5.5. Kredit Karbon
Meskipun hampir seluruh skenario mengalami penurunan simpanan
karbon kecuali skenario-6, namun jika dibandingkan dengan skenario baseline
sebagai garis dasarnya, maka sebenarnya pada keenam skenario tersebut terjadi penurunan emisi karbon hutan. Banyaknya emisi karbon yang berhasil direduksi
pada setiap skenario berbanding terbalik dengan intensitas tebangannya. Jumlah akumulasi emisi karbon yang berhasil direduksi selama 30 tahun merupakan
kredit karbon yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian skenario dengan JPT terkecil akan menghasilkan kredit karbon terbesar, seperti halnya pada skenario-
6. Dengan JPT terendah yakni 56.807 m
3
th, skenario-6 berhasil memperoleh kredit karbon tertinggi sebanyak 38,26 MtCO
2
e dengan rata-rata 38,41 tCO
2
e hath Tabel 26. Jumlah kredit karbon per tahun disajikan pada Gambar 12.
Tabel 26 Jumlah kredit karbon di akhir proyek pada setiap skenario
Skenario 1
2 3
4 5
6 Total akumu-
lasi MtCO2e 19,96
30,49 27,54
21,13 29,24
38,26 Rata2 hath
tCO2ehath 20,04
30,61 27,64
21,21 29,35
38,41
Gambar 12 Kredit karbon per tahun selama proyek MtCO
2
eth
0.5 1
1.5 2
2.5 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
M tCO
2
eth
Tahun
Skenario 1 Skenario 2
Skenario 3 Skenario 4
Skenario 5 Skenario 6
5.6. Analisis Finansial
Untuk keperluan analisis finansial ini digunakan sejumlah asusmsi dan standar biaya, sebagai berikut:
1 Biaya produksi kayu bulat log per m
3
mengacu kepada Laporan Keuangan PT SSS tahun 2009, 2010, dan pertengahan 2011 yang telah
diperiksa direview auditor independen. Biaya produksi log rata-rata sebesar Rp 850.000,- per m
3
. Adapun beban pemasaran sebesar Rp 24.500,-m
3
dan beban administrasi umum Rp 203.000,-m
3
. 2
Harga jual log kelompok meranti berdiameter 50 cm ke atas sebesar Rp 1.300.000,-m
3
harga yang diberlakukan UM. 3
Biaya produksi dan harga jual log tidak mengalami perubahan hingga akhir proyek 30 tahun.
4 Biaya penanaman pengayaan dan rehabilitasi diasumsikan sama untuk
semua skenario dan telah dimasukkan ke dalam biaya produksi log. 5
Kayu log yang dipanen 100 dari kelompok meranti dan terjual semua. 6
Tarif PSDH dan DR sebesar Rp 60.000,-m
3
dan 14 USDm
3
, sedangkan Pajak Bumi dan Bangunan PBB sebesar Rp 15.000,-hath dan pajak
penghasilan sebesar 25 dari laba sebelum pajak. 7
Iuran kepada pihak ke-3 retribusi daerah sebesar Rp. 20.000,-m
3
, masing untuk Pemerintah Provinsi Rp 10.000,-m
3
dan Pemerintah Kabupaten Rp 10.000,-m
3
. 8
Dana polajut mone uang ketuk pintu kepada pemilik hak ulayat lahan sebelum hutan dibalak rata-rata Rp 13.500.000,-tahun dan fee kayu
kepada masyarakat sekitar konsesi sebesar Rp 90.000,-m
3
9 Biaya pelaksanaan IHMB diasumsikan sebesar Rp 10.000,-ha dimana
IHMB dilakukan tiga kali selama proyek yakni pada tahun ke-10, 20, dan ke-30.
10 Biaya training untuk menyiapkan operator pelaksana RIL yang handal
diasumsikan sebesar 500 USD atau Rp 4.500.000,- per orang 50 dari standar biaya training operator RIL di Brasil sebesar 1.000 USDorang.
Training dilakukan sekali di awal proyek yang melibatkan 20 orang dari staf bagian perencanaan dan operator pemanenan kayu.
11 Biaya transaksi proyek karbon merujuk pada Standar Pengembangan
Proyek dan Pemasaran Karbon, lampiran Peraturan Menteri Kehutanan RI No.P.36Menhut-II2009 tentang Tata Cara Perijinan Usaha Pemanfaatan
Penyerapanatau Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung. Perhitungan di dalam penelitian ini menggunakan Voluntary
Carbon Standard AFOLU dengan jangka waktu verifikasi 5 tahun dan bersifat ex-post credit kompensasi karbon dibayarkan setiap 5 tahun
setelah verifikasi. Biaya transaksi setiap 5 tahun terdiri dari: biaya validasi sebesar 5.000-12.500 USD dalam penelitian ini digunakan 7.500
USD, biaya verifikasi sebesar 15.000-30.000 USD dalam penelitian ini digunakan 20.000 USD, dan upah sertifikasi sebesar 0,04 USD per VER
yang terjual VER= Verified Emission Reduction. Juga termasuk biaya transaksi adalah biaya persiapan implementasi REDD+ sebesar 32,80 USD
per ha dan biaya operasional 22,35 USD per ha. Harga karbon atau kompensasi reduksi emisi karbon adalah 4, 5, 6 USD per tCO
2
e. Harga karbon 4 USDtCO
2
e mengacu pada Proyek REDD Ulu Masen, Aceh, adapun harga 5 dan 6 USDtCO
2
e sebagai variasi harga jika terjadi kenaikan harga.
12 Diasumsikan kredit karbon yang dihasilkan berhasil diverifikasi setiap 5
tahun dan 100 terjual. 13
Kurs 1 USD setara dengan Rp 9.000,- 14
Untuk keperluan analisis sensitivitas, digunakan beberapa asumsi yakni: a.
Harga jual kayu bulat mengalami fluktuasi sebesar 15,4 yaitu naik menjadi Rp 1.500.000,-m
3
dan turun ke Rp 1.100.000,-m
3
b. Biaya transaksi proyek karbon mengalami kenaikan dan penurunan
sebesar 20 dari harga semula c.
Kompensasi karbon dipilah dalam tiga harga karbon yakni 4, 5, dan 6 USD per tCO
2
e d.
Tingkat suku bunga diskonto sebesar 10, 12, dan 14 per tahun.
5.6.1. Skenario baseline
Skenario baseline menggunakan siklus tebang 30 th dan limit diameter tebang 40 cm dengan JPT sebanyak 91.006 m
3
th. Berdasarkan hasil analisis finansial terhadap seluruh biaya produksi kayu bulat dan penerimaan hasil
penjualan log, skenario baseline ini sangat layak dijalankan dengan indikator nilai NPV
≥ 0 dan BCR ≥ 1. Pada tingkat suku bunga 10, keuntungan atau NPV mencapai Rp 137,90 milyar dengan BCR 1,14, adapun pada tingkat suku
bunga 12 dan 14, NPVnya menurun menjadi Rp 117,85 milyar dan Rp 102,47 milyar dengan BCR yang sama yaitu 1,14.
5.6.2. Skenario-1
Skenario-1 menerapkan rotasi tebang 30 th dan limit diameter tebang 50 cm dengan JPT sebesar 79.416 m
3
th menghasilkan kredit karbon sebanyak 19,96 MtCO
2
e. Kredit karbon sebesar itu setara dengan jumlah emisi karbon yang berhasil dicegah oleh tegakan hutan. Pada Tabel 27 disajikan hasil analisis
finansial pada tingkat harga log Rp 1,3 juta. Pada tabel tersebut ditunjukkan, proyek karbon pada skenario-1 ini layak dijalankan dengan indikator nilai NPV
≥ 0 dan BCR
≥ 1. Keuntungan dalam proyek karbon meliputi keuntungan dari kegiatan pemanfaatan kayu dan dari perdagangan karbon. BCR proyek karbon
umumnya lebih besar dari pemanfaatan kayu. Pada tingkat suku bunga diskonto 12 dan harga karbon 4 USDtCO
2
e, keuntungan atau NPV total selama proyek sebesar Rp 136,12 milyar yang terdiri dari keuntungan hasil penjualan karbon
sebesar Rp 31,65 milyar dan keuntungan dari pemanfaatan kayu sebanyak Rp 104,47 milyar. Harga karbon terendah yang masih layak secara finansial dimana
NPV 0 adalah 1,87 USDtCO
2
e, adapun tingkat suku bunga maksimum yang masih layak untuk proyek karbon pada skenario-1 ini adalah 16.
5.6.3. Skenario-2 Skenario-2 ini menerapkan JPT sebesar 66.265 m
3
th dan menghasilkan kredit karbon sebanyak 30,49 MtCO
2
e. Berdasarkan kriteria nilai NPV