Selain itu, penerapan RIL dapat mencegah 50 kerusakan pada tegakan tinggal. Apabila RIL diterapkan di seluruh hutan tropika dunia, akan mengurangi
emisi sebesar 0,16 gigaton karbontahun, atau sekitar 10 dari total emisi karbon dari deforestasi hutan tropika global sebesar 1,5 gigaton karbontahun atau 20
total emisi karbon antropogenik global. Dari segi pembiayaan, Holmes et al. 1999 dalam Priyadi et al. 2009 mengestimasi biaya pembalakan dengan
metode RIL lebih hemat sebesar 12 dibandingkan metode CL.
2.5. Deforestasi dan Degradasi Hutan 2.5.1. Definisi Hutan
Dalam konteks REDD+ atau mekanisme perdagangan karbon, diperlukan definisi hutan yang lebih teknis dan kuantitatif, dengan memasukkan parameter
luas, tinggi pohon, dan tutupan tajuk. Menurut FAO 2005, yang disebut hutan apabila minimal memiliki tutupan tajuk 10, tinggi pohon 5 meter, dan luas 0,5
hektar. Sedangkan dalam COP 7 tahun 2001 di Marrakech, dirumuskan definisi tentang hutan untuk mendukung implementasi Protokol Kyoto. Definisi hutan
versi COP-7 yaitu lahan berhutan dengan luas 0,05-1 hektar, tinggi pohon dewasa in situ 2-5 meter dengan tutupan tajuk 10-30 GOFC-GOLD 2009.
2.5.2. Deforestasi
Umumnya deforestasi didefinisikan sebagai konversi lahan dari hutan menjadi non-hutan secara permanen atau dalam jangka waktu yang lama. Di
dalam Marrakech Accords COP-7 tahun 2001, deforestasi didefinisikan sebagai perubahan dari lahan berhutan menjadi lahan tidak berhutan akibat langsung
campur tangan manusia. Sedangkan FAO mendefinisikan deforestasi sebagai konversi hutan menjadi penggunaan lahan lain, atau pengurangan tutupan tajuk
pohon menjadi minimal 10 dalam jangka panjang Angelsen 2009. Adapun menurut IFCA 2007, deforestasi adalah perubahan tutupan hutan ke bentuk
tutupan lain seperti pertanian, pemukiman, dan lainnya. Konversi hutan alam menjadi hutan tanaman atau penebangan hutan di bawah Protokol Kyoto tidak
masuk ke dalam kategori deforestasi.
Konversi secara permanen dari lahan berhutan menjadi bukan hutan di negara sedang berkembang berpengaruh nyata terhadap peningkatan akumulasi
gas rumah kaca di atmosfir. Jika emisi karbon dioksida CO
2
ditambah dengan emisi metana CH
4
, nitrous oksida N
2
O, dan gas-gas lainnya, maka emisi tahunan yang berasal dari deforestasi hutan tropika pada dekade 1990-an sebesar
15-25 dari total emisi GRK antropogenik Brown 1997. Konversi hutan menyumbang sekitar 20 emisi CO
2
tahunan; dan setelah lebih dari 150 tahun kegiatan konversi hutan berlangsung, aktivitas ini diperkirakan berkontribusi
sebanyak 30 konsentrasi CO
2
atmosfir IPCC 2001 dalam Dresner et al. 2007.
2.5.3. Degradasi Hutan
Degradasi hutan merujuk kepada penurunan cadangan karbon di dalam hutan akibat aktivitas manusia. Sebagai contoh, degradasi bisa terjadi akibat
pemanenan hutan sehingga terjadi penurunan stok karbon yang sifatnya sementara IFCA 2007. Degradasi hutan merupakan sumber utama emisi gas
rumah kaca GRK. Di hutan Amazon Brasil, degradasi hutan bertanggung jawab terhadap 20 total emisi Asner et al. 2005 dalam Murdiyarso et al. 2008. Di
Afrika, laju degradasi hutan tahunan mendekati 50 dari laju deforestasi tahunan Lambin et al. 2003 dalam Murdiyarso et al. 2008. Di Indonesia, laju
pengurangan luas hutan sebesar 6 per tahun yang dua pertiganya diakibatkan degradasi hutan dan sepertiganya disebabkan oleh deforestasi Schoene 2006
dalam Murdiyarso et al. 2008. Beberapa aktivitas yang menyebabkan terjadinya degradasi hutan di hutan
tropis adalah: 1.
Tebang pilih selective logging baik legal maupun illegal, yang ditandainya adanya rumpang gaps, jaringan jalan jalan sarad dan jalan angkutan, TPn,
dan TPK. 2.
Kebakaran hutan yang secara langsung akan mengurangi simpanan karbon hutan carbon stock. Besar kecilnya dampak kebakaran terhadap simpanan
karbon sangat tergantung kepada intensitas dan luas areal hutan yang terbakar.
3. Eksploitasi berlebihan terhadap hasil hutan non-kayu dan kayu bakar yang
biasanya akan diikuti oleh aktivitas penggembalaan. Hal tersebut akan menghambat regenerasi permudaan alam. Situasi ini umumnya berlangsung
di kawasan hutan tropika kering. 4.
Invasi jenis tumbuhan asing atau eksotik alien or exotic species invation ke dalam areal hutan terdegradasi yang akan menghambat pertumbuhan hutan
secara alami. Tumbuhan eksotik yang memiliki kemampuan mengganti jenis tumbuhan asli dan mudah berkembang biak tersebut akan mempercepat
proses degradasi hutan baik secara alami ataupun dengan campur tangan manusia GOFC-GOLD 2009.
5. Pembuatan arang, penggembalaan, dan perladangan berpindah GOFC-
GOLD, 2008 dalam Murdiyarso et al. 2008.
2.6. Dampak Kegiatan Pemanenan Kayu