Periode Pulih Stok Karbon Tegakan Tinggal

pada setiap penebangan satu batang pohonha di PT Salaki Summa Sejahtera mengakibatkan kerusakan berat pada tegakan tinggal sebanyak 0,88 batang pohonha Indriyati 2010. Aktivitas penyaradan di PT Sarpatim menimbulkan kerusakan berat pada tegakan tinggal sebesar 4,40 dari total seluruh kerusakan pohon yang diakibatkan oleh penyaradan. Setiap penyaradan satu batang pohonha mengakibatkan kerusakan berat pada tegakan tinggal sebanyak 0,62 batang pohonha atau setara dengan setiap penyaradan 1 m 3 ha mengakibatkan kerusakan berat pada tegakan tinggal sebesar 0,06 m 3 ha Wayana 2011. Sedangkan kegiatan penyaradan di PT Salaki Summa Sejahtera mengakibatkan kerusakan pada tegakan tinggal sebesar 10,27 atau 7,89 pohonha Indriyati 2010. Selain menimbulkan kerusakan pada tegakan tinggal, penyaradan kayu juga menciptakan keterbukaan hutan akibat pembuatan jalan-jalan sarad. Keterbukaan hutan akibat pembuatan jalan sarad per hektar pada plot penelitian di PT Sarpatim seluas 0,10 ha atau 10,19 dari luas plot penelitian Wayana 2011. Hasil penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Indriyati 2010 di PT. Salaki Summa Sejahtera seluas 905,77 m 2 plot atau 0,091 haplot 9,32 dan hasil penelitian Elias 2001 di Kaltim seluas 872,5 m 2 plot. Adapun luas 1 plot penelitian adalah 1 ha.

2.7. Periode Pulih Stok Karbon Tegakan Tinggal

Proses pemulihan tegakan tinggal tiada lain adalah proses suksesi sekunder pascatebangan Kobayashi 2002, dalam hal ini terjadi dinamika masyarakat tumbuh-tumbuhan yang berlangsung di dalam gap sebagai akibat adanya pohon yang tumbang. Suksesi yang berlangsung dalam rumpang gap, menurut Whitmore 1991, akan melibatkan dua macam jenis pohon, yakni jenis pionir yang suka cahaya dan jenis klimaks yang mampu hidup di bawah naungan dan akan menggantikan posisi pohon pionir pada fase berikutnya. Masa hidup jenis pohon pionir ada yang pendek dan ada yang panjang. Bila masa hidup jenis pohon pionir lama, maka akan berpengaruh terhadap durasi masa pulih recovery period stok karbon tegakan LOA. Sebagai contoh, di hutan tropis wilayah Timur Asia Tenggara, tajuk Macaranga mulai hancur dan mati setelah mencapai umur 20 tahun Kochummen 1966 dalam Whitmore 1991. Sedangkan jenis pohon pionir sengon Paraserianthes falcataria dan benuang Octomeles sumatrana di sekitar Gunung Victory, Papua, mulai mengalami kematian saat mencapai umur 84 tahun Taylor 1957 dalam Whitmore 1991. Sementara itu Huc dan Rosalina 1981 di dalam Anwar et al. 1984 menyatakan bahwa ukuran rumpang akan memengaruhi lamanya periode pemulihan hutan atau proses suksesi sekunder yang terjadi. Rumpang yang kecil yang terbentuk hanya oleh tumbangnya satu pohon, memiliki durasi pemulihan yang pendek. Indrawan 2000 menyatakan bahwa sistem pengelolaan hutan alam bekas tebangan bila proses pemulihannya diserahkan pada alam melalui proses suksesi sekunder meghasilkan respons simulasi rotasi tebang I, ± 24 tahun setelah penebangan I dan rotasi tebang II membutuhkan waktu ± 37 tahun setelah penebangan II yang berarti rotasi tebang tidak selalu sama dan akan berubah sejalan dengan komposisi dan struktur tegakan hutan yang terbentuk setelah penebangan dan perkembangannya menurut waktu. Hasil kajian Shearman et al. 2011 menyimpulkan bahwa praktik pemanenan kayu di hutan tropis yang tidak memberi waktu cukup kepada tegakan LOA untuk memulihkan diri, menjadi penyebab utama yang sangat signifikan bagi terciptanya degradasi biodiversitas dan stok karbon. Mereka mengestimasi lamanya periode pulih yang harus ditempuh hutan bekas tebangan menuju ke keadaan hutan primer, yaitu: untuk aspek biomassa hutan selama 45- 100 tahun, potensi tegakan 120 tahun, dan keanekaragaman jenis 150-500 tahun. Menurut mereka, pohon-pohon di hutan tropis yang berukuran besar raksasa telah mencapai umur ratusan tahun, sehingga pemulihan bagi pohon-pohon besar tersebut membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dari masa rotasi tebangan 30- 35 tahun yang umum diterapkan di wilayah tropis. Pemulihan tutupan tajuk canopy cover recovery hutan bekas tebangan relatif cepat, dimana sangat dipengaruhi oleh proses regenerasi tahap lanjut dari tegakan tinggal atau jenis-jenis pohon pionir yang berkarakter cepat tumbuh. Di Venezuela, hutan yang telah ditebang dengan intensitas 3-7 btgha 6 th, pada LOA berumur 1 th mengalami penutupan tajuk sebesar 76,4 dan pada LOA 6 th sebesar 96,6 Mason 1996 dalam Ghazoul Hellier 2000, sedangkan hasil pengamatan Chapman dan Chapman 1997 di Uganda menunjukkan bahwa hutan yang dipanen dengan intensitas 5-7 btgha, mengalami pemulihan tutupan tajuk 100 setelah 25 tahun Ghazoul Hellier 2000. Pada dasarnya periode pulih stok karbon tegakan tinggal sangat tergantung kepada simpanan karbon awal, riap tegakan, keanekaragaman jenis, serta intensitas tebangan dan gangguan. 2.8. Perlindungan Keanekaragaman Hayati di dalam REDD+