 adalah sebagai berikut: , , , , … . … … … … … … … Dimana : Xi = variabel independen ke-i Fj = faktor kesamaan ke-j Ui = faktor unik ke-i Aij = koefisien faktor kesamaan Bi = koefisien faktor unik Menurut Santoso 2005, Analisis faktor meliputi proses sebagai berikut : 1. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis. 2. Menguji variabel-variabel yang akan ditentukan, dengan menggunakan metode Barlett test of sphericity. Untuk menguji kesesuaian pemakaian analisis faktor, digunakan metode Kaiser-Meyer-Olkin KMO. KMO adalah uji yang nilainya berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai indeks tinggi berkisar antara 0,5 sampai 1,0, analisis faktor layak dilakukan. Sebaliknya, apabila nilai KMO dibawah 0,5 maka analisis faktor tidak layak dilakukan Simamora, 2005. Untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel sudah memadai atau tidak digunakan pengukuran Measure of Sampling Adequacy MSA. Angka MSA berkisar antara 0 sampai 1, dengan kriteria: a. MSA=1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain. b. MSA0,5, variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. c. MSA0,5,variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya. 3. Melakukan proses factoring, yaitu menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya. 4. Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. 5. Interpretasi atas faktor yang terbentuk, khususnya member nama atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap dapat mewakili variabel- variabel anggota faktor tersebut. 6. Validasi hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid. Hasil utama dari analisis faktor dalam penelitian ini adalah nilai communality dari faktor reliability, responsiveness, assurance, tangible, dan empathy. Semakin tinggi nilai communality, maka variabel tersebut semakin dipentingkan oleh konsumen Miftah, 2010. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan