pohon semua jenis sebesar 0,58 cmth, dan jenis perdagangan 0,59 cmth. Angka sebesar ini tidak berbeda jauh dengan hasil kajian Santoso 2008 dalam Wahyudi
2011, bahwa riap diameter rata-rata jenis kayu komersial pada hutan alam bekas tebangan 0,60 cmth. Data tersebut diperoleh berdasarkan hasil rekapitulasi
Petak Ukur Permanen pada 199 unit IUPHHK-HA yang dilakukan sejak tahun 1995.
Gambar 7 Regrowth atau riap volume tegakan LOA Sumber: PT SSS 2011
5.2.2. Nekromassa Berkayu
Bobot nekromassa berkayu yang diperhitungkan adalah yang berada di dalam areal tebangan yakni yang berasal dari tiga sumber, yaitu: a pohon yang
rusak berat akibat kegiatan pembalakan, b pohon yang ditebang di dalam kegaiatan PWH, dan c limbah penebangan pohon di areal tebangan yang
umumnya berupa tunggak, cabang, dan dahan Tabel 17. Stok karbon nekromassa berkayu di areal hutan belum ditebang ABD
sebesar 25,74 tCO
2
e. Adapun simpanan karbon nekromassa di akhir proyek baik total maupun rata-rata per hektar tersaji pada Tabel 18. Pada tabel tersebut
tampak skenario baseline memiliki stok karbon nekromassa total tertinggi di akhir proyek yakni sebesar 124,52 KtCO
2
e, sedangkan skenario-6 memiliki stok karbon nekromassa terkecil yaitu hanya sebesar 50,97 KtCO
2
e.
PUP 1 PUP 2
PUP 3 PUP 4
PUP 5 PUP 6
Riap Volume -2.18
6.69 4.73
4.55 8.82
2.61 Persen Riap
-1.01 3.09
2.19 2.10
4.08 1.21
-4.00 -2.00
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
m
3
h a
th
Tabel 17 Bobot nekromassa berkayu setelah penebangan
Skenario Rusak berat
tebangan PWH m
3
ha Limbah
tebangan m
3
ha Jumlah
m
3
ha Bobot
Nekromassa tonha
Karbon Nekromassa
tCO
2
eha Baseline
15,42 41,22
56,64 2566
4426 1
6,32 31,39
37,71 17,08
29,47 2
5,19 21,86
27,05 12,25
21,13 3
6,29 23,19
29,48 1336
23,04 4
7,71 41,22
48,93 22,17
38,23 5
6,32 31,39
37,71 17,08
29,47 6
5,19 21,86
27,05 12,25
21,13
Tabel 18 Stok karbon nekromassa di akhir proyek Skenario
Total KtCO
2
e Rata-rata per ha
tCO
2
eha Baseline
124,52 3,75
1 82,90
2,50 2
59,46 1,79
3 64,81
1,95 4
92,22 2,78
5 71,07
2,14 6
50,97 1,53
Menurut Chambers et al. 2000, laju pelapukan kayu sangat dipengaruhi oleh kerapatan kayu dan diameter batang, dimana korelasinya bersifat negatif,
sehingga apabila nilai kerapatan kayu dan diameter batang besar, maka laju dekomposisinya kecil, atau sebaliknya. Dalam proses pelapukan nekromassa,
terdapat tiga faktor penting yang saling berkaitan, yaitu: organisme pelapuk decomposer, karakteristik bahan organik yang akan dihancurkan, dan faktor
lingkungan iklim dan tanah Swift et al. 1979 dalam Anderson Swift 1983. Adanya pohon tumbang akibat pembalakan, menimbulkan dampak
langsung berupa perubahan intensitas cahaya dan kelembaban udara sehingga merangsang pertumbuhan jenis pohon pionir dan jenis gap-opportunist dari
kelompok Dipterocarpaceae. Dampak lanjutan dari keterbukaan tajuk gap akibat tumbangnya suatu pohon adalah mempercepat laju dekomposisi dan
mineralisasi pada lahan tapak yang terbuka tersebut Whitmore 1985.
5.2.3. Simpanan Karbon Tanaman Rehabilitasi
Lokasi tanaman rehabilitasi berada di tepi jalan utama JU, jalan cabang JC, dan di bekas tempat penimbunan kayu TPn. Adapun tepi jalan sarad JS
untuk kepentingan tanaman pengayaan enrichment planting. Panjang JU, JC, dan luas TPn mengacu kepada realisasi PWH pada RKT 2008, 2009, dan 2010.
Berdasarkan data pada 30 petak tebangan 100 ha dari ketiga RKT tersebut, diketahui tidak ada hubungan yang erat antara intensitas tebangan dengan
panjang JU, JC, dan luas TPn Tabel 19. Dengan demikian, panjang JU, JC, dan TPn pada RKT mendatang diduga dengan mengalikan rata-rata realisasi panjang
JU, JC, dan luas TPn pada RKT yang lalu dengan luas RKT yang akan datang.
Tabel 19 Persamaan regresi linier antara intensitas tebangan dengan panjang JU, JC, dan luas TPn
Hubungan Persamaan garis
R
2
Intensitas tebangan dan panjang JU Y = 0,442 X + 2,248
0,016 Intensitas tebangan dan panjang JC
Y = 0,049 X + 5,939 0,000
Intensitas tebangan dan panjang JS Y = 3,861 X + 30,49
0,045 Intensitas tebangan dan luas TPn
Y = -39,44 X + 2904 0,002
Keterangan: Persamaan regresi dibuat berdasarkan data realisasi PWH pada RKT 2008, 2009, dan 2010
Untuk kepentingan pendugaan stok karbon tanaman rehabilitasi, jenis tanaman yang dikaji diwakili oleh sengon Paraserianthes falcataria L.
Nielsen, karena selain pertumbuhannya tergolong baik, juga ketersediaan data tanaman umur dan diameter serta persamaan alometrik biomassa sengon.
Sengon tergolong jenis cepat tumbuh fast growing species yang telah banyak digunakan di berbagai tempat untuk kegiatan rehabilitasi atau penanaman lahan
kosong. Penanaman rehabilitasi dilakukan pada Et+3 aturan TPTI, dengan jarak tanam 10 m di tepi kanan-kiri JU dan JC dan 3m x 3m di bekas TPn.
Sesuai kebijakan pengelola PT SSS, intensitas tanaman rehabilitasi sebesar 50
untuk tanaman di tepi JU dan JC, serta 100 untuk tanaman di lahan bekas TPn. Diasumsikan pada umur 10 tahun tanaman sengon ditebang dan lahan yang sudah
kosong ditanami kembali dengan jenis sengon. Selain itu diasumsikan pula sebanyak 60 tanaman yang bertahan hidup hingga umur 10 tahun serta tanpa
dilakukan penjarangan. Berdasarkan data pertumbuhan sengon hingga berumur 8 tahun dari
Riyanto dan Pamungkas 2010, dibuat garis regresi hingga umur 10 tahun untuk menduga pertumbuhan diameternya. Persamaan tersebut adalah Y = 3,182 X +
0,132 R
2
= 0,973, dimana X adalah umur dan Y adalah diameter batang Gambar 5. Untuk menduga nilai biomassanya digunakan persamaan allometrik
biomassa sengon Y = 0,1126D
2,3445
Siringoringo Siregar 2006.
Gambar 8 Garis regresi linier antara umur dan diameter sengon
Berdasarkan persamaan alometrik tersebut, untuk skenario baseline, skenario 1, 2, dan 3, diperkirakan stok karbon pada umur 10 th adalah sebanyak
1.623,05 tC atau 0,05 tCha dan pada umur 7 th sejumlah 528,05 tC atau 0,016 tCha, sehingga total stok karbonnya adalah 3.774,15 tC atau rata-rata 0,11
tCha. Jumlah stok karbon tanaman sengon selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 20. Grafik perkembangan stok karbon tanaman sengon selama proyek
dapat dilihat pada Gambar 9.
y = 3.182x + 0.132 R² = 0.973
5 10
15 20
25 30
2 4
6 8
10
D iame
te r
c m
Umur th
Diameter Linear Diameter
Tabel 20 Jumlah stok karbon tanaman rehabilitasi Skenario
baseline,1, 2, 3 Skenario-4,
5, dan 6 Stok karbon di akhir
proyek tC 3.774,15
3.235,62 Rata-rata per th
tCth 125,81
107,85 Rata-rata per ha
tCha 0,11
0,10
Gambar 9 Perkembangan stok karbon tanaman rehabilitasi
5.2.4. Simpanan Karbon Tanaman Pengayaan
Berdasarkan realisasi PWH pada RKT 2008, 2009, dan 2010, panjang jalan sarad yang dibangun dalam kegiatan pembalakan adalah 53,75 mha.
Panjang jalan sarad yang dibangun tersebut tidak berkorelasi dengan intensitas tebangan. Mengacu pada panjang jalan sarad yang telah dibangun pada beberapa
RKT yang lalu, dapat diperkirakan panjang jalan sarad yang harus disiapkan pada RKT dengan JPT luas yang berbeda. Jenis tanaman pengayaan yang dipilih
adalah meranti merah dari spesies Shorea selanica Bl. Bibit meranti merah ini ditanam di kiri-kanan tepi bekas jalan sarad dengan jarak tanam 5 m. Panjang
jalan sarad dan jumlah bibit meranti merah yang akan ditanam pada setiap skenario dapat dilihat pada Tabel 21.
0.01 0.02
0.03 0.04
0.05 0.06
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
to n
C h
a
Tahun
Baseline Skenario 1,2,3 Skenario 4, 5, 6
Tabel 21 Panjang jalan sarad dan jumlah tanaman pengayaan
Skenario Luas ha
Panjang jalan sarad mha
Total panjang jalan sarad m
Jumlah tanaman btg
Skenario baseline, dan skenario-1,2,3
1107 53,75
59.498 23.799
Skenario-4,5,6 949
53,75 51.006
20.402
Untuk menduga potensi biomassa dan simpanan karbon S.selanica dari awal hingga akhir proyek, digunakan data diameter dan tinggi hasil evaluasi
Istomo et al. 1999 terhadap pertumbuhan tanaman meranti Shorea spp. di Haurbentes, BKPH Jasinga, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-
Banten. Data diameter tergambar dalam sebuah persamaan garis regresi Y = 0.6095 X
1,13
R
2
= 0,997 dimana X adalah umur tanaman dan Y adalah diameter setinggi dada DBH tanaman S.selanica, sedangkan data tinggi tercermin dalam
persamaan garis regresi Y = 0,4808 X
1,22
R
2
= 0,995 dimana X adalah umur dan Y adalah tinggi tanaman S.selanica.
Berdasarkan peraturan TPTI, kegiatan pengayaan dilaksanakan 3 tahun setelah pemanenan Et+3 sehingga di akhir proyek tanaman baru mencapai umur
27 tahun. BJ kayu S.selanica 0,46 dan diasumsikan jumlah tanaman yang tumbuh sebanyak 60. Di akhir proyek, stok karbon tanaman pengayaan pada
skenario baseline dan skenario-1, 2, 3 sebanyak 18,87 KtC atau rata-rata 0,57 tCha dengan laju serapan karbon 0,021 tChath. Adapun pada skenario-4,5,6
stok karbon di akhir proyek sejumlah 16,18 KtC atau 0,49 tCha, dengan laju serapan karbon 0,018 tChath. Dengan demikian di akhir proyek setiap batang
pohon S.selanica diperkirakan mengandung 1,32 tC. Pada Gambar 10 diperlihatkan perkembangan simpanan karbon tanaman pengayaan hingga akhir
proyek.
Gambar 10 Perkembangan stok karbon tanaman pengayaan
5.3. Unsur-unsur yang Mengurangi Stok Karbon