pulau  di  sekitarnya  terutama  dari  daratan  Pulau  Sumatera.  Pulau  Siberut  dan Pulau  Sumatera  dipisahkan  oleh  Samudera  Indonesia  yang  cukup  jauh  dengan
gelombang  laut  yang  dapat  membahayakan  keselamatan  pelayaran.    Akibatnya jumlah penduduk yang mendiami desa-desa atau kecamatan di sekitar UM masih
sangat  jarang.    Kondisi  populasi  penduduk  yang  demikian  rendah  tidak menimbulknan  ancaman  berarti  bagi  peningkatan  laju  deforestasi  di  areal  UM.
Pada  tahun-tahun  mendatang,  laju  deforestasi  diperkirakan  akan  sedikit meningkat  di  wilayah  utara  dan  timur  areal  UM  karena  populasi  penduduk  di
wilayah  ini  Kecamatan  Siberut  Utara  lebih  banyak  dibandingan  di  wilayah Barat, serta jalur masuk ke dalam areal UM cukup tersedia terutama melalui alur
sungai,  misalnya  Sungai  Sigep,  yang  mengalir  dari  Selatan  menuju  Utara  di Muara Sigep.
5.4.  Perubahan Stok Karbon selama Proyek
Berdasarkan data IHMB tahun 2010, potensi tegakan standing stock tiap hektar DBH≥10 cm untuk areal belum ditebang  sebagai LOA dari PT Tjirebon
Agung  sebesar  216,33  m
3
ha,  sehingga  potensi  total  di  areal  efektif  untuk produksi  seluas  33.205  ha  adalah  7.189.692m
3
termasuk  di  dalamnya  hutan primer  seluas  447  ha  atau  1,35.  Volume  tegakan  sebesar  itu  mengandung
biomassa  sebanyak  7.189.692  ton  nilai  BCEF=1  yang  di  dalamnya  tersimpan karbon  sebanyak  3.379.155,35  tC  faktor  konversi=0,47  atau  setara  dengan
12,42 MtCO
2
e faktor konversi=3,67. Pascapemanenan  kayu,  jumlah  volume  tegakan  LOA  setara  dengan
potensi  tegakan  sebelum  ditebang  dikurangi  jumlah  kayu  yang  dipanen,  jumlah pohon  yang  rusak  berat  akibat  pembalakan,  volume  kayu  yang  hilang  saat
perambahan,  dan  jumlah  pohon  yang  ditebang  ketika  PWH  berlangsung  Tabel 25.  Selanjutnya biomassa tegakan tinggal akan memperoleh tambahan biomassa
dari  regrowth,  nekromassa  berkayu,  tanaman  pengayaan  dan  tanaman rehabilitasi.  Pada Tabel 25 dapat dilihat potensi stok karbon di awal dan di akhir
proyek. Adapun grafik perkembangan stok karbon tegakan tinggal LOA selama proyek  berlangsung  yang  dibuat  dengan  menggunakan  persamaan  13  dan
metode  gain-loss tersaji pada Gambar 11.
Tabel 25  Potensi stok karbon di awal dan di akhir proyek di dalam 33.205 ha
Skenario Baseline
1 2
3 4
5 6
Di awal proyek MtCO
2
e 12,42
12,42 12,42
12,42 12,42
12,42 12,42
Di akhir proyek MtCO
2
e 10,03
11,35 12,05
11,86 11,38
11,92 12,52
Penurunan total 19,22
8,61 2,98
4,55 8,39
4,04 -0,79
Penurunan rata-rata per thn KtCO
2
eth 79,59
35,63 12,34
18,84 34,73
16,71 -3,27
Pada  skenario  baseline  dengan  JPT  terbesar  yaitu  91.006  m
3
th  terjadi pengurangan  stok  karbon  tertinggi    yakni  sebesar  19,22  dengan  rata-rata
penurunan  79,59  KtCO
2
eth.    Sebaliknya  pada  skenario-6  dengan  JPT  tekecil yaitu    56.807  m
3
th,  justru  terjadi  peningkatan  stok  karbon    di  akhir  proyek sebesar  0,79  atau  peningkatan  rata-rata  sebesar  3,27  KtCO
2
eth.    Dengan demikian, setelah 30 tahun penebangan, stok karbon tegakan tinggal dapat lebih
tinggi dibandingkan dengan kondisi sebelum ditebang jika intensitas tebangannya relatif kecil seperti pada skenario-6.
Gambar 11  Perkembangan stok karbon tegakan LOA selama proyek
9.50 10.00
10.50 11.00
11.50 12.00
12.50 13.00
1 3
5 7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
M tC
O
2
e th
n
Tahun
Baseline Skenario 1
Skenario 2 Skenario 3
Skenario 4 Skenario 5
Skenario 6
5.5.   Kredit Karbon