harus konsisten dengan konservasi hutan alam dan keanekaragaman hayati Jagger et al. 2012. Paoli et al. 2010 menyatakan bahwa deforestasi dan
degradasi hutan di daerah tropis merupakan sumber utama emsisi gas rumah kaca GRK global. Sementara itu hutan tropis mengandung lebih dari setengah jenis-
jenis terancam punah yang ada di dunia, sehingga upaya reduksi emisi GRK dengan jalan mengurangi deforestasi hutan tropis merupakan langkah penting
dalam mewujudkan co-benefit bagi konservasi keanekaragaman hayati. Jadi selain untuk mengurangi emisi GRK sebagai tujuan utama, di dalam
penerapan skema REDD+ juga akan dihasilkan beberapa manfaat sampingan co- benefit. Mafaat sampingan tersebut berupa pengentasan kemiskinan, perbaikan
jasa lingkungan termasuk perlindungan keanekaragaman hayati, dan perbaikan tata kelola hutan forest governance termasuk kepastian pemilikan lahan
CIFOR 2009.
2.9. Biomassa, Karbon, dan Penyerapan Karbon
Biomassa tumbuhan dibentuk melalui proses fotosintesis. Menurut Salisbury dan Ross 1995, fotosintesis merupakan satu-satunya mekanisme
masuknya energi ke dalam dunia kehidupan. Sebagaimana reaksi oksidasi penghasil energi, yaitu tempat bergantungnya semua kehidupan, fotosintesis
meliputi reaksi oksidasi dan reduksi. Proses keseluruhan terdiri dari oksidasi air H
2
O berupa pemindahan elektron disertai pelepasan O
2
sebagai hasil sampingan, dan reduksi CO
2
untuk membentuk senyawa organik, misalnya karbohidrat. Kloroplas atau zat hijau daun menangkap energi cahaya matahari
untuk menghasilkan NADPH nikotinamida adenin dinukleotida fosfat + H dan ATP yang berlangsung dalam proses fotofosforilasi reaksi terang. Kedua
molekul ini selanjutnya digunakan untuk mereduksi CO
2
yang ditambat dan menghasilkan karbohidrat CH
2
O
n
. Proses pereduksian CO
2
menjadi karbohidrat ini berlangsung dalam reaksi gelap reaksi pengikatan karbon. Karbohidrat
inilah penyusun utama biomassa tumbuhan. Jumlah biomassa hutan adalah selisih positif antara laju produksi sebagai
hasil proses fotosintesis dan laju konsumsi dalam proses respirasi. Perubahan kerapatan biomassa hutan umumnya disebabkan oleh suksesi alami, akitivitas
manusia seperti silvikultur, pemanenan, dan degradasi, serta dampak kebakaran
hutan dan perubahan iklim Brown 1997.
Biomassa tumbuhan adalah berat kering total suatu komunitas tumbuhan, yang terdiri dari daun, cabang, batang, dan akar. Berat kering ini akan meningkat
berkat adanya fiksasi karbon dari atmosfer dalam proses fotosintesis Whitmore 1985. Brown 1997 mendefinisikan biomassa sebagai jumlah total bahan
organik mahluk hidup yang berada di atas permukaan tanah yang dinyatakan dalam: berat kering-oven ton per satuan luas hektar, sedangkan Hairiah dan
Rahayu 2007 menyatakan bahwa biomassa adalah massa dari bagian vegetasi yang masih hidup yaitu tajuk pohon, tumbuhan bawah atau gulma, dan tanaman
semusim. Biomassa hutan sangat relevan dengan isu perubahan iklim. Peranan
hutan tropika dalam siklus biogeokimia global khususnya siklus karbon dan kaitannya dengan efek rumah kaca, mengakibatkan pendugaan kerapatan
biomassa hutan tropika semakin penting dan dibutuhkan. Ketersediaan data biomassa hutan dapat digunakan untuk menduga kandungan karbon vegetasi
hutan karena sekitar 50 biomassa hutan adalah karbon Brown 1997. Pada ekosistem daratan, C karbon tersimpan dalam tiga komponen
pokok, yaitu: 1.
Biomassa, yaitu massa dari bagian vegetasi yang masih hidup berupa tajuk pohon, tumbuhan bawah atau gulma, dan tanaman semusim,
2. Nekromassa, yaitu massa dari bagian pohon yang telah mati, baik yang masih
tegak bediri batang atau tanggul pohon, atau telah tumbangtergeletak di atas permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun-daun gugur serasah
yang belum melapuk, 3.
Bahan organik tanah, yaitu sisa mahluk hidup tanaman, hewan, dan manusia yang telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah
menjadi bagian dari tanah. Ukuran partikel biasanya lebih kecil dari dua milimeter Hairiah dan Rahayu 2007.
Berdasarkan keberadaannya di alam, ketiga komponen C tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Karbon di atas permukaan tanah, meliputi:
a. Biomassa pohon. Proporsi terbesar penyimpanan C di daratan umumnya terdapat pada komponen pepohonan,
b. Biomassa tumbuhan bawah, yang meliputi semak belukar yang berdiameter 5 cm, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan dan gulma,
c. Nekromassa, yaitu massa dari bagian pohon yang telah mati, d. Serasah, meliputi bagian tanaman yang telah gugur berupa daun dan
ranting-ranting yang terletak di permukaan tanah. 2.
Karbon di dalam tanah, meliputi: a Biomassa akar dan b Bahan organik tanah Hairiah dan Rahayu 2007.
Melalui proses fotosintesis, CO
2
di udara diserap tumbuhan dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh bagian tumbuhan dan
akhirnya ditimbun dalam batang, cabang, daun, ranting, bunga, dan buah. Proses penimbunan C dalam tubuh tumbuhan disebut proses sekuestrasi atau
penyimpanan karbon C-sequestration. Dengan demikian mengukur jumlah C yang disimpan dalam tubuh tumbuhan hidup biomassa pada suatu lahan dapat
menggambarkan banyaknya CO
2
di atmosfer yang diserap tumbuhan Hairiah dan Rahayu 2007. Yang dimaksud dengan sekuestrasi karbon carbon
sequestration adalah proses pengikatan CO
2
di atmosfer oleh tumbuhan berklorofil melalui fotosintesis kemudian menyimpannya dalam bentuk biomassa
di berbagai bagian tumbuhan. Adapun rosot karbon carbon sink adalah media atau tempat penyerapan dan penyimpanan karbon dalam bentuk bahan organik,
vegetasi hutan, laut, dan tanah CIFOR 2009.
2.10. Pendugaan Stok Karbon akibat Deforestasi dan Degradasi Hutan